Bukankah kebanyakan orang yang menisbatkan kepada Islam justru malah menyalahi Nabi, mereka keluar ke pesta upacara dan pasar-pasar. Bukankah sebagian kita itu laki-laki dan perempuan yang ketika sampai ke lingkungan lain tidak diketahui apakah kita termasuk orang Muslim, Yahudi atau Nasrani, disebabkan kita tidak tampak identitas keislamannya?
TANDA CINTA YANG KEEMPAT : MAU MENOLONG SUNNAH NABI DAN BERJALAN DI ATAS SYARIATNYA
Adalah merupakan hal yang sudah mafhum bahwa seorang yang jatuh cinta itu akan mengorbankan waktu, kemampuan dan seluruh yang dimilikinya (harta dan jiwanya) untuk kekasihnya. Nabi saw yang mulia, sesungguhnya telah mengorbankan seluruh apa yang diberikan Allah, berupa kemampuan, harta dan jiwanya untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, dari penyembahan kepada manusia menuju penyembahan kepada Allah, sebagai Tuhan manusia. Beliau saw
juga telah berjuang sungguh-sungguh agar kalimah Allah itu tinggi dan kalimah oijang-orang kafir itu rendah. Beliau juga telah berjihad agar tidak ada lagi fitnah di muka bumi ini dan agar agama itu total untuk Allah semata.
Tidaklah mengherankan jika kemudian para sahabat yang mencintai Rasulullah itu mengikuti petunjuknya dan meneladani semua perilakunya. Mereka selalu mencurahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya, harta dan jiwanya untuk tujuan kekasihnya. Berikut ini akan penulis kemukakan sebagian sikap perilaku mereka yang menunjukkan hal itu.
1. Ajakan Anas bin Nadr untuk mengorbankan dirinya di jalan Allah dan menjadikan dirinya sebagai tebusan
Ketika perang Uhud, terjadilah kekacauan di tengah-tengah tentara Islam. Waktu itu juga sempat tersebar berita bahwa Rasulullah telah mati terbunuh. Karena terpengaruh oleh berita yang cukup mengejutkan tersebut, maka se bagian sahabat duduk-duduk, seolah mereka merasa patah semangat. Tiba-tiba datanglah Anas bin Nadr kepada mereka, lalu berpidato kepada mereka: "Apa yang menyebabkan kalian duduk-duduk di sini?" Mereka menjawab: "Sebab Rasulullah telah terbunuh." Anas lalu berkata: "Apa yang hendak kalian perbuat dalam kehidupan sesudah wafatnya Rasulullah? Bangkitlah kalian semua dan matilah kalian seperti kematian Rasulullah." Lihat Sirah Ibnu Hisyam III/30 dan juga Sirah an- Nabawiyyah Ibnu Hibban al-Busti hlm 225 dan Jawami' as-Sirah, halaman 162.
Lalu bagaimana Anas bin Nadr bangkit sendirian untuk membela agama dan menegakkan kalimah Allah? Marilah kita baca riwayat Imam al-Bukhari dari Anas bin Malik ra, dia berkata: Pada hari perang Uhud umat Islam kalah. Anas bin Nadr berdoa: Ya Allah, saya mohon ampun kepada-Mu atas apa yang diperbuat para sahabat itu dan saya mohon dibebaskan dari perbuatan orang- orang musyrik. Kemudian Rasulullah datang dan disambut oleh Sa'ad bin Mu'adz, maka dia berkata: Wahai Sa'ad bin Muadz, demi Tuhan, ada bau surga. Sungguh saya telah menemukan bau surga dari seorang yang mati di perang Uhud. Sa'ad bin Muadz berkata: Saya tidak dapat berbuat seperti yang ia (Anas bin Nadr) perbuat.
Perawi hadis tersebut, yaitu Anas bin Malik berkata: Saya menemukan lebih dari delapan puluh luka akibat sabetan pedang, tombak atau anak panah mengenai tubuh Anas bin Nadr. Saya mendapati dia telah meninggal dunia, tubuhnya dicincang oleh orang-orang musyrik, sehingga tak seorang pun mengenalinya kecuali saudara perempuannya dengan lantaran jari-jarinya. Kemudian Anas bin Malik berkata: Kami menduga bahwa ayat yang berbunyi: "Minal mu’minin rijalun shadacju ma 'Ahadu Allah alaihi ... turun berkaitan dengan peristiwa terbunuhnya Anas bin Nadr. Semoga Allah SWT melimpahkan ridha kepadanya.
2. Senangnya perasaan Haram bin Malhan ketika mencurahkan dirinya pada waktu menyampaikan surat Rasulullah
Ada seorang sahabat yang benar- benar cinta Rasulullah terluka di tengah- tengah menyampaikan surat beliau, dan akhirnya meninggal dunia saat itu juga. Tetapi sebelum meninggal dunia dia sempat untuk mengungkapkan rasa bahagianya karena memperoleh kebahagiaan yang agung semacam itu. Lalu apa yang ia katakan ketika itu? Marilah kita dengar hadis riwayat Imam al-Bukhari mengenai hal itu.
Dari Anas bin Malik ra. bahwa Nabi saw pernah mengutus pamannya, yaitu Haram, saudara Sulaim dengan tujuh puluh penunggang kuda. Maka berangkatlah Haram, saudara Ummu Sulaim tersebut, bersama dengan salah seorang dari bani Fulan, seorang yang pincang kakinya. Haram berkata: "Mendekatlah kalian sampai saya mendatangi kepada mereka (kaum yang hendak dikasih surat). Apabila mereka beriman kepadaku, maka kalian akan dekat denganku. Kalau mereka mau membunuhku, maka datangkanlah kawan-kawan kalian."
Haram lalu berkata: Apakah kalian percaya kepadaku bahwa aku akan menyampaikan risalah (surat) Rasulullah?" Mereka saling memberi isyarat, dan tiba- tiba dari belakang ia dilempar tombak. Ketika itu dia masih sempat berkata: AUahu Akbar, Demi Allah, saya beruntung. Hamam, salah seorang perawi hadis tersebut berkata: "Saya menduga Haram tertusuk tombak hingga tembus."
Itulah cinta sejati dari seorang sahabat yang menganggap kematiannya sebagai keberuntungan, meskipun harus mengorbankan jiwanya ketika menyampaikan surat kekasihnya, yaitu Rasulullah saw. Demi Allah, sesungguhnya hal itu merupakan keberuntungan. Ya Allah, janganlah Engkau halangi ia untuk memperoleh pahalamu. Amin Ya Rabbal aiamin.
3. Dikirimnya pasukan Usamah oleh Abu Bakar ash-Shiddiq, meskipun Rasulullah telah wafat dan kondisinya sangat menyulitkan
Setelah Rasulullah wafat, para sahabat diuji dengan ujian yang sangat berat, di mana banyak orang murtad dari bangsa Arab, dan mereka bermaksud
menyerang kaum muslimin yang berada di Madinah al-Munawwarah. Akibatnya, —sebagaimana yang digambarkan oleh Ammar bin Yasir— para sahabat menjadi seperti kambing tanpa pengembala, dan kota Madinah pun terasa sangat sempit bagi penduduknya, lebih sempit dibanding cincin yang melingkar di jari.
Dalam kondisi sulit semacam itu, datanglah perintah untuk melaksanakan pengiriman pasukan Usamah yang telah dipersiapkan Nabi untuk memerangi musuh-musuh Allah di suatu negeri yang jauh dari Madinah. al-Munawarah. Tetapi pasukan tersebut rupanya belum jadi berangkat, karena ketika itu melihat kondisi Nabi sedang sakit parah, yang kemudian menyebabkan beliau berpulang ke rahmat Allah.
Bagaimana sikap Abu Bakar, —sebagai seorang yang benar-benar mencintai Nabi— terhadap perintah pengiriman pasukan itu? Marilah kita dengarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabari dari Ashim bin 'Adiy, dia berkata: Abu Bakar dipanggil oleh seseorang sehari setelah kematian Rasulullah, yang isinya: Hendaklah disempurnakan pengiriman pasukan Usamah. Ingatlah! Jangan sampai ada seorang pasukan pun dari tentara Usamah yang masih tetap tinggal di Madinah, kecuali ia harus keluar menuju pasukan beliau di daerah Jurf (yaitu daerah sekitar tiga mil dari kota Madinah, tepatnya di daerah Syam).
Ketika Usamah meminta izin kepada Abu Bakar untuk tetap tinggal bersama tentaranya di kota Madinah karena melihat kondisi kota itu sedang bergolak, maka Abu bakar ash-Shiddiq mengirim surat kepadanya yang isinya: "Sungguh aku tidak akan memulai suatu kebijakan yang lebih utama dibanding dengan melaksanakan perintah Rasulullah, (yakni mengirim pasukan Usamah). Dan sungguh aku lebih suka disambar burung daripada harus meninggalkan perintah Rasulullah itu."
Ketika ada indikasi bahwa orang- orang Arab dikhawatirkan akan menyerang kota Madinah, maka Usamah menjawab surat Abu Bakar tersebut dengan mengatakan: "Saya akan menahan pasukan yang pernah dikirim
Rasulullah." Abu Bakar lalu berkata: Kamu benar-benar telah berani melanggar perintah agung tersebut. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya-, seandainya orang-orang Arab itu ingin menyerang Madinah, hal itu lebih aku sukai dibanding aku harus menahan pasukan yang pernah dikirim Rasulullah. (Tarikh Khalifah Ibnu Khayyath, halaman 100)
Dalam riwayat Imam Ath-Thabari, Abu Bakar berkata: "Demi Dzat yang jiwa Abu Bakar berada di tangan-Nya, seandainya binatang buas menyambarku niscaya aku tetap akan mengirim Usamah (dan pasukannya) sebagaimana yang pernah diperintahkan oleh Rasulullah, bahkan sekalipun seandainya di Madinah tak ada orang selain saya, saya akan tetap melaksanakannya." Demikian dijelaskan dalam Tarikh al-Islami karya adz-Dzahabi dalam judul "Masa al-Khulafa' ar- Rasyidun" halaman 20-21.
Demi Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Itulah sikap seorang yang benar- benar cinta kepada Rasulullah. Kemudian Abu Bakar keluar mengantar pasukan sambil berjalan kaki, sedangkan Usamah naik kendaraan (Kuda). Sementara Abdurrahman bin Auf menggiring kendaraannya. Maka berkatalah Usamah kepada Abu Bakar: Wahai Khalifah Rasulullah! Demi Allah, hendaklah tuan naik atau aku yang turun. Abu Bakar menjawab: Demi Allah, kamu jangan turun dan saya tidak akan naik. Saya tidak akan mengotori kakiku sesaat pun dalam berjuang di jalan Allah.
Waktu itu, Abu Bakar sempat berwasiat kepada Usamah: Berbuatlah kamu seperti apa yang telah diperintahkan oleh Nabi. Mulailah dari daerah Qudha'ah, kemudian menuju ke daerah Itabil. Jangan kamu berbuat sembrono sedikit pun terhadap perintah Rasulullah. (Tarikh Thahari jilid II, halaman 226.) Dalam riwayat lain dikatakan, Abu Bakar berkata: Berangkatlah kamu wahai Usamah bersama pasukanmu sesuai dengan apa yang diperintahkan kepadamu. Kemudian berperanglah kamu sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah.
Itulah cinta sejati kepada Rasullulah saw, sehingga ia sanggup berjuang di
jalan Allah, untuk membela agama dan meninggikan kalimah Allah yang haq, sesuai dengan perintah kekasihnya, yaitu Rasulullah saw .
4. Abu Bakar memerangi para penentang zakat dan orang-orang murtad meskipun dalam kondisi yang sangat menyulitkan.
Kita dapat menyaksikan bagaimana seorang yang benar-benar cinta kepada Nabi, yaitu Abu Bakar yang begitu tegas dan kuat tekadnya untuk memerangi para penentang zakat. Salah satu ucapan beliau yang populer adalah:
"Seandainya orang-orang itu enggan memberikan zakat ontanya, yang dulunya biasa mereka bayarkan kepada Rasulullah, niscaya saya akan memerangi mereka, karena penentangan mereka." (HR. Muslim)
Kemudian ketika Abu Bakar mengetahui keinginan orang-orang murtad hendak menyerang Madinah al- Munawarah, beliau keluar dengan menghunus pedang sendirian menuju mereka. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Aisyah putri Abu Bakar, dia berkata: Ayahku Abu Bakar, keluar dengan menghunus pedang sambil menunggang kuda menuju ke Dzil Qishshah (yaitu tempat sekitar dua puluh empat mil dari kota Madinah).
Ketika Abu Bakar diminta untuk tetap tinggal di Madinah dan beliau disarankan agar mengutus utusannya saja, beliau mengatakan: "Tidak, demi Allah saya tidak akan mengutus utusanku. Sungguh aku akan memberi contoh sendiri kepada kalian. (Tarikh Tahabari, Juz II hlm 247 lihat pula Al-Kamil fi Tarikh Ibnil Atsir Juz II hlm 233 dan al-Bidayah wa an-Nihayah, Juz VI hlm 355).
Bagaimana mungkin Abu Bakar, seorang yang benar-benar cinta Nabi akan duduk-duduk saja, sementara agama yang dibawa oleh kekasihnya, yaitu Nabi Muhammad, mengajaknya untuk bangkit berjuang? Bagaimana Abu Bakar tidak akan keluar, sementara ia mendengar syariat yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad meminta dirinya untuk menolong syariat tersebut?
Lalu di mana posisi kita ini? Bukankah kita mendengar bahwa agama yang hak ini menunggu pertolongan kita, mulai dari arah Timur sampai Barat? Apakah kita tidak mendengarkan seruan syariat Islam dari seluruh penjuru dunia, baik yang jauh maupun yang dekat? Adakah di antara kita yang mau memenuhi panggilannya?
Yang perlu dikhawatirkan dari sebagian kita, meskipun telah mengaku cinta kepada Nabi Muhammad saw Adalah bahwa seolah sebagian kita ini seperti orang yang digambarkan Allah dalam al- Qur'an sebagai berikut:
"Mereka mempunyai hati tetapi tidak mampu memahami, mereka punya mata tetapi tidak bisa melihat, mereka mempunyai telinga tetapi tidak mampu mendengar. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. al- A'raf: 179)
5. Permintaan Barra' agar dirinya dilemparkan ke kebun seorang musuh supaya dapat membuka pintunya untuk orang yang akan masuk
Pada waktu perang Yamamah, ketika para pengikut Musailamah al-Kadzdzab melarikan diri ke kebun yang bertembok, dan mereka mengunci pintunya, maka salah seorang pecinta Nabi yaitu Barra' tetap meminta sahabat-sahabatnya untuk melemparkan dirinya melalui tembok mereka, agar ia dapat membukakan pintu tembok kebun tersebut untuk kaum muslimin.
Diriwayatkan dari Imam ath- Thabari: Kemudian kaum muslimin menyerbu (pengikut Musailamah al-
Kadzdzab) dan mengejarnya hingga sampai ke kebun, yang merupakan kebun maut, yang di dalamnya terdapat Musailamah al-Kadzdzab, musuh Allah. Maka Al-Barra' ibnu Malik berkata: Wahai kaum muslimin! Lemparkan saya ke arah kebun tersebut! Orang-orang lalu berkata: Jangan wahai Barra'! Maka Barra' berkata: Sudahlah, kamu lemparkan saja aku ke arah mereka di kebun tersebut. Ketika berhasil masuk ke kebun mereka, Barra' lalu membuka pintu tembok kebun tersebut. Maka kaum muslimin berhasil masuk dan memerangi mereka, sehingga Musailamah al- Kadzdzab berhasil dibunuh. (Tarikh 4tth- Thabari Juz II halaman 290.)
Allahu Akbar, bagaimana Barra' menjadikan dirinya begitu murah untuk berjuang di jalan Allah, padahal sesungguhnya dirinya sangat mahal. Demi Allah dia lebih berharga daripada diri kita.
6. Terjadinya baiat dari empat ratus pasukan kaum muslimin untuk siap mati di perang Yarmuk
Pada waktu perang Yarmuk, kita dapat menyaksikan empat ratus orang yang benar-benar mencintai Rasulullah. Mereka berbai'at untuk siap mati membela agama dan meninggikan kalimah Allah, menghilangkan fitnah dan kerusakan .
Al-Hafizh Ibnu Katsir telah menyebutkan riwayat dari Usman bin Ghassani, dari bapaknya, dia berkata: Ikrimah bin Abu Jahal berkata: Saya sudah berperang bersama Rasulullah di beberapa medan peperangan. Hari ini saya akan menyelidiki kalian. Kemudian Ikrimah menyeru dengan mengatakan: Siapa yang mau dibai'at untuk siap mati di medan perang? Maka pamannya, yaitu al-Haris dan Dharar bin Azwar menyuruh Ikrimah untuk membai'at empat ratus pasukan dari tokoh-tokoh kaum muslimin dan para pasukan berkuda. Maka berperanglah mereka di depan kemahnya Khalid, sehingga semua terluka, bahkan sebagian mereka ada yang terbunuh, di antaranya adalah Dharar bin Azwar. Semoga Allah me- ridhai mereka. (Al-Bidayah wa an- Nihayah, Juz VII halaman 10-11).
7. Naiknya Zubair ke atas benteng besar untuk membuka pintunya bagi tentara Islam yang mau masuk
Di Mesir kita menemukan seorang yang benar-benar mencintai Rasulullah. Dia mau menyerahkan dirinya untuk Allah. Dia dan teman-temannya melakukan apa yang pernah dilakukan oleh Barra' bin Malik ra di perang Yamamah. Tidaklah mengherankan jika ada persamaan antara mereka dengannya dalam pengorbanan mereka. Sebab mereka keluar dari madrasah yang sama. Mereka adalah para pecinta Rasulullah. Madrasah itu adalah Madrasah Muhammadiyyah (madrasah yang dididik langsung oleh Nabi^ Muhammad).
Al-Imam Ibnu Abdil Hakim menceritakan kisah tersebut sebagai berikut: Ketika pembukaan benteng yang dipimpin Amar bin Ash itu terlambat, maka berkatalah Zubair: Sesungguhnya aku hendak menyerahkan jiwaku untuk Allah, dan aku berharap dengan begitu dapat membuka pintu benteng tersebut bagi kaum muslimin. Maka ia meletakkan tangga ke samping benteng dari arah
kamar mandi kemudian naik. Dia juga memerintahkan jika kaum muslimin mendengar takbirnya, supaya ikut serempak bertakbir.
Tidak lama kemudian Zubair pun telah berada di atas benteng sambil bertakbir dan membawa pedang. Orang- orang pun saling berebut untuk naik tangga tersebut, sehingga mereka dilarang oleh Amr, karena khawatir tangganya patah. Ketika Zubair telah berhasil masuk ke dalam benteng dan diikuti oleh yang lainnya sambil bertakbir, maka kaum muslimin yang berada di luar benteng menjawab takbirnya secara serempak. Sehingga musuh kaum muslimin yang berada di dalam benteng tersebut menduga bahwa mereka semua telah berhasil masuk ke dalam benteng. Akhirnya musuh kaum muslimin bersembunyi. Ketika itu, Zubair dan kawan- kawannya segera membuka pintu benteng tersebut sehingga kaum muslimin dapat memasukinya. (Lihat kitab Futuh Mishra wa Akhbaraha hlm 52). Semoga Allah meridhai mereka. Alangkah besarnya cinta mereka dan alangkah besarnya
kesungguhan tebusan mereka untuk agama ini.
8. Doa An-Nu'man bin Muqarrin agar diberi Allah bisa mati syahid dengan menolong kaum muslimin
Pada waktu perang Nahawand kita menyaksikan seorang sahabat yang benar-benar mencintai Allah, di mana dia berdoa agar dapat mati syahid dengan cara menolong kaum muslimin. Imam al- Hafizh adz-Dzahabi menuturkan hal ini sebagai berikut:
An-Nu'man bin Muqarrin berkata: Ketika dua pasukan bertemu di perang Nahawand, jika aku terbunuh malite janganlah seseorang menjadi ribut gara- gara saya. Sungguh saya akan berdoa, maka hendaklah kalian mengamininya. Dia lalu berdoa: Ya Allah, jadikan saya mati syahid dalam rangka menolong kaum muslimin. Maka orang-orang pun mengamininya. Dialah orang yang pertama kali bergulat dalam peperangan itu. Semoga Allah meridhainya.
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa an-Nu'man berdoa: Ya Allah luhurkan- lah agama-Mu, tolonglah hamba-Mu dan jadikanlah Nu'man orang yang pertama kali mati syahid di hari ini, karena meluhurkan agama-Mu dan menolong hamba-Mu.
Alangkah agungnya doa an-Nu'man tersebut. Doa itu tidak akan dikatakan kecuali oleh orang-orang yang sabar dan orang-orang yang mempunyai jiwa yang besar.
9. Kerinduan kaum muslimin (para sahabat) untuk mengorbankan jiwa mereka di jalan Allah
Saya akan mengakhiri pembicaraan mengenai tanda cinta kepada Rasulullah ini dengan menuturkan hadis dari Ubadah bin Shamit ra dengan menjelaskan bagaimana keinginan kaum muslimin para pecinta Rasulullah untuk mengorbankan jiwa mereka dalam rangka berjuang di jalan Allah sehingga tidak ada fitnah dan agar agama itu hanya untuk Allah.
Dia berkata: Tidak ada seorang pun di antara kami, kecuali berdoa kepada Tuhannya di waktu pagi dan sore agar
memperoleh syahadah (mati syahid), dan agar tidak dikembalikan lagi ke daerahnya, buminya, keluarga dan anaknya. Tidak ada kesedihan sedikit pun dari salah seorang di antara kami terhadap apa yang terjadi setelahnya. Sebab setiap kami sudah menitipkan keluarga dan anaknya kepada Allah. Sesungguhnya kesedihan kami adalah justru terhadap apa yang ada di depan kami.
Ya Allah, semoga Engkau jadikan kami termasuk orang-orang seperti mereka. Amin ya Rabbal 'alamin.
TANDA CINTA YANG KEEMPAT : MAU MENOLONG SUNNAH NABI DAN BERJALAN DI ATAS SYARIATNYA
Adalah merupakan hal yang sudah mafhum bahwa seorang yang jatuh cinta itu akan mengorbankan waktu, kemampuan dan seluruh yang dimilikinya (harta dan jiwanya) untuk kekasihnya. Nabi saw yang mulia, sesungguhnya telah mengorbankan seluruh apa yang diberikan Allah, berupa kemampuan, harta dan jiwanya untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, dari penyembahan kepada manusia menuju penyembahan kepada Allah, sebagai Tuhan manusia. Beliau saw
juga telah berjuang sungguh-sungguh agar kalimah Allah itu tinggi dan kalimah oijang-orang kafir itu rendah. Beliau juga telah berjihad agar tidak ada lagi fitnah di muka bumi ini dan agar agama itu total untuk Allah semata.
Tidaklah mengherankan jika kemudian para sahabat yang mencintai Rasulullah itu mengikuti petunjuknya dan meneladani semua perilakunya. Mereka selalu mencurahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya, harta dan jiwanya untuk tujuan kekasihnya. Berikut ini akan penulis kemukakan sebagian sikap perilaku mereka yang menunjukkan hal itu.
1. Ajakan Anas bin Nadr untuk mengorbankan dirinya di jalan Allah dan menjadikan dirinya sebagai tebusan
Ketika perang Uhud, terjadilah kekacauan di tengah-tengah tentara Islam. Waktu itu juga sempat tersebar berita bahwa Rasulullah telah mati terbunuh. Karena terpengaruh oleh berita yang cukup mengejutkan tersebut, maka se bagian sahabat duduk-duduk, seolah mereka merasa patah semangat. Tiba-tiba datanglah Anas bin Nadr kepada mereka, lalu berpidato kepada mereka: "Apa yang menyebabkan kalian duduk-duduk di sini?" Mereka menjawab: "Sebab Rasulullah telah terbunuh." Anas lalu berkata: "Apa yang hendak kalian perbuat dalam kehidupan sesudah wafatnya Rasulullah? Bangkitlah kalian semua dan matilah kalian seperti kematian Rasulullah." Lihat Sirah Ibnu Hisyam III/30 dan juga Sirah an- Nabawiyyah Ibnu Hibban al-Busti hlm 225 dan Jawami' as-Sirah, halaman 162.
Lalu bagaimana Anas bin Nadr bangkit sendirian untuk membela agama dan menegakkan kalimah Allah? Marilah kita baca riwayat Imam al-Bukhari dari Anas bin Malik ra, dia berkata: Pada hari perang Uhud umat Islam kalah. Anas bin Nadr berdoa: Ya Allah, saya mohon ampun kepada-Mu atas apa yang diperbuat para sahabat itu dan saya mohon dibebaskan dari perbuatan orang- orang musyrik. Kemudian Rasulullah datang dan disambut oleh Sa'ad bin Mu'adz, maka dia berkata: Wahai Sa'ad bin Muadz, demi Tuhan, ada bau surga. Sungguh saya telah menemukan bau surga dari seorang yang mati di perang Uhud. Sa'ad bin Muadz berkata: Saya tidak dapat berbuat seperti yang ia (Anas bin Nadr) perbuat.
Perawi hadis tersebut, yaitu Anas bin Malik berkata: Saya menemukan lebih dari delapan puluh luka akibat sabetan pedang, tombak atau anak panah mengenai tubuh Anas bin Nadr. Saya mendapati dia telah meninggal dunia, tubuhnya dicincang oleh orang-orang musyrik, sehingga tak seorang pun mengenalinya kecuali saudara perempuannya dengan lantaran jari-jarinya. Kemudian Anas bin Malik berkata: Kami menduga bahwa ayat yang berbunyi: "Minal mu’minin rijalun shadacju ma 'Ahadu Allah alaihi ... turun berkaitan dengan peristiwa terbunuhnya Anas bin Nadr. Semoga Allah SWT melimpahkan ridha kepadanya.
2. Senangnya perasaan Haram bin Malhan ketika mencurahkan dirinya pada waktu menyampaikan surat Rasulullah
Ada seorang sahabat yang benar- benar cinta Rasulullah terluka di tengah- tengah menyampaikan surat beliau, dan akhirnya meninggal dunia saat itu juga. Tetapi sebelum meninggal dunia dia sempat untuk mengungkapkan rasa bahagianya karena memperoleh kebahagiaan yang agung semacam itu. Lalu apa yang ia katakan ketika itu? Marilah kita dengar hadis riwayat Imam al-Bukhari mengenai hal itu.
Dari Anas bin Malik ra. bahwa Nabi saw pernah mengutus pamannya, yaitu Haram, saudara Sulaim dengan tujuh puluh penunggang kuda. Maka berangkatlah Haram, saudara Ummu Sulaim tersebut, bersama dengan salah seorang dari bani Fulan, seorang yang pincang kakinya. Haram berkata: "Mendekatlah kalian sampai saya mendatangi kepada mereka (kaum yang hendak dikasih surat). Apabila mereka beriman kepadaku, maka kalian akan dekat denganku. Kalau mereka mau membunuhku, maka datangkanlah kawan-kawan kalian."
Haram lalu berkata: Apakah kalian percaya kepadaku bahwa aku akan menyampaikan risalah (surat) Rasulullah?" Mereka saling memberi isyarat, dan tiba- tiba dari belakang ia dilempar tombak. Ketika itu dia masih sempat berkata: AUahu Akbar, Demi Allah, saya beruntung. Hamam, salah seorang perawi hadis tersebut berkata: "Saya menduga Haram tertusuk tombak hingga tembus."
Itulah cinta sejati dari seorang sahabat yang menganggap kematiannya sebagai keberuntungan, meskipun harus mengorbankan jiwanya ketika menyampaikan surat kekasihnya, yaitu Rasulullah saw. Demi Allah, sesungguhnya hal itu merupakan keberuntungan. Ya Allah, janganlah Engkau halangi ia untuk memperoleh pahalamu. Amin Ya Rabbal aiamin.
3. Dikirimnya pasukan Usamah oleh Abu Bakar ash-Shiddiq, meskipun Rasulullah telah wafat dan kondisinya sangat menyulitkan
Setelah Rasulullah wafat, para sahabat diuji dengan ujian yang sangat berat, di mana banyak orang murtad dari bangsa Arab, dan mereka bermaksud
menyerang kaum muslimin yang berada di Madinah al-Munawwarah. Akibatnya, —sebagaimana yang digambarkan oleh Ammar bin Yasir— para sahabat menjadi seperti kambing tanpa pengembala, dan kota Madinah pun terasa sangat sempit bagi penduduknya, lebih sempit dibanding cincin yang melingkar di jari.
Dalam kondisi sulit semacam itu, datanglah perintah untuk melaksanakan pengiriman pasukan Usamah yang telah dipersiapkan Nabi untuk memerangi musuh-musuh Allah di suatu negeri yang jauh dari Madinah. al-Munawarah. Tetapi pasukan tersebut rupanya belum jadi berangkat, karena ketika itu melihat kondisi Nabi sedang sakit parah, yang kemudian menyebabkan beliau berpulang ke rahmat Allah.
Bagaimana sikap Abu Bakar, —sebagai seorang yang benar-benar mencintai Nabi— terhadap perintah pengiriman pasukan itu? Marilah kita dengarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabari dari Ashim bin 'Adiy, dia berkata: Abu Bakar dipanggil oleh seseorang sehari setelah kematian Rasulullah, yang isinya: Hendaklah disempurnakan pengiriman pasukan Usamah. Ingatlah! Jangan sampai ada seorang pasukan pun dari tentara Usamah yang masih tetap tinggal di Madinah, kecuali ia harus keluar menuju pasukan beliau di daerah Jurf (yaitu daerah sekitar tiga mil dari kota Madinah, tepatnya di daerah Syam).
Ketika Usamah meminta izin kepada Abu Bakar untuk tetap tinggal bersama tentaranya di kota Madinah karena melihat kondisi kota itu sedang bergolak, maka Abu bakar ash-Shiddiq mengirim surat kepadanya yang isinya: "Sungguh aku tidak akan memulai suatu kebijakan yang lebih utama dibanding dengan melaksanakan perintah Rasulullah, (yakni mengirim pasukan Usamah). Dan sungguh aku lebih suka disambar burung daripada harus meninggalkan perintah Rasulullah itu."
Ketika ada indikasi bahwa orang- orang Arab dikhawatirkan akan menyerang kota Madinah, maka Usamah menjawab surat Abu Bakar tersebut dengan mengatakan: "Saya akan menahan pasukan yang pernah dikirim
Rasulullah." Abu Bakar lalu berkata: Kamu benar-benar telah berani melanggar perintah agung tersebut. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya-, seandainya orang-orang Arab itu ingin menyerang Madinah, hal itu lebih aku sukai dibanding aku harus menahan pasukan yang pernah dikirim Rasulullah. (Tarikh Khalifah Ibnu Khayyath, halaman 100)
Dalam riwayat Imam Ath-Thabari, Abu Bakar berkata: "Demi Dzat yang jiwa Abu Bakar berada di tangan-Nya, seandainya binatang buas menyambarku niscaya aku tetap akan mengirim Usamah (dan pasukannya) sebagaimana yang pernah diperintahkan oleh Rasulullah, bahkan sekalipun seandainya di Madinah tak ada orang selain saya, saya akan tetap melaksanakannya." Demikian dijelaskan dalam Tarikh al-Islami karya adz-Dzahabi dalam judul "Masa al-Khulafa' ar- Rasyidun" halaman 20-21.
Demi Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Itulah sikap seorang yang benar- benar cinta kepada Rasulullah. Kemudian Abu Bakar keluar mengantar pasukan sambil berjalan kaki, sedangkan Usamah naik kendaraan (Kuda). Sementara Abdurrahman bin Auf menggiring kendaraannya. Maka berkatalah Usamah kepada Abu Bakar: Wahai Khalifah Rasulullah! Demi Allah, hendaklah tuan naik atau aku yang turun. Abu Bakar menjawab: Demi Allah, kamu jangan turun dan saya tidak akan naik. Saya tidak akan mengotori kakiku sesaat pun dalam berjuang di jalan Allah.
Waktu itu, Abu Bakar sempat berwasiat kepada Usamah: Berbuatlah kamu seperti apa yang telah diperintahkan oleh Nabi. Mulailah dari daerah Qudha'ah, kemudian menuju ke daerah Itabil. Jangan kamu berbuat sembrono sedikit pun terhadap perintah Rasulullah. (Tarikh Thahari jilid II, halaman 226.) Dalam riwayat lain dikatakan, Abu Bakar berkata: Berangkatlah kamu wahai Usamah bersama pasukanmu sesuai dengan apa yang diperintahkan kepadamu. Kemudian berperanglah kamu sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah.
Itulah cinta sejati kepada Rasullulah saw, sehingga ia sanggup berjuang di
jalan Allah, untuk membela agama dan meninggikan kalimah Allah yang haq, sesuai dengan perintah kekasihnya, yaitu Rasulullah saw .
4. Abu Bakar memerangi para penentang zakat dan orang-orang murtad meskipun dalam kondisi yang sangat menyulitkan.
Kita dapat menyaksikan bagaimana seorang yang benar-benar cinta kepada Nabi, yaitu Abu Bakar yang begitu tegas dan kuat tekadnya untuk memerangi para penentang zakat. Salah satu ucapan beliau yang populer adalah:
"Seandainya orang-orang itu enggan memberikan zakat ontanya, yang dulunya biasa mereka bayarkan kepada Rasulullah, niscaya saya akan memerangi mereka, karena penentangan mereka." (HR. Muslim)
Kemudian ketika Abu Bakar mengetahui keinginan orang-orang murtad hendak menyerang Madinah al- Munawarah, beliau keluar dengan menghunus pedang sendirian menuju mereka. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Aisyah putri Abu Bakar, dia berkata: Ayahku Abu Bakar, keluar dengan menghunus pedang sambil menunggang kuda menuju ke Dzil Qishshah (yaitu tempat sekitar dua puluh empat mil dari kota Madinah).
Ketika Abu Bakar diminta untuk tetap tinggal di Madinah dan beliau disarankan agar mengutus utusannya saja, beliau mengatakan: "Tidak, demi Allah saya tidak akan mengutus utusanku. Sungguh aku akan memberi contoh sendiri kepada kalian. (Tarikh Tahabari, Juz II hlm 247 lihat pula Al-Kamil fi Tarikh Ibnil Atsir Juz II hlm 233 dan al-Bidayah wa an-Nihayah, Juz VI hlm 355).
Bagaimana mungkin Abu Bakar, seorang yang benar-benar cinta Nabi akan duduk-duduk saja, sementara agama yang dibawa oleh kekasihnya, yaitu Nabi Muhammad, mengajaknya untuk bangkit berjuang? Bagaimana Abu Bakar tidak akan keluar, sementara ia mendengar syariat yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad meminta dirinya untuk menolong syariat tersebut?
Lalu di mana posisi kita ini? Bukankah kita mendengar bahwa agama yang hak ini menunggu pertolongan kita, mulai dari arah Timur sampai Barat? Apakah kita tidak mendengarkan seruan syariat Islam dari seluruh penjuru dunia, baik yang jauh maupun yang dekat? Adakah di antara kita yang mau memenuhi panggilannya?
Yang perlu dikhawatirkan dari sebagian kita, meskipun telah mengaku cinta kepada Nabi Muhammad saw Adalah bahwa seolah sebagian kita ini seperti orang yang digambarkan Allah dalam al- Qur'an sebagai berikut:
"Mereka mempunyai hati tetapi tidak mampu memahami, mereka punya mata tetapi tidak bisa melihat, mereka mempunyai telinga tetapi tidak mampu mendengar. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. al- A'raf: 179)
5. Permintaan Barra' agar dirinya dilemparkan ke kebun seorang musuh supaya dapat membuka pintunya untuk orang yang akan masuk
Pada waktu perang Yamamah, ketika para pengikut Musailamah al-Kadzdzab melarikan diri ke kebun yang bertembok, dan mereka mengunci pintunya, maka salah seorang pecinta Nabi yaitu Barra' tetap meminta sahabat-sahabatnya untuk melemparkan dirinya melalui tembok mereka, agar ia dapat membukakan pintu tembok kebun tersebut untuk kaum muslimin.
Diriwayatkan dari Imam ath- Thabari: Kemudian kaum muslimin menyerbu (pengikut Musailamah al-
Kadzdzab) dan mengejarnya hingga sampai ke kebun, yang merupakan kebun maut, yang di dalamnya terdapat Musailamah al-Kadzdzab, musuh Allah. Maka Al-Barra' ibnu Malik berkata: Wahai kaum muslimin! Lemparkan saya ke arah kebun tersebut! Orang-orang lalu berkata: Jangan wahai Barra'! Maka Barra' berkata: Sudahlah, kamu lemparkan saja aku ke arah mereka di kebun tersebut. Ketika berhasil masuk ke kebun mereka, Barra' lalu membuka pintu tembok kebun tersebut. Maka kaum muslimin berhasil masuk dan memerangi mereka, sehingga Musailamah al- Kadzdzab berhasil dibunuh. (Tarikh 4tth- Thabari Juz II halaman 290.)
Allahu Akbar, bagaimana Barra' menjadikan dirinya begitu murah untuk berjuang di jalan Allah, padahal sesungguhnya dirinya sangat mahal. Demi Allah dia lebih berharga daripada diri kita.
6. Terjadinya baiat dari empat ratus pasukan kaum muslimin untuk siap mati di perang Yarmuk
Pada waktu perang Yarmuk, kita dapat menyaksikan empat ratus orang yang benar-benar mencintai Rasulullah. Mereka berbai'at untuk siap mati membela agama dan meninggikan kalimah Allah, menghilangkan fitnah dan kerusakan .
Al-Hafizh Ibnu Katsir telah menyebutkan riwayat dari Usman bin Ghassani, dari bapaknya, dia berkata: Ikrimah bin Abu Jahal berkata: Saya sudah berperang bersama Rasulullah di beberapa medan peperangan. Hari ini saya akan menyelidiki kalian. Kemudian Ikrimah menyeru dengan mengatakan: Siapa yang mau dibai'at untuk siap mati di medan perang? Maka pamannya, yaitu al-Haris dan Dharar bin Azwar menyuruh Ikrimah untuk membai'at empat ratus pasukan dari tokoh-tokoh kaum muslimin dan para pasukan berkuda. Maka berperanglah mereka di depan kemahnya Khalid, sehingga semua terluka, bahkan sebagian mereka ada yang terbunuh, di antaranya adalah Dharar bin Azwar. Semoga Allah me- ridhai mereka. (Al-Bidayah wa an- Nihayah, Juz VII halaman 10-11).
7. Naiknya Zubair ke atas benteng besar untuk membuka pintunya bagi tentara Islam yang mau masuk
Di Mesir kita menemukan seorang yang benar-benar mencintai Rasulullah. Dia mau menyerahkan dirinya untuk Allah. Dia dan teman-temannya melakukan apa yang pernah dilakukan oleh Barra' bin Malik ra di perang Yamamah. Tidaklah mengherankan jika ada persamaan antara mereka dengannya dalam pengorbanan mereka. Sebab mereka keluar dari madrasah yang sama. Mereka adalah para pecinta Rasulullah. Madrasah itu adalah Madrasah Muhammadiyyah (madrasah yang dididik langsung oleh Nabi^ Muhammad).
Al-Imam Ibnu Abdil Hakim menceritakan kisah tersebut sebagai berikut: Ketika pembukaan benteng yang dipimpin Amar bin Ash itu terlambat, maka berkatalah Zubair: Sesungguhnya aku hendak menyerahkan jiwaku untuk Allah, dan aku berharap dengan begitu dapat membuka pintu benteng tersebut bagi kaum muslimin. Maka ia meletakkan tangga ke samping benteng dari arah
kamar mandi kemudian naik. Dia juga memerintahkan jika kaum muslimin mendengar takbirnya, supaya ikut serempak bertakbir.
Tidak lama kemudian Zubair pun telah berada di atas benteng sambil bertakbir dan membawa pedang. Orang- orang pun saling berebut untuk naik tangga tersebut, sehingga mereka dilarang oleh Amr, karena khawatir tangganya patah. Ketika Zubair telah berhasil masuk ke dalam benteng dan diikuti oleh yang lainnya sambil bertakbir, maka kaum muslimin yang berada di luar benteng menjawab takbirnya secara serempak. Sehingga musuh kaum muslimin yang berada di dalam benteng tersebut menduga bahwa mereka semua telah berhasil masuk ke dalam benteng. Akhirnya musuh kaum muslimin bersembunyi. Ketika itu, Zubair dan kawan- kawannya segera membuka pintu benteng tersebut sehingga kaum muslimin dapat memasukinya. (Lihat kitab Futuh Mishra wa Akhbaraha hlm 52). Semoga Allah meridhai mereka. Alangkah besarnya cinta mereka dan alangkah besarnya
kesungguhan tebusan mereka untuk agama ini.
8. Doa An-Nu'man bin Muqarrin agar diberi Allah bisa mati syahid dengan menolong kaum muslimin
Pada waktu perang Nahawand kita menyaksikan seorang sahabat yang benar-benar mencintai Allah, di mana dia berdoa agar dapat mati syahid dengan cara menolong kaum muslimin. Imam al- Hafizh adz-Dzahabi menuturkan hal ini sebagai berikut:
An-Nu'man bin Muqarrin berkata: Ketika dua pasukan bertemu di perang Nahawand, jika aku terbunuh malite janganlah seseorang menjadi ribut gara- gara saya. Sungguh saya akan berdoa, maka hendaklah kalian mengamininya. Dia lalu berdoa: Ya Allah, jadikan saya mati syahid dalam rangka menolong kaum muslimin. Maka orang-orang pun mengamininya. Dialah orang yang pertama kali bergulat dalam peperangan itu. Semoga Allah meridhainya.
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa an-Nu'man berdoa: Ya Allah luhurkan- lah agama-Mu, tolonglah hamba-Mu dan jadikanlah Nu'man orang yang pertama kali mati syahid di hari ini, karena meluhurkan agama-Mu dan menolong hamba-Mu.
Alangkah agungnya doa an-Nu'man tersebut. Doa itu tidak akan dikatakan kecuali oleh orang-orang yang sabar dan orang-orang yang mempunyai jiwa yang besar.
9. Kerinduan kaum muslimin (para sahabat) untuk mengorbankan jiwa mereka di jalan Allah
Saya akan mengakhiri pembicaraan mengenai tanda cinta kepada Rasulullah ini dengan menuturkan hadis dari Ubadah bin Shamit ra dengan menjelaskan bagaimana keinginan kaum muslimin para pecinta Rasulullah untuk mengorbankan jiwa mereka dalam rangka berjuang di jalan Allah sehingga tidak ada fitnah dan agar agama itu hanya untuk Allah.
Dia berkata: Tidak ada seorang pun di antara kami, kecuali berdoa kepada Tuhannya di waktu pagi dan sore agar
memperoleh syahadah (mati syahid), dan agar tidak dikembalikan lagi ke daerahnya, buminya, keluarga dan anaknya. Tidak ada kesedihan sedikit pun dari salah seorang di antara kami terhadap apa yang terjadi setelahnya. Sebab setiap kami sudah menitipkan keluarga dan anaknya kepada Allah. Sesungguhnya kesedihan kami adalah justru terhadap apa yang ada di depan kami.
Ya Allah, semoga Engkau jadikan kami termasuk orang-orang seperti mereka. Amin ya Rabbal 'alamin.