3. Ikatan Pemikiran
Maksud dari ikatan pemikiran adalah mengikat seorang muslim sejak ia baru bisa memahami dan berpikir sampai tumbuh dewasa dengan aturan Islam sebagai agama dan negara. Ajaran-ajaran Al-Qur’an sebagai konstitusi dan sumber hukum. Ilmu-ilmu syariah sebagai manhaj dan hukum-hukumnya. Sejarah Islam sebagai semangat dan teladan. Kebudayaan Islam sebagai peradaban. Serta, manhaj dakwak Islam sebagai pendorong dan penyemangat.
Sebelumnya telah kami paparkan dalam pembahasan Tanggung Jawab Pendidikan Akal/Intelektual sebagian hakikat pendidik terhadap pikiran anak-anaknya. Sekarang, saya akan merangkum apa yang telah kami tulis itu dengan tambahan sebagian poin yang sangat berkaitan erat satu sama lain.
Berikut ini hakikat-hakikat tersebut:
■ Keabadian Islam dan kelayakannya untuk setiap ruang dan waktu, karena ia memiliki keistimewaan berupa unsur-unsur holistik, regenerasi, dan kontinuitas.
■ Para orang tua generasi awal telah mencapai kemuliaan, kekuatan, dan peradabannya yang tinggi, karena mereka celah menjadikan Islam sebagai sumber kemuliaannya dan penerapan mereka terhadap undang-undang Al- Qur’an.
■ Menemukan peradaban Islam yang selalu menjadi menara bagi dunia, memberi cahaya kepada umat manusia, dan mereka serap saripatinya sepanjang masa.
■ Menemukan adanya rencana-rencana besar yang digariskan musuh-musuh Islam:
1. Rencana besar Yahudi
2. Rencana besar imperialis
3. Rencana besar komunis
4. Rencana besar salibis
***
Rencana-rencana besar tersebut bertujuan untuk menghapuskan tanda- tanda akidan Islam di atas muka bumi, menanamkan benih-benih atheisme dalam masyarakat Islam, menyebarkan hedonisme dalam keluarga muslim, mematikan semangat perlawanan dan jihad dalam diri pemuda Islam, mengeksploitasi kekayaan negeri-negeri Islam untuk kepentingan kelompok dan pribadi mereka, kemudian menguasai dunia Arab dan Islam agar selalu berada di bawah kuasa mereka dan menjadi terpecah belah.
Peringatan bahwa umat Islam tidak akan pernab merasakan kejayaannya, kecuali mereka menjadikan Islam sebagai manhaj dan hukum, Al-Qur’an sebagai konstitusi dan sumber hukum, dan mengingat baik-baik perkataan 'Umar ini:
■ "Kita adalah kaum yang telah dimuliakan Allah dengan Islam. Maka kapan saja kita berharap kemuliaan dari selainnya, pasti Allah menghinakan kita dengannya."
Alangkah indahnya apa yang dikatakan sebagian mereka, "Kita adalah umat Islam, kita tidak masuk sejarah karena Abu Jahal, Abu Lahab, dan Ubay bin Khalaf. Akan tetapi, kita masuk sejarah karena Rasulullah jg seorang Arab, Abu Bakar, dan Umar. Kita tidak menaklukkan negeri-negeri dengan perang Al-Basus, Dahis, dan Al-Ghabra’, tetapi kita menaklukkannya dengan perang Badar, Al-Qadisiyah, dan Yarmuk. Kita tidak memerintah dunia dengan Al-Mu‘allaqat As-Sab'u (tujuh kumpulan syair yang digantungkan), tetapi kita memerintah dunia dengan Al-Qur’an. Kita tidak membawa risalah Lata dan ‘Uzza kepada manusia, melainkan kita membawa risalah Islam dan prinsip-prinsipnya kepada mereka."
■ Peringatan bahwa keterbelakangan umat Islam dan terpecah belahnya, juga kekuasaan Yahudi penjajah yang memaksakan eksistensinya di Palestina dan Masjidil Aqsha, tiada lain sebagai akibat dari jauhnya kaum muslimin dari Allah. Kita tidak memberlakukan hukum yang telah Allah turunkan, malah justru mengemis kepada aturan dunia dan undang-undang konvensional dari negara-negara yang tidak menegakkan agama samawi dan nilai- nilai akhlak sama sekali.
Maka benar sekali yang disabdakan Rasulullah Saw:
"Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka berhukum dengan selain dari apa yang Allah turunkan, kecuali Allah akan jadikan mereka dikuasai oleh musuh mereka, sehingga musuh dapat menghabiskan sebagian yang ada di tangan mereka. Dan tidaklah mereka memberlakukan kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya, kecuali Allah jadikan (berhasilnya) serangan musuh kepada mereka." (HR. Al-Baihaqi dan Al-Hakim)
Peringatan bahwa masa depan adalah milik Islam walau bagaimanapun konspirasi musuh dan rencana besar orang- orang kafir untuk menghancurkannya. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Al-Bazzar, dan Ath- Thayalisi bahwa Nabi Saw, bersabda:
"Sesungguhnya agama pertama kalian adalah kenabian dan rahmat, kenabian itu ada di antara kalian selama Allah kehendaki bersama kalian. Kemudian Allah mengangkatnya, lalu berlakulah di antaramu khilafah yang berdiri di atas manhaj kenabian. Kekhilafahan itu ada bersama kalian selama Allah kehendaki.
Kemudian Allah mengangkatnya. Lalu khilafah itu menjadi kerajaanyang zalim, maka kerajaan itu ada bersama kalian selama Allah kehendaki. Lalu kerajaan yang zclim itu menjadi kerajaan yang menindas, maka kerjaan yang menindas itu ada selama Allah kehendaki. Lalu Allah mengangkatnya. Kemudian kerajaan yang menindas itu menjadi khilafah yang berpegang pada manhaj kenabian yang memberlakukan sunnah Nabi Saw pada manusia. Dan Islam pun berkuasa di muka bumi yang diridhai oleh yang tinggal di langit dan di bumi. Langit menghujankan airnya dengan melimpah dan bumi mengeluarkan semua tumbuhan dan berkahnya."
Hadits tersebut menerangkan bahwa kerajaan yang menindas telah datang masanya sekarang. Hal ini ditandai dengan banyak terjadi kudeta terhadap para penguasa yang menyampaikan mereka pada tampuk kekuasaan tanpa ada persetujuan sama sekali dari rakyat cian merebutnya dari keinginan rakyat. Munculnya kediktatoran yang dimulai oleh Ataturk di Turki dan diikuti oleh yang lainnya di semua tempat. Namun, dalil dalam hadits tersebut; menerangkan kalau tidak akan berlangsung lama, dan akan datang hari ketika khilafah yang berpegang pada manhaj kenabian akan datang kembali, Semoga hari itu sudah sangat dekat, insya Allah.
■ Peringatan dari cara pandang pesimis dan piitus asa yang mengatakan, "Semuanya sudah berakhir, kita sudah lama,” dan, "Diam saja di rumah, tidakada gunanya berusaha dan berjihad.” Inilah ayat Al-Qur’an yang memperingatkan kita dari cara pandang yang putus asa tersebut. Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya, 'Marilah kepada kami.'Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar. Mereka bakhil terhadapmu. Apabila datang ketakutan [bahayaj, kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik- balik seperti orang yang pingsan karena akan mati. Dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedangkan mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman. Maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (QS. Al-Ahzab [33]: 18-19)
Inilah sabda Rasulullah Saw yang memperingatkan kita darisekelompokorang yang ingin membuat kaum muslimin mundur dari politik dan jihad. Beliau bersabda, "Siapa saja yang berkata, 'Binasalah kaum muslimin,'maka dialah yang membinasakan mereka (kaum muslimin)"
Inilah bukti-bukti dalam sejarah yang berbicara kenyataan tentang guncangan yang menghancurkan dan menimpa kaum muslimin sepanjang masa, maka apakah yang terjadi?
■ Siapa yang dulu mengira bahwa ketika negeri-negeri Islam dan Masjidil Aqsha telah dikuasai oleh kaum salibis, akan muncul seorang pahlawan yang memerdekakannya, Shalahuddin Al-Ayyubi. Sejak saat itulah kaum muslimin pun kembali memiliki eksistensi, kekuatan, dan kemuliaan.
■ Siapa yang mengira ketika bangsa Mongol dan Tatar menghancurkan dunia Islam, akan muncul seorang pahlawan yang membebaskannya, Saefuddin Qutuz dalam peperangan di ‘Ain Jalut. Sehingga kaum muslimin pada masa itu menjadi jaya dan memiliki keagungan yang membuat generasi setelahnya merasa bangga.
Optimis dengan kemenangan adalah mukadimah dari kemenangan. Kekuatan maknawi di setiap bangsa adalah yang mendorong generasi dan para pemuda bangsa tersebut untuk mewujudkan kemenanganyangsesungguhnyalanggeng. Dan sejarahlah yang menjadi saksi apa yang kami katakan ini.
Kebenaran dan hakikat ini harus selalu Anda tanamkan kepada keluarga dan anak-anak Anda, sehingga semua orang terdorong untuk optimis terhadap Islam. Saya sampaikan kabar gembira kepada Anda bahwa jika Anda dengan tekun bersama mereka memberikan kesadaran tentang Islam, membuat ikatan pemikiran, rohani, dan mengingatkan akan agungnya peradaban Islam dan sejarahnya, maka anak-anak Anda akan terikat secara pemikirannya dengan Islam. Perasaan dan emosi mereka akan selaras dengan ajakan kepada Allah. Mereka hanya mengenal syariat Islam sebagai undang-undang dan aturan. Mereka tidak akan menjadikan selain Nabi Saw sebagai teladan dan pemimpin. Mereka juga tidak akan terpengaruh dengan ajakan yang menyesatkan dan akidah kafir yang atheis.
Namun, ini semua hanya akan terjadi jika Anda menyediakan bagi mereka (anak- anak Anda) perpustakaan di rumah yang menyediakan bermacam-macam buku. Mulai dari buku syariah, pemikiran, sejarah, sastra, kisah-kisah, dakwah, serta tokoh- tokoh besar dan para ulama syariat di dunia Islam. Buku-buku yang bermacam-macam tersebut memperlihatkan Islam yang sebenarnya, sebagaimana yang dibawa oleh Nabi Saw, dipahami para sahabat seperti yang diikuti oleh salafus shalih, dan yang mengikuti kebaikan mereka.
Hendaklah ketika Anda ingin mendapatkan satu buku, mintalah saran kepada para ulama yang tulus dan para da'i yang jujur, karena dikhawatirkan masuknya buku yang membawa nama Islam ke dalam rumah Anda, pembahasan tentang Islam, namun penulisnya adalah orang yang telah terpengaruh oleh perang pemikiran dari barat dan orientalis, sehingga ia mengira apa yang mereka katakan itu adalah kebenaran. Lalu ia tuliskan itu sebagai kebenaran, padahal sebenarnya itu semua adalah perkara batil yang bukan berasal dari siam. Contohnya seperti, Ahmad Amin, Thaha Husain, Husain Haikal, Khalid Muhammad Khalid, Muhammad Farid Wajdi, Jalaluddin Al-Kisyk, dan lainnya.
Di antara cara dan sarana yang dapat mengiKat pemikiran dan emosi anak Anda dengan Islam adalah mendengarkan khotbah yang dapat menyadarkan, ceramah yang oermakna, dan film sejarah yang bermanfaat.
Pilihlah masjid yang sesuai untuk melaksanakan shalat Jum'at. Yaitu, masjid yang khathibnya terkenal dengan ketulusannya, ketakwaan, kesadaran, pemahaman keislamannya yang utuh, metode yang menank, wawasan yang luas, ilmu yang banyak yang meliputi segala aspek kehidupan, agar memberikan pengaruh yang lebih dan menghasilkan kesadaran yang menggugah.
Pilinlah ceramah yang tepat untuk didengarkan, yaitu dengan memilih penceramah yang sudah dikenal akidahnya dan akhlak Islamnya, untuk mengikat apa
yang dikatakannya tentang Islam sebagai akidah, ilmu, peradaban, dan pemikiran.
Pilihlah film yang baik, yaitu yang jauh dari perkara-perkara yang munkar. Carilah film yang berisikan tentang kejayaan sejarah Islam, atau tentang cara mengatasi kejahiliyahan yang sedang menimpa kaum muslimin. Selain itu, perhatikan sutradara dan penulis skenarionya. Dia haruslah seorang yang sudah dikenal ketakwaan, akhlak, kecakapan, dan keahliannya yang sudah tidak diragukan. Sehingga pesan yang ingin disampaikan pun dapat sampai kepada para penonton dengan baik.
Itulah cara dan sarana yang terpenting yang saya sarankan bagi Anda untuk membuat ikatan pemikiran, akidah, dan keimanan anak Anda. Jika Anda menjalani semua itu, maka anak Anda akan memiliki keimanan yang kuat, akidah yang dalam untuk menghadapi segala tantangan kejahiliyahan dengan segala macam bentuknya. Bahkan, ia dapat melampaui semua ukuran di bumi ini yang dibuat oleh manusia. Karena, agama Allah yang menjadi keyakinannya melebihi segala keyakinan yang lain:
"...Dan (hukum) siapakahyang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS. Al- Ma'idah [5]: 50)
4. Ikatan Sosial
Pada pembahasan Tanggung Jawab Pendidikan Sosial, kami telah menyebutkan oahwa pendidik memiliki tanggung jawab y'ang besar dalam mendidik anak sejak kecil untuk selalu berpegang pada etika-etika sosial yang luhur dan membiasakannya dengan prinsip-prinsip jiwa yang kuat yang lahir dari akidah Islam yang kekal dan terpancar dari perasaan persaudaraan yang dalam. Agar anak tampak di dalam masyarakat Islam dengan akhlak yang baik, pergaulan yang penuh persaudaraan, etika sosial, memiliki akal yang seimbang, dan perilaku yang bijak.
Kami juga telah menyebutkan empat sarana yang dapat mencapai pendidikan sosial yang baik, yaitu:
■ Menanamkan prinsip-prinsip jiwa yang
hebat
■ Memperhatikan hak orang lain
■ Berpegang teguh pada etika-etika
sosial umum
■ Pengawasan dan kritik sosial
Anda pun pasti sudah tahu bahwa sarana dan cara ini untuk membentuk akhlak anak, mempersiapkan jiwa sosialnya, dan mentalnya. Hal ini bertujuan agar ia menjadi pribadi yang shalih untuk membangun masyarakat yang baik dan mewujudkan umat yang ideal. Inilah titik tolak Islam dalam perbaikan dan pembentukan masyarakat. Akan tetapi, apakah yang dimaksud dengan ikatan sosial, setelah kita membicarakan tentang pendidikan sosial dan sarana- sarananya? Apa juga yang dimaksud dengan membuat ikatan sosial pada anak? Dan apa hubungannya ikatan ini dengan pendidikan? Semua itu akan kami jawab pada pembahasan ini, dan hanya kepada Allah kami memohon pertolongan.
Maksud dari membuat ikatan sosial pada anak yaitu pendidik berusaha menghubungkan anak, sejak ia mulai memahami hakekat semuanya, dengan lingkungan sosial yang bersih dan baik. Agar anak mendapatkan jiwa yang bersih, hati yang suci, iman yang kuat, ilmu yang bermanfaat, akhlak yang terpuji, badan yang sehat, kesadaran Islam yang baik, berjihad demi dakwah, ruh yang cemerlang, dan semangat keimanan dalam beragama.
Lalu seperti apakah lingkungan sosial yang baik yang dapat memberikan sifat yang mulia pada anak dan menjadikannya insan ideal yang penuh kesadaran? Saya memandang bahwa lingkungan tersebut dapat terwujud pada tiga hubungan ini:
□ Hubungan Anak dengan Gurunya
Semua sepakat, jika anak memiliki ikatan atau hubungan dengan guru yang tulus dan baik, yang memahami Islam dengan sebenarnya, pembela Islam dan mujahid di jalannya, menerapkan hukum- hukumnya, menjauhi segala larangannya, dan tidak takut oleh omongan orang, maka anak tersebut tentu akan menjadi sempurna imannya, akhlaknya, menjadi matang akalnya dan pengetahuannya, terbentuk pribadi yang siap berjihad dan berdakwah, terdidik dalam akidah yang kuat, dan Islam yang sempurna.
Namun, seandainya kita mendapatkan guru yang keadaannya terbalik dengan keadaan di atas, apakah yang akan kita dapatkan? Kita akan mendapatkan para guru itu memberikan kepada murid mereka gambaran yang salah tentang Islam. Mereka hanya memberikan salah satu aspek saja dan mengabaikan aspek lainnya.
Di antara contoh memberikan gambaran yang salah tentang Islam, yaitu dengan mengatakan:
■ Islam tidak memiliki sistem hukum.
■ Seorang muslim yang menempuh jalan tasawwuf tidak boleh ikut campur dalam politik.
■ Apab la kamu melihat syaikhmu berbuat maksiat, maka kamu sebagai murid harus meyakini bahwa itu adalah ketaatan.
■ Syaiki itu bersih dari maksiat, karena ia maksum.
■ Seorang murid tidak pernah lepas dari kebur ukan dan tidak akan memiliki budi luhur, juga tidak akan sampai kepada Allah, sehingga ia mengakui segala dosanya kepada syaikhnya.
■ Seorang murid jika tidak meng-akui segala dosanya di hadapan syaikhnya berarti ia telah membatalkan baiatnya.
Dan perkatan lainnya yang bertentangan dengan syariat Allah dan aturan Islam
Di antara contoh orang yang memperhatikan satu aspek dan mengabaikan aspek Islam yang lainnya, seperti:
■ Orang yang memusatkan perhatiannya dalam memperbaiki jiwa dan membersihkannya dan meng-abaikan kewajiban amar makruf nahi munkar, dan melawan orang-orang yang zalim.
■ Orang yang hanya memperhatikan penampilan luar yang islami dan pembentukan rohani dan ibadah, namun mengabaikan sisi amal pergerakan dan kesatuan Islam untuk menegakkan hukum Allah di muka bumi ini.
■ Orang yang hanya mengarahkan semua perhatiannya untuk berdakwah, namun tidak memperhatikan sedikit banyaknya terhadap usaha atau gerakan untuk menegak-kan negara Islam. Padahal mereka tahu bahwa Islam itu utuh dan tidak bisa dibagi-bagi, hukum-hukumnya tidak bisa dipisah-pisahkan, sebagaimana firman Allah:
"...Apakah kamu beriman kepada sebagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian darimu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat...." (QS. Al- Baqarah [2]: 85)
Maka seorang guru rabbani yang berpengetahuan dan kesadaran yang matang adalah yang akan memberikan teladan yang sempurna tentang Islam. Ia tidak boleh menyembunyikan satu ilmu tentang agama Allah, atau diam dari kebenaran, atau juga membiarkan kemungkaran, menganggap remeh kewajiban, memalingkan ucapan dari makna yang sebenarnya, takut kepada seseorang, sangat menyukai sese-orang karena memiliki kedudukan dan kekuasaan, atau mengetahui satu firman Allah tentang suatu perkara, tetapi ia diam saja. Jika ia melakukan salah satu dari perkara di atas, maka ia adalah seorang penyembunyi petunjuk dan penjelas yang telah Allah turunkan. Bahkan, ia termasuk orang yang tidak dilihat dan disucikan Allah pada hari kiamat. Selain itu juga termasuk orang- orang yang dilaknat oleh Allah dan semua pelaknat.
Allah berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan- keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknat, kecuali mereka yang telah bertobat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran). Maka terhadap mereka itulah Aku menerima tobatnya dan Akulah yang Maha Menerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah [2]: 159-160)
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api. Dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak menyucikan mereka dan bagi mereka siksa yang sangat pedih."(QS. Al-Baqarah [2]: 174)
Rasulullah Saw telah memperingatkan dengan neraka Jahannam dan tempat kembali yang buruk bagi semua orang yang menyembunyikan ilmu yang Allah jadikan oermanfaat dalam perkara agama, atau ia diam dari kebenaran yang pasti dalam urusan agama yang ia ketahui. Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri bahwa Rasulullah Saw bersabda:
"Barangsiapa yang menyembunyikan satu ilmu yang Allah jadikan bermanfaat dalam urusan agama, Allah pasti memberinya tali kekang pada hari kiamat dengan tali kekang dari api neraka." (HR. Ibnu Majah)
Para guru yang tulus dan ulama rabbani yang pada masa lalu membawa kepemimpinan perbaikan, pendidikan, bimbingan, dan pembersihan jiwa. Mereka sebenarnya berada pada pemahaman yang tinggi terhadap Islam yang sempurna. Mereka memiliki rasa wara' dan ketakwaan yang besar, teguh dalam menjalankan manhaj Islam yang terdapat pada Al- Qur’an dan As-Sunnah.
Bahkan, mereka memberikan gambaran yang benar tentang Islam dalam perilaku sosial mereka, pemahaman keislaman mereka, tugas mereka dalam membelikan bimbingan, dan arahan tarbiyah. Mereka juga tidak diam kala melihat kemungkaran. Merekamemandang wajib bagi mereka untuk mengubahnya. Mereka tidak akan membiarkan ketika melihat satu maslahat, pasti mereka akan mengatakannya, dan mereka tidak akan tertinggal untuk melakukan jihad yang suci ketika diperlukan.
Adapun tentang keteguhan mereka dalam berpegang pada syariat juga Al- Qur’an dan As-Sunnah, mari kita dengarkan apa yang dikatakan oleh para imam besar dan ulama rabbani ini:
Syaikh Abdul Qadir Al-Kilani dalam bukunya Al-Fath Ar-Rabbani, "Setiap hakikat yang tidak dipandang benar oleh syariat maka itu adalah zindiqah. Terbanglah kepada Allah dengan dua sayap Al-Qur’an dan As-Sunnah, masuklah kepadanya dan tanganmu memegang tangan Rasulullah Saw.
Ia juga berkata, "Meninggalkan ibadah adalah zindiqah, mengerja-kan yang dilarang adalah maksiat, kewajiban tidak akan pernah gugur dalam ‘hal’ bagaimana pun.”
Imam Sahal At-Tustari berkata, "Pokok thariqah (jalan) kami ada tujuh: berpegang teguh pada Al-Qur’an, mengikuti sunnah, mema-kan yang halal, menghindarkan bahaya, menjauhi maksiat, selalu bertobat, dan menyampaikan hak/melakukan kewajiban.”
Imam Abu Al-Hasan Asy-Syadzli berkata, "Apabila bertentangan kasyafmu dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka berpeganglah pada Al-Qur’an dan As- Sunnah dan tinggalkanlah kasyafmu itu. Dan katakan pada dirimu sendiri, ‘Sesungguhnya Allah telah menjamin keterjagaanku di dalam Al-Qur’an dan As- Sunnah, dan tidak menjaminnya di dalam kasyaf, ilham, juga musyahadah, kecuali setelah dicocokkan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah’.”
Imam Abu Sa'id Al-Kharaz berkata, "Setiap batin yang bertentangan dengan zhahir, maka dia itu batil.’’
Perkataan yang dinisbatkan kepada Ibnu Al-‘Arabi, "Para kaum tasawuf semuanya telah sepakat bahwa tidak ada penghalalan dan tidak juga pengharaman setelah syariat Rasulullah Saw dan penutup para nabi. Yang ada hanyalah pemahaman yang diberikan di dalam Al-Qur’an kepada orang-orang pilihan Allah, luapan ilmu yang diberikan Allah kepada orang yang taat kepada-Nya, lalu Allah mengilhaminya dan menjadikan cahaya untuknya.”
Bahkan,kita mendapatkan diantara para imam rabbani ini ada yang memperingatkan bahaya mereka yang mengaku kebatinan yang menggugurkan dari diri mereka dan pengikutnya kewajiban-kewajiban, tidak memberlakukan hukum-hukum syariat, mentakwil nash-nash dengan hal yang berten-tangan dengan yang seharusnya, dan berjalan selain di atas sunnah-sunnah Islam. Bahkan juga kita mendapati mereka memperingat-kan orang yang duduk bersama orang-orang kebatinan tersebut, mereka berlepas diri dari kesesatan mereka, penyimpangan mereka, dan menunjukkan kebatilan mereka.
Abu Yazid Al-Busthami berkata kepada sebagian pengikutnya, "Mari kita berjalan sampai melihat orang ini yang dirinya terkenal sebagai wali. Ia adalah orang yang terkenal dengan kezuhudannya." Ketika orang tersebut keluar dari rumahnya dan masuk ke masjid, ia meludah ke arah kiblat. Maka Abu Yazid langsung berbalik dan pulang tanpa mengucapkan salam kepadanya. Dan ia berkata, "Orang ini tidak tepercaya dengan salah satu etika Rasulullah Saw, maka bagaimana mungkin ia bisa dipercaya dengan pengakuannya?”
Abu Yazid juga berkata, "Seandainya kalian melihat kepada seseorang yang diberi karamah sehingga ia bisa duduk bersila di atas udara, maka janganlah kalian tertipu dengannya sampai kalian melihat bagaimana kalian mendapatinya dalam perintah dan larangan Allah, menjaga hukum had, dan menjalankan syariat.”
Sahal bin 'Abdullah At-Tustari berkata, "Waspadalah duduk bersama tiga golongan orang: penguasa lalim yang lalai, pembaca yang mencari muka, dan ahli tasawuf yang bodoh.”
Imam Al-Junaid berkata, "Mazhab kami adalah yang diikat oleh dasar-dasar Al-Qur’an dan As-Sunnah. Semua thariqah tertutup bagi makhluk kecuali yang mengikuti atsar Rasulullah Saw.
Imam Asy-Sya'rani berkata dalam Al- Yawaqit wa Al-Jawahir, "Setiap orang yang melemparkan timbangan syariah dari tangannya sekejap saja, pasti ia celaka."
Adapun suara mereka dalam meninggikan kalimat al-haq dan berdiri melawan yang batil dan mungkar, serta jihad mereka di jalan Allah, juga ada banyak. Mari kita dengarkan apa yang dikatakan oleh para penulis besar tentang para imam rabbani ini dalam jihadnya, pengaruh dakwahnya, dan bimbingannya untuk ishlah dan tarbiyyah:
Syaikh Abu Zahrah berkata, "Begitu juga dengan tasawuf, sebagaimana yang dikatakan oieh Al-Ustadz Faudah, pada masa-masa kita sekarang ini memiliki beberapa keistimewaan dan pengaruh yang jelas. Kaum muslimin di Afrika Barat, Afrika Tengah, dan Afrika Selatan, iman mereka semua adalah buah hasil dari tasawuf.
Imam As-Sanusi ketika ingin ishlah di antara kaum muslimin, beliau pertama kali menempuh rnanhaj sufi. Manhajnya saat itu aneh dan asing. Maka ia mengambil murid- murid, kemudian ingin menjadikan para pengusaha sebagai murid-muridnya juga. Oleh karena itu, ia membangun ruangan- ruangan keci l untuk shalat (kemah). Kemah pertama yang ia bangun adalah di sebuah gunung di sekitar Mekah. Kemudian ia berpindah dengan kemah-kemahnya di padang pasir. Kemah-kemah ini menjadi oase yang makmur di tengah padang pasir. Dengan usaha para pengikutnya, dapat
digali sumber mata air sehingga dapat menyuburkan ladang perkebunan dan pertanian di sana.
Ia pun memberi pengarahan kepada mereka dan mengajarkan mereka berperang dan menembak, sehingga mereka dapat menyerang (mengusir) penjajah Italia selama lebih dari 20 tahun, ketika negara Turki Utsmani tidak bisa membantu Libya.
Perlawanan Sanusi itu terus berlangsung melalui kemah-kemahnya sampai Allah memindahkan kekuasaan negara Italia. Dan ternyata gerakan Sanusi itu hidup kembali dan kita sangat menginginkan gerakan ini hidup seperti mulanya sebagai thariqah shufiyah yang berjuang dengan gigih.
Al-Ustadz Shabri Abidin berkata dalam seminar Liwa Al-Islam, "Pada kenyataannya, gerakan sufi yang menyebarkan Islam di dunia. Dan saya ingin menyebutkan kepada Anda semua bahwa sejak 50 tahun yang lalu, Syaikh Al-Bakri telah menyusun satu kitab yang menyebutkan kutipan para misionaris. Ia menuliskan, 'Mereka ini berkata, ‘Kami pergi ke pelosok-pelosok wilayah yang jauh dari peradaban dan kota di Afrika, juga pelosok-pelosok Asia, dan kami menemukan di sana para sufi yang telah mendahului kami dan mereka (ahli sufi) lebih unggul daripada kami’."
Semoga kaum muslimin memahami kekuatan ruhiyah dan materil yang terdapat dalam gerakan sufi, maka pasukan mereka telah disiapkan untuk Islam.
Saya melihat di perbatasan-perbatasan Ethiopia, Sudan, Eritria terdapat banyak misionaris Swedia. Saya juga mendapati di samping mereka terdapat gubuk-gubuk yang dibangun oleh para sufi, dan mereka merusak tempat tinggal para misionaris Swedia selama 40 tahun. Oleh karena itu, saya sangat berharap kita bekerja sama untuk membasmi gerakan-gerakan yang menyakiti kita, baik dari segi agama maupun politik. Dan orang-orang yang menyerang gerakan sufi, bukan berarti mereka berada di atas tingkatan isu, tetapi mereka telah tenggelam dalam isu-isu tersebut.
Abu Al-Hasan An-Nadawi berkata di dalarr bukunya Rijal Al-Fikr wa Ad-Da'wah ft Al-Mam, tentang Syaikh Abdul Qadir Al- Jailan , "Orang yang menghadiri majelisnya sampai 70 ribu orang. Lebih dari 5 ribu orang Yahudi dan Nasrani yang masuk Islam karena dakwahnya, dan lebih dari 100 ribu orang yang bertobat karena dakwahnya, la telah membuka lebar-lebar pintu baiat dan tobat, sehingga masuklah melaluinya orang-orang yang sangat banyak yang tidak terhitung. Keadaan mereka menjadi baik, mereka masuk Islam dan menjalankan keislamannya dengan baik. Syaikh terus mendidik mereka dan mengawasi kemajuan mere ca. Para murid syaikh ini merasakan adanya tanggung jawab setelah berbaiat, bertobat, dan memperbarui imannya.
Kemudian syaikh memberi ijazah untuk mengajar kembali kepada mereka yang ia anggap telah mantap, istiqamah, dan memiliki kemampuan untuk mendidik. Mereka pun bersebaran di pelosok-pelosok negeri untuk berdakwah kepada orang- orang agar kembali kepada Allah, mendidik jiwa, dan memerangi kemusyrikan, bid'ah, kejahiliyahan,sertakemunafikan. Maka dari itu, tersebarlah dakwah agama, berdirilah kemah-kemah keimanan, sekolah-sekolah ihsan, markas-markas jihad, dan tempat- tempat perkumpulan persaudaraan di berbagai belahan dunia Islam.
Mereka memiliki keutamaan yang besar dalam menyebarkan Islam di tempat-tempat yang jauh yang tidak diperangi oleh pasukan Islam atau tidak dapat ditundukkan oleh pemerintahan Islam. Dan Islam pun tersebar di Afrika, Indonesia, kepulauan di samudra Hindia, Cina, dan India."
Syaikh Muhammad Raghib Ath- Thabbakh berkata di dalam kitabnya Ats- Tsaqafah Al-lslamiyyah\
Di antara usaha mulia yang telah dilakukan oleh gerakan sufi dan pengaruh mereka yang baik terhadap umat Islam adalah para raja dan pangeran, saat bermaksud untuk berjihad, maka baik dengan isyarat maupun tidak, para sufi itu mengerahkan para pengikutnya untuk keluar ikut berjihad. Mereka bersegera untuk bergabung dengan para mujahid, maka itulah sebab munculnya kemenangan.
Amir Syakib Arslan berkata dalam bukunya Hadhir Al-'Alam Al-Islami pada pembahasan yang berjudul Kebangkitan Islam di Afrika dan Sebab-sebabnya, "Pada abad ke-18 dan 19 muncullah kebangkitan yang baru pada para pengikut dua thariqah: Al-Qadiriyah dan Asy-Syadziliyah. Begitu pula terdapat dua thariqah lain: At- Tijaniyah dan As-Sanusiyah.
Al-Qadiriyah: mereka adalah para
penyebar Islam di barat Afrika dari Senegal sampai Banin yang berdekatan dengan Niger. Mereka menyebarkan Islam dengan cara damai melalui perdagangan dan pendidikan. Mereka mengajarkan anak-anak kecil kulit hitam agama Islam di tengah-tengah pengajaran dan mereka mengi-imkan murid-muridnya dengan biaya kemah-kemah sufi ke berbagai sekolan di Tripoli, Qairuwan, Qurawiyun di Fez, dan Universitas Al-Azhar Mesir. Setelah lulus dari studinya, mereka kembali ke negerinya masing-masing untuk melawan misior aris Kristen di Sudan.
Amir Syakib Arslan berbicara juga mengenai syaikh thariqah Al-Qadiriyah. Ia berkata, "Syaikh Abdul Qadir Al- Jailani adalah seorang sufi yang agung. Ia memiliki banyak pengikut sampai tidak terhitung. Thariqahnya sampai ke Spanyol. Ketika negara Arab hilang dari Granada, maka pusat thariqah berpindah ke Fes. Dengan perantaraan thariqah ini, hilanglah bid'ah dari bangsa Barbar, dan mereka pun berpegang pada As-Sunnah dan A;-Jama‘ah. Sebagaimana thariqah ini juga yang memberi hidayah pada bangsa- bangsa kulit hitam di barat Afrika pada abad ke-15."
Pembicaraannya tentang Sanu- siyah sama dengan yang disebutkan oleh Muhammad Abu Zahrah, tentang perlawanannya melawan penjajah Italia sampai Allah memberikannya kemenangan.
Lalu Amir Syakib Arslan berbicara mengenai thariqah Asy-Syadziliyah. Ia berkata, "Asy-Syadziliyah adalah nisbah kepada Abu Al-Hasan Asy-Syadzili. Ia bergurukepadaAbdusSalambinMusyayasy yang berguru kepada Abu Madin. Thariqah ini adalah di antara thariqah-thariqah yang memasukkan tasawuf ke Maroko. Pusatnya berada di Marakesh. Di antara syaikh-syaikhnya yaitu Sayidi Al-Arabi Ad- Darqawi yang menumbuhkan semangat keagamaan pada murid-muridnya yang terus menyebar sampai ke Maroko Tengah. Ad-Darqawiyah ini memiliki peran yang efektif dalam perlawanannya melawan penjajah Perancis."
Kesimpulan yang bisa kita ambil dari paparan di atas tentang para ulama rabbani, sufi yang memiliki kesadaran, dan para pengikut thariqah yang tulus. Mereka adalah yang membawa kepemimpinan dakwah dari masa ke masa dan risalah Islam kepada manusia. Mereka adalah yang telah menyatukan antara ibadah dan jihad dan mengamalkan hak-hak Allah dan hak-hak hamba. Mereka juga yang menyuarakan kebenaran di hadapan para penguasa zalim dan penjajah yang sewenang-wenang.
Mereka inilah yang telah mengikat kebenarang dengan syariat Islam yang benar, bukan dengan pribadi-pribadi yang fana. Mereka menunggu apa yang akan dihukumkan syariat kepada mereka. Mereka juga menerima kritikan jika mereka salah, saling menasihati jika khilaf, karena mereka yakin bahwa mereka hanya manusia yang bisa benar dan salah. Sebab, maksum itu hanya untuk para nabi. Semoga Allah merahamati Imam Malik ketika ia suatu kali berdiri di hadapan kuburan Rasulullah Saw dan berkata, "Tidaklah di antara kami kecuali yang membantah dan dibantah, kecuali yang memiliki kubur ini." Sambil menunjuk ke makam beliau.
Di antara sikap para ulama yang tulus terhadap syariah dan kebenaran adalah sepe ’ti sikapnya Syaikh An-Nursi At-Turki, yang dijuluki Badi' Az-Zaman (yang hebat di zamannya). Sikapnya itu terlihat ketika ia merasa di antara murid dan pengikutnya ada yang berlebihan menyucikannya. Maka ia berkata kepada mereka dengan memberikan pesan dan nasihat:
" Janganlah kalian menghubungkan kebenaran yang aku serukan kepada kalian dengan pribadi diriku yang fana. Akan tetapi, hendaklah kalian bersegera untuk mengikatnya dengan sumbernya yang suci: Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Suniah Nabi-Nya Saw. Ketahuilah bahwa aku tidak lebih dari seorang makelar yang menunjuk-kan barang dagangan Ar- Rahman. Ketahuilah bahwa aku tidaklah maksum. Terkadang aku berbuat dosa atau juga melakukan penyimpangan, sehingga jika kalian menghubungkan kebenaran dengan pribadiku yang menyimpang dan berdosa, maka penampakan kebenaran itu tercampur dengan dosaku. Dan itu dapat menyimpangkan mereka dari kebenaran.”
Sikap para ulama salaf yang rabbani ini pun tampak pada perkataan Abdullah bin Al-Mubarak kepada Al-Fudhail yang lebih memilih beribadah haji daripada jihad di jalan Allah. Ibnu Al-Mubarak berkata:
Vahai hamba Haramain, seandainya engkau melihat kami, engkau pasti mendapati dirimu bermain-main dengan ibadah.
diapa pun yang melelahkan kudanya dalam kebatilan, maka kuda-kuda kami lelah pada hari yang tidak disukai orang.
Atau orang yang membasahi pipinya dengan air mata, maka leher kami basah dengan darah kami.
Makaketikaperkataan Ibnu Al-Mubarak itu sampai kepada Al-Fudhail, ia menangis dan berkata, "Benar apa yang dikatakan sadaraku dan yang telah menasihatiku.”
Ibnu Al-Mubarak ketika menulis nasihat itu, ia sedang berjibaku dengan jihad dan berkemah di tanah Syam.
Sungguh agung seorang ulama dan guru yang mengukur dirinya dengan kebenaran bukan mengukur kebenaran dengan dirinya. Sungguh agung teladannya untuk orang banyak, ketika ia memberikan Islam kepada mereka dengan manhajnya yang holistik, baik yang berkaitan dengan akidah dan hukum, yang berkaitan dengan agama dan negara, yang berkaitan dengan tazkiyah dan jihad, yang berkaitan khusus dengan ibadah dan politik, atau juga yang berkaitan dengan menyuarakan kebenaran dan kewajiban amar makruf nahi munkar.
Maka yang harus Anda lakukan sebagai pendidik adalah mencari seorang guru rabbani yang berkumpul pada dirinya sifat- sifat dan pemahaman yang disebutkan di atas. Sehingga, ketika anak Anda sudah memiliki hubungan dan ikatan dengan sang guru, sang guru itu akan memberikannya pemahaman keislaman yang benar dan holistik. Ia akan mengarahkan hati anak, pikirannya, dan ruhnya kepada manhaj Islam yang sempurna dan mengikatnya dengankebenaran,syariat, danpemahaman salaf, bukan terhadap pribadi sang guru itu yang tidak maksum dan bersifat fana.
Dan berhati-hatilah, Anda meng-ikat dan menghubungkan anak Anda dengan orang-orang yang mengaku guru, sufi yang bodoh, dan seorang yang munafik, karena mereka sangat banyak pada masa sekarang ini.
■ Seorang mursyid yang mengaku dirinya maksum dan terjaga dari kesalahan, maka ia adalah orang bodoh yang hanya mengaku-aku saja.
■ Mursyid yang menuntut pengikutnya untuk mengakui dosa-dosanya di hadapannya adalah seorang bodoh yang diragukan ke-mursyid-annya.
■ Mursyid yang berharap agar sang murid mengikuti ucapannya, namun memalingkannya dari hidayah Al- Qar'an dan As-Sunnah adalah seorang bodoh yang diragukan ke-mursyid- annya.
■ Mursyid yang berharap sang murid diam ketika melihat mursyidnya durhaka dan agar menganggap maksiat mursyid adalah ketaatan, maka ia adalah seorang bodoh yang diragukan ke-mursyid-annya.
■ Mursyid yang menyembunyikan ilmu agama yang bermanfaat, atau diam saja dari menjelaskan kebenaran yang diketahuinya dari urusan yang sudah pasti dalam agama, maka ia adalah seorang bodoh yang diragukan ke- marsyid-annya.
■ Mursyid yang membatasi pengertian Islam pada tazkiyah an-nafs saja dan mengabaikan prinsip-prinsip Islam yang lain seperti aturan hukum dan aturan kehiduoan, maka ia adalah seorang bodoh yang diragukan ke- mursyid-annya.
■ Seorang mursyid yang bersikap mencari muka di hadapan penguasa dengan memujinya, maka ia adalah seorang yang bodoh dan diragukan ke- mursyid-annya.
Ketika anak terikat dengan teladan yang penuh dengan kesadaran sebagaimana yang telah kami jelaskan di atas, dan bertemu dengan guru atau mursyid yang bersifat rabbani dengan keadaan yang telah kami terangkan di atas, maka anak akan terdidik dalam ketakwaan dan ketaatan kepada Allah. Anak akan tumbuh dalam sikap merendahkan diri di hadapan Allah dan berani membela kebenaran. Anak akan tumbuh dalam ibadah di mihrab dan memerangi musuh di medan jihad. Saat itu, ia akan terdorong untuk menegakkan hukum Allah di muka bumi dengan keimanan, keislaman, semangat muda, kesadaran, pemahaman yang benar, dan tanggung jawab.
Melalui pembentukan yang sempurna ini dan dengan pendidikan yang diberikan, di tangan guru yang memiliki sifat rabbani, anak akan menjadi pribadi yang shalih yang siap menjadi unsur dalam masyarakat Islam yang baik. Pada saat itu juga terwujudlah dengan kedua tangannya kemuliaan Islam, kemenangan kaum muslimin, dan tegaknya negara yang berdiri di atas aturan Al-Qur’an.
□ Hubungan anak dengan teman yang baik
Faktor penting dalam pemben-tukan keimanan dan mental anak, serta dalam menyiapkan akhlak dan sosialnya adalah menghubungkan anak sejak ia masih kecil dengan teman yang shalih. Hal ini bertujuan agar ia mengambil darinya kepribadian yang baik, sifat shalih, ilmu yang bermanfaat, etika yang luhur, dan akhlak yang terpuji.
Seorang pendidik haruslah memperhatikan pada diri anak adanya integritas antara hubungannya dengan guru yang baik dan hubungannya dengan teman yang shalih. Sebab, jika kedua hal itu bertentangan dan saling bertolak belakang, maka itu dapat mengakibatkan bahaya berupa:
Pertama: Dualisme dalam arahan.
Kedua: Menyimpang dalam perilaku.
Maksud dari dualisme dalam arahan,
yaitu anak yang terdidik pada tangan guru yang baik, kemudian berteman dengan orang-orang yang tidak memiliki kesadaran keislaman dan pemahaman yang baik, maka anak akan terpengaruh oleh mereka dan mengambil sifat dan sikap mereka, menerima pikiran mereka, karena ia belum sampai pada tingkat kematangan akal dan wawasan yang menjadikannya dapat memfilter mana yang benar dan mana yang salah. Oleh karena itu, anak menjadi terpengaruh dengan dua pikiran dan mengambil dua kepribadian: kepribadian yang penuh kesadaran dan pemahaman serta kepribadian yang lalai dan jahil. Maka pada saat seperti itu, ia akan mengalami kebingungan dan perang batin dalam dirinya. Ia tidak tahu ke mana harus melangkah.
Sedangkan yang dimaksud dengan penyimpangan dalam perilaku, yaitu ketika anak melihat gurunya yang shalih memberikannya kesadaran keislaman dan pemahaman yang sangat berbeda dengan pemahaman keislaman teman-temannya, maka anak akan terpengaruh dengan hal yang paradoks ini. Ia akan hidup dalam penuh pertanyaan dan pikiran yang bisa membawanya pada penyimpangan perilaku dan akidah, sebagai akibat dari respons terhadap hal-hal paradoks yang dihadapinya. Karenanya, integritas antara ikatan dengan guru dan ikatan dengan teman yang shalih adalah faktor terbesar dalam pembentukan pribadi anak, mental, dan akhlaknya. Sehingga anak tidak hidup di alam yang paradoks, split personality, kebingungan, dan perang batin.
Berdasarkan hal ini, pendidik harus mencari teman yang baik untuk anak. Yaitu, yang sama-sama terdidik di tangan guru yang baik dengan kesadaran dan pemahaman yang benar. Dengan inilah ikatan yang terbentuk akan lebih baik, pengaruhnya lebih kuat, dan integritas dalam pembinaan kepribadian lebih terjamin.
Di antara perkara yang harus diperhatikan pendidik dan diusahakan terwujudnya adalah adanya hubungan anak dengan empat macam teman sebagai berikut:
1. Teman di rumah
2. Teman di lingkungan tempat tinggal
3. Teman di masjid
4. Teman di sekolah
1. Teman di rumah
Teman anak ketika di rumah adalah saudara-saudara dan kerabat dekatnya. Mereka iri adalah yang pertama dijumpai, dikenal, dan berkumpul bersama mereka. Mereka ini juga yang pertama kali akan ditiru anak dan terjalin ikatan dengan mereka. Oleh karena itu, pendidik wajib mengawasi sekuat tenaga juga mengetahui keadaan mereka ini, walaupun mereka masih sai dara atau kerabat dekat anak.
Seperti yang sudah diketahui bersama bahwa kakak terbesar adalah teladan dan contoh bagi anak, baik dalam kebaikan maupun -ceburukan. Maka dari itu, jika orang tua membiarkan terjalin hubungan yang kua: dengan kakaknya yang tidak baik, maka tentu itu akan memberikan pengaruh buruk kepada anak. Pada saat itu, sulit b agi pendidik dan orang tua untuk memperbaiki penyimpangan yang sudah terjadi dan mengembalikan anak kepada akhlak ya ig semestinya.
Solusi praktis untuk mengatasi itu semua adalah mengerahkan segenap kemampuan untuk menghalangi keterikatan anak dengan saudara-saudaranya yang tidak baik dan sudah rusak. Sehingga anak yang masih kecil tidak akan terpengaruh oleh mereka dan tidak akan meniru akhlak mereka yang buruk tersebut.
Pendidik pun harus mencari kerabat dekat yang memiliki anak-anak yang memiliki akhlak yang baik dan kesadaran keislaman yang tinggi. Lalu menyiapkan hubungan sosial antara anak-anak Anda dan anak-anak mereka, agar hubungan mereka semakin kuat dan mereka dapat saling meniru dan mengambil kebaikan dari masing-masing mereka.
Ketika tidak ada kerabat dekat shalih yang memiliki anak yang berakhlak baik, maka pendidik harus mengambil keputusan tegas untuk mencegah anaknya bergaul dengan merekayangtidakmemiliki akhlak yang baik. Bahkan, pendidik harus lebih memperhatikan dan mengawasi mereka, selain pendidik pun harus selalu mengingatkan anak-anak untuk tidak bermain dengan teman-teman yang tidak baik. Selanjutnya, di setiap kesempatan pendidik harus selalu memberikan arahan untuk meman-tapkan keimanan dan akhlak anak, agar fitrah mereka selalu terjaga kebersihannya.
Apabila anak sangat memerlukan teman bermain, maka pendidik harus mencari teman yang baik selain kerabat dekatnya. Yaitu, yang ditiru sifat baik dan akhlak terpujinya. Dengan seperti ini maka pendidik telah memindahkan anak kepada lingkungan yang baik dan kondusif untuk pendidikannya.
2. Teman di lingkungan tempat tinggal
Adapun yang saya maksud dengan teman di lingkungan tempat tinggal, yaitu anak-anak tetangga yang bertempat tinggal di sekitar rumah. Sudah menjadi hal yang biasa bahwa di setiap lingkungan tempat tinggal menyodorkan berbagai macam perilaku, sikap, dan etika. Fenomena ini adalah fenomena yang bahaya dan harus diatasi oleh para pendidik dan yang memiliki tanggung jawab terhadap hal tersebut. Mereka semua barusbekerjasama untuk menanggulangi masalah tersebut. Kami telah membicarakan tentang hal tersebut dalam pembahasan Tanggung Jawab Pendidikan Akhlak, silahkan Anda liat kembali agar lebih jelas.
Namun, yang kami maksudkan di sini adalah perhatian pendidik terhadap liigkunganyangtidakkondusifyangbanyak menyebabkan anak-anak kita menjadi tercela akhlaknya, rusak pendidikannya, dan menyimpang akidahnya. Sehingga pendidik memerlukan usaha berlipat ganda untuk dapat memperbaiki akidah anak, membentuk kembali akhlaknya, sampai ia harus memilih cara yang sangat efektif untuk menyelamatkan anak dari lingkungan yang rusak dan merusak tadi.
Di antara sarana yang tepat-menurut pandangan banyak ahli pendidikan dan sosial-adalah meng-hubungkan anak cengan teman yang baik. Adapun teman terbaik yang harus mengikat anak adalah teman tetangga atau lingkungan tempat t;nggalnya yang baik. Di mana ia selalu bertemu dengannya di masjid, pada waktu Uang, atau berkumpul bersama di meja belajar, tempat olahraga, atau juga keluar untuk jalan-jalan.
Secara pastinya, berhubungan dengan teman yang shalih dari anak-anak tetangga atau lingkungan sekitar dapat menjaga anak dari tercampurnya dengan anak- anak yang tidak baik Selain itu juga bisa menjaga akidahnya dari penyimpangan dan akhlaknya dari ketercelaan. Karenanya, hendaklah pendidik bersungguh-sungguh dalam mengadakan hubungan dan ikatan antara anak Anda dengan temannya yang -halih dari anak-anak tetangga sekitar disertai dengan pengawasan yang ketat dan pengarahan yang kontinu.
3. Teman di masjid
Yang saya maksud dengan teman di masjid, yaitu pertemanan anak dengan anak- anak seusianya yang biasa shalat berjamaah, shalat Jumat, dan mengaji di masjid dekat rumah. Menurut saya, anak yang terbiasa ke masjid karena kesadaran sendiri atau karena arahan orang tua dan gurunya adalah anak yang di dalam dirinya terdapat ruh iman dan ketaatan kepada Allah, la tunduk kepada perintah Islam dan larangannya. Dialah yang bisa diharapkan kebaikannya dan memberi manfaat.
Jika anak tersebut dapat ter-biasa ke masjid oleh orang yang mengarahkannya dan mengajarkan-nya, maka anak tersebut sudah bisa dipastikan dapat diharapkan menjadi bagian dari masyarakat Islam. Dan yang saya ingin tekankan di sini adalah bahwa teman di lingkungan tempat tinggal dan teman di masjid merupakan dua hal yang saling berkaitan yang tidak bisa dilepaskan satu sama lain. Apa manfaatnya berteman dengan teman di lingkungan tetangga jika ia tidak terbiasa shalat di masjid? Apa untung yang bisa diperoleh oleh seorang yang mengimami masjid dari teman lingkungan tempat tinggalnya yang tidak mengarahkan wajahnya ke rumah Allah?
Jika pendidik sangat peduli untuk memilihkan teman terbaik untuk anaknya agar terjalin hubungan antara mereka, maka jadikanlah pilihan tersebut pada teman-teman yang terbiasa ke masjid di lingkungan rumah. Karena mereka berada dalam fitrah yang murni, iman yang suci, dan, akhlak yang bersih. Dari sini tibalah peran pendidik untuk mengawasi anak dan anak-anak lain yang menjadi temannya, dalam kebiasaan mereka shalat jamaah, belajar agama, dan mengaji di masjid.
Pendidik jangan sampai lupa untuk selalu mendukung anak agar terbiasa ke masjid. Sehingga mereka terdorong selalu untuk shalat tepat waktu, saling berlomba untuk shalat berjamaah pada waktunya, dan semangat dalam menghadiri halaqah Al-Qur’an can ilmu-ilmu agama tepat pada waktunya.
Maka, bersungguh-sungguhlah untuk mengadakan ikatan antara anak Anda dengan teman-teman masjidnya sebagaimana yang telah kami terangkan di atas disertai dengan pengawasan dan pemberian dorongan yang kontinu. Agar anak Anda-insya Allah-termasuk kepada muslim yang taat dan shalih.
Maksud dari ikatan pemikiran adalah mengikat seorang muslim sejak ia baru bisa memahami dan berpikir sampai tumbuh dewasa dengan aturan Islam sebagai agama dan negara. Ajaran-ajaran Al-Qur’an sebagai konstitusi dan sumber hukum. Ilmu-ilmu syariah sebagai manhaj dan hukum-hukumnya. Sejarah Islam sebagai semangat dan teladan. Kebudayaan Islam sebagai peradaban. Serta, manhaj dakwak Islam sebagai pendorong dan penyemangat.
Sebelumnya telah kami paparkan dalam pembahasan Tanggung Jawab Pendidikan Akal/Intelektual sebagian hakikat pendidik terhadap pikiran anak-anaknya. Sekarang, saya akan merangkum apa yang telah kami tulis itu dengan tambahan sebagian poin yang sangat berkaitan erat satu sama lain.
Berikut ini hakikat-hakikat tersebut:
■ Keabadian Islam dan kelayakannya untuk setiap ruang dan waktu, karena ia memiliki keistimewaan berupa unsur-unsur holistik, regenerasi, dan kontinuitas.
■ Para orang tua generasi awal telah mencapai kemuliaan, kekuatan, dan peradabannya yang tinggi, karena mereka celah menjadikan Islam sebagai sumber kemuliaannya dan penerapan mereka terhadap undang-undang Al- Qur’an.
■ Menemukan peradaban Islam yang selalu menjadi menara bagi dunia, memberi cahaya kepada umat manusia, dan mereka serap saripatinya sepanjang masa.
■ Menemukan adanya rencana-rencana besar yang digariskan musuh-musuh Islam:
1. Rencana besar Yahudi
2. Rencana besar imperialis
3. Rencana besar komunis
4. Rencana besar salibis
***
Rencana-rencana besar tersebut bertujuan untuk menghapuskan tanda- tanda akidan Islam di atas muka bumi, menanamkan benih-benih atheisme dalam masyarakat Islam, menyebarkan hedonisme dalam keluarga muslim, mematikan semangat perlawanan dan jihad dalam diri pemuda Islam, mengeksploitasi kekayaan negeri-negeri Islam untuk kepentingan kelompok dan pribadi mereka, kemudian menguasai dunia Arab dan Islam agar selalu berada di bawah kuasa mereka dan menjadi terpecah belah.
Peringatan bahwa umat Islam tidak akan pernab merasakan kejayaannya, kecuali mereka menjadikan Islam sebagai manhaj dan hukum, Al-Qur’an sebagai konstitusi dan sumber hukum, dan mengingat baik-baik perkataan 'Umar ini:
■ "Kita adalah kaum yang telah dimuliakan Allah dengan Islam. Maka kapan saja kita berharap kemuliaan dari selainnya, pasti Allah menghinakan kita dengannya."
Alangkah indahnya apa yang dikatakan sebagian mereka, "Kita adalah umat Islam, kita tidak masuk sejarah karena Abu Jahal, Abu Lahab, dan Ubay bin Khalaf. Akan tetapi, kita masuk sejarah karena Rasulullah jg seorang Arab, Abu Bakar, dan Umar. Kita tidak menaklukkan negeri-negeri dengan perang Al-Basus, Dahis, dan Al-Ghabra’, tetapi kita menaklukkannya dengan perang Badar, Al-Qadisiyah, dan Yarmuk. Kita tidak memerintah dunia dengan Al-Mu‘allaqat As-Sab'u (tujuh kumpulan syair yang digantungkan), tetapi kita memerintah dunia dengan Al-Qur’an. Kita tidak membawa risalah Lata dan ‘Uzza kepada manusia, melainkan kita membawa risalah Islam dan prinsip-prinsipnya kepada mereka."
■ Peringatan bahwa keterbelakangan umat Islam dan terpecah belahnya, juga kekuasaan Yahudi penjajah yang memaksakan eksistensinya di Palestina dan Masjidil Aqsha, tiada lain sebagai akibat dari jauhnya kaum muslimin dari Allah. Kita tidak memberlakukan hukum yang telah Allah turunkan, malah justru mengemis kepada aturan dunia dan undang-undang konvensional dari negara-negara yang tidak menegakkan agama samawi dan nilai- nilai akhlak sama sekali.
Maka benar sekali yang disabdakan Rasulullah Saw:
"Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka berhukum dengan selain dari apa yang Allah turunkan, kecuali Allah akan jadikan mereka dikuasai oleh musuh mereka, sehingga musuh dapat menghabiskan sebagian yang ada di tangan mereka. Dan tidaklah mereka memberlakukan kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya, kecuali Allah jadikan (berhasilnya) serangan musuh kepada mereka." (HR. Al-Baihaqi dan Al-Hakim)
Peringatan bahwa masa depan adalah milik Islam walau bagaimanapun konspirasi musuh dan rencana besar orang- orang kafir untuk menghancurkannya. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Al-Bazzar, dan Ath- Thayalisi bahwa Nabi Saw, bersabda:
"Sesungguhnya agama pertama kalian adalah kenabian dan rahmat, kenabian itu ada di antara kalian selama Allah kehendaki bersama kalian. Kemudian Allah mengangkatnya, lalu berlakulah di antaramu khilafah yang berdiri di atas manhaj kenabian. Kekhilafahan itu ada bersama kalian selama Allah kehendaki.
Kemudian Allah mengangkatnya. Lalu khilafah itu menjadi kerajaanyang zalim, maka kerajaan itu ada bersama kalian selama Allah kehendaki. Lalu kerajaan yang zclim itu menjadi kerajaan yang menindas, maka kerjaan yang menindas itu ada selama Allah kehendaki. Lalu Allah mengangkatnya. Kemudian kerajaan yang menindas itu menjadi khilafah yang berpegang pada manhaj kenabian yang memberlakukan sunnah Nabi Saw pada manusia. Dan Islam pun berkuasa di muka bumi yang diridhai oleh yang tinggal di langit dan di bumi. Langit menghujankan airnya dengan melimpah dan bumi mengeluarkan semua tumbuhan dan berkahnya."
Hadits tersebut menerangkan bahwa kerajaan yang menindas telah datang masanya sekarang. Hal ini ditandai dengan banyak terjadi kudeta terhadap para penguasa yang menyampaikan mereka pada tampuk kekuasaan tanpa ada persetujuan sama sekali dari rakyat cian merebutnya dari keinginan rakyat. Munculnya kediktatoran yang dimulai oleh Ataturk di Turki dan diikuti oleh yang lainnya di semua tempat. Namun, dalil dalam hadits tersebut; menerangkan kalau tidak akan berlangsung lama, dan akan datang hari ketika khilafah yang berpegang pada manhaj kenabian akan datang kembali, Semoga hari itu sudah sangat dekat, insya Allah.
■ Peringatan dari cara pandang pesimis dan piitus asa yang mengatakan, "Semuanya sudah berakhir, kita sudah lama,” dan, "Diam saja di rumah, tidakada gunanya berusaha dan berjihad.” Inilah ayat Al-Qur’an yang memperingatkan kita dari cara pandang yang putus asa tersebut. Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya, 'Marilah kepada kami.'Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar. Mereka bakhil terhadapmu. Apabila datang ketakutan [bahayaj, kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik- balik seperti orang yang pingsan karena akan mati. Dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedangkan mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman. Maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (QS. Al-Ahzab [33]: 18-19)
Inilah sabda Rasulullah Saw yang memperingatkan kita darisekelompokorang yang ingin membuat kaum muslimin mundur dari politik dan jihad. Beliau bersabda, "Siapa saja yang berkata, 'Binasalah kaum muslimin,'maka dialah yang membinasakan mereka (kaum muslimin)"
Inilah bukti-bukti dalam sejarah yang berbicara kenyataan tentang guncangan yang menghancurkan dan menimpa kaum muslimin sepanjang masa, maka apakah yang terjadi?
■ Siapa yang dulu mengira bahwa ketika negeri-negeri Islam dan Masjidil Aqsha telah dikuasai oleh kaum salibis, akan muncul seorang pahlawan yang memerdekakannya, Shalahuddin Al-Ayyubi. Sejak saat itulah kaum muslimin pun kembali memiliki eksistensi, kekuatan, dan kemuliaan.
■ Siapa yang mengira ketika bangsa Mongol dan Tatar menghancurkan dunia Islam, akan muncul seorang pahlawan yang membebaskannya, Saefuddin Qutuz dalam peperangan di ‘Ain Jalut. Sehingga kaum muslimin pada masa itu menjadi jaya dan memiliki keagungan yang membuat generasi setelahnya merasa bangga.
Optimis dengan kemenangan adalah mukadimah dari kemenangan. Kekuatan maknawi di setiap bangsa adalah yang mendorong generasi dan para pemuda bangsa tersebut untuk mewujudkan kemenanganyangsesungguhnyalanggeng. Dan sejarahlah yang menjadi saksi apa yang kami katakan ini.
Kebenaran dan hakikat ini harus selalu Anda tanamkan kepada keluarga dan anak-anak Anda, sehingga semua orang terdorong untuk optimis terhadap Islam. Saya sampaikan kabar gembira kepada Anda bahwa jika Anda dengan tekun bersama mereka memberikan kesadaran tentang Islam, membuat ikatan pemikiran, rohani, dan mengingatkan akan agungnya peradaban Islam dan sejarahnya, maka anak-anak Anda akan terikat secara pemikirannya dengan Islam. Perasaan dan emosi mereka akan selaras dengan ajakan kepada Allah. Mereka hanya mengenal syariat Islam sebagai undang-undang dan aturan. Mereka tidak akan menjadikan selain Nabi Saw sebagai teladan dan pemimpin. Mereka juga tidak akan terpengaruh dengan ajakan yang menyesatkan dan akidah kafir yang atheis.
Namun, ini semua hanya akan terjadi jika Anda menyediakan bagi mereka (anak- anak Anda) perpustakaan di rumah yang menyediakan bermacam-macam buku. Mulai dari buku syariah, pemikiran, sejarah, sastra, kisah-kisah, dakwah, serta tokoh- tokoh besar dan para ulama syariat di dunia Islam. Buku-buku yang bermacam-macam tersebut memperlihatkan Islam yang sebenarnya, sebagaimana yang dibawa oleh Nabi Saw, dipahami para sahabat seperti yang diikuti oleh salafus shalih, dan yang mengikuti kebaikan mereka.
Hendaklah ketika Anda ingin mendapatkan satu buku, mintalah saran kepada para ulama yang tulus dan para da'i yang jujur, karena dikhawatirkan masuknya buku yang membawa nama Islam ke dalam rumah Anda, pembahasan tentang Islam, namun penulisnya adalah orang yang telah terpengaruh oleh perang pemikiran dari barat dan orientalis, sehingga ia mengira apa yang mereka katakan itu adalah kebenaran. Lalu ia tuliskan itu sebagai kebenaran, padahal sebenarnya itu semua adalah perkara batil yang bukan berasal dari siam. Contohnya seperti, Ahmad Amin, Thaha Husain, Husain Haikal, Khalid Muhammad Khalid, Muhammad Farid Wajdi, Jalaluddin Al-Kisyk, dan lainnya.
Di antara cara dan sarana yang dapat mengiKat pemikiran dan emosi anak Anda dengan Islam adalah mendengarkan khotbah yang dapat menyadarkan, ceramah yang oermakna, dan film sejarah yang bermanfaat.
Pilihlah masjid yang sesuai untuk melaksanakan shalat Jum'at. Yaitu, masjid yang khathibnya terkenal dengan ketulusannya, ketakwaan, kesadaran, pemahaman keislamannya yang utuh, metode yang menank, wawasan yang luas, ilmu yang banyak yang meliputi segala aspek kehidupan, agar memberikan pengaruh yang lebih dan menghasilkan kesadaran yang menggugah.
Pilinlah ceramah yang tepat untuk didengarkan, yaitu dengan memilih penceramah yang sudah dikenal akidahnya dan akhlak Islamnya, untuk mengikat apa
yang dikatakannya tentang Islam sebagai akidah, ilmu, peradaban, dan pemikiran.
Pilihlah film yang baik, yaitu yang jauh dari perkara-perkara yang munkar. Carilah film yang berisikan tentang kejayaan sejarah Islam, atau tentang cara mengatasi kejahiliyahan yang sedang menimpa kaum muslimin. Selain itu, perhatikan sutradara dan penulis skenarionya. Dia haruslah seorang yang sudah dikenal ketakwaan, akhlak, kecakapan, dan keahliannya yang sudah tidak diragukan. Sehingga pesan yang ingin disampaikan pun dapat sampai kepada para penonton dengan baik.
Itulah cara dan sarana yang terpenting yang saya sarankan bagi Anda untuk membuat ikatan pemikiran, akidah, dan keimanan anak Anda. Jika Anda menjalani semua itu, maka anak Anda akan memiliki keimanan yang kuat, akidah yang dalam untuk menghadapi segala tantangan kejahiliyahan dengan segala macam bentuknya. Bahkan, ia dapat melampaui semua ukuran di bumi ini yang dibuat oleh manusia. Karena, agama Allah yang menjadi keyakinannya melebihi segala keyakinan yang lain:
"...Dan (hukum) siapakahyang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS. Al- Ma'idah [5]: 50)
4. Ikatan Sosial
Pada pembahasan Tanggung Jawab Pendidikan Sosial, kami telah menyebutkan oahwa pendidik memiliki tanggung jawab y'ang besar dalam mendidik anak sejak kecil untuk selalu berpegang pada etika-etika sosial yang luhur dan membiasakannya dengan prinsip-prinsip jiwa yang kuat yang lahir dari akidah Islam yang kekal dan terpancar dari perasaan persaudaraan yang dalam. Agar anak tampak di dalam masyarakat Islam dengan akhlak yang baik, pergaulan yang penuh persaudaraan, etika sosial, memiliki akal yang seimbang, dan perilaku yang bijak.
Kami juga telah menyebutkan empat sarana yang dapat mencapai pendidikan sosial yang baik, yaitu:
■ Menanamkan prinsip-prinsip jiwa yang
hebat
■ Memperhatikan hak orang lain
■ Berpegang teguh pada etika-etika
sosial umum
■ Pengawasan dan kritik sosial
Anda pun pasti sudah tahu bahwa sarana dan cara ini untuk membentuk akhlak anak, mempersiapkan jiwa sosialnya, dan mentalnya. Hal ini bertujuan agar ia menjadi pribadi yang shalih untuk membangun masyarakat yang baik dan mewujudkan umat yang ideal. Inilah titik tolak Islam dalam perbaikan dan pembentukan masyarakat. Akan tetapi, apakah yang dimaksud dengan ikatan sosial, setelah kita membicarakan tentang pendidikan sosial dan sarana- sarananya? Apa juga yang dimaksud dengan membuat ikatan sosial pada anak? Dan apa hubungannya ikatan ini dengan pendidikan? Semua itu akan kami jawab pada pembahasan ini, dan hanya kepada Allah kami memohon pertolongan.
Maksud dari membuat ikatan sosial pada anak yaitu pendidik berusaha menghubungkan anak, sejak ia mulai memahami hakekat semuanya, dengan lingkungan sosial yang bersih dan baik. Agar anak mendapatkan jiwa yang bersih, hati yang suci, iman yang kuat, ilmu yang bermanfaat, akhlak yang terpuji, badan yang sehat, kesadaran Islam yang baik, berjihad demi dakwah, ruh yang cemerlang, dan semangat keimanan dalam beragama.
Lalu seperti apakah lingkungan sosial yang baik yang dapat memberikan sifat yang mulia pada anak dan menjadikannya insan ideal yang penuh kesadaran? Saya memandang bahwa lingkungan tersebut dapat terwujud pada tiga hubungan ini:
□ Hubungan Anak dengan Gurunya
Semua sepakat, jika anak memiliki ikatan atau hubungan dengan guru yang tulus dan baik, yang memahami Islam dengan sebenarnya, pembela Islam dan mujahid di jalannya, menerapkan hukum- hukumnya, menjauhi segala larangannya, dan tidak takut oleh omongan orang, maka anak tersebut tentu akan menjadi sempurna imannya, akhlaknya, menjadi matang akalnya dan pengetahuannya, terbentuk pribadi yang siap berjihad dan berdakwah, terdidik dalam akidah yang kuat, dan Islam yang sempurna.
Namun, seandainya kita mendapatkan guru yang keadaannya terbalik dengan keadaan di atas, apakah yang akan kita dapatkan? Kita akan mendapatkan para guru itu memberikan kepada murid mereka gambaran yang salah tentang Islam. Mereka hanya memberikan salah satu aspek saja dan mengabaikan aspek lainnya.
Di antara contoh memberikan gambaran yang salah tentang Islam, yaitu dengan mengatakan:
■ Islam tidak memiliki sistem hukum.
■ Seorang muslim yang menempuh jalan tasawwuf tidak boleh ikut campur dalam politik.
■ Apab la kamu melihat syaikhmu berbuat maksiat, maka kamu sebagai murid harus meyakini bahwa itu adalah ketaatan.
■ Syaiki itu bersih dari maksiat, karena ia maksum.
■ Seorang murid tidak pernah lepas dari kebur ukan dan tidak akan memiliki budi luhur, juga tidak akan sampai kepada Allah, sehingga ia mengakui segala dosanya kepada syaikhnya.
■ Seorang murid jika tidak meng-akui segala dosanya di hadapan syaikhnya berarti ia telah membatalkan baiatnya.
Dan perkatan lainnya yang bertentangan dengan syariat Allah dan aturan Islam
Di antara contoh orang yang memperhatikan satu aspek dan mengabaikan aspek Islam yang lainnya, seperti:
■ Orang yang memusatkan perhatiannya dalam memperbaiki jiwa dan membersihkannya dan meng-abaikan kewajiban amar makruf nahi munkar, dan melawan orang-orang yang zalim.
■ Orang yang hanya memperhatikan penampilan luar yang islami dan pembentukan rohani dan ibadah, namun mengabaikan sisi amal pergerakan dan kesatuan Islam untuk menegakkan hukum Allah di muka bumi ini.
■ Orang yang hanya mengarahkan semua perhatiannya untuk berdakwah, namun tidak memperhatikan sedikit banyaknya terhadap usaha atau gerakan untuk menegak-kan negara Islam. Padahal mereka tahu bahwa Islam itu utuh dan tidak bisa dibagi-bagi, hukum-hukumnya tidak bisa dipisah-pisahkan, sebagaimana firman Allah:
"...Apakah kamu beriman kepada sebagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian darimu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat...." (QS. Al- Baqarah [2]: 85)
Maka seorang guru rabbani yang berpengetahuan dan kesadaran yang matang adalah yang akan memberikan teladan yang sempurna tentang Islam. Ia tidak boleh menyembunyikan satu ilmu tentang agama Allah, atau diam dari kebenaran, atau juga membiarkan kemungkaran, menganggap remeh kewajiban, memalingkan ucapan dari makna yang sebenarnya, takut kepada seseorang, sangat menyukai sese-orang karena memiliki kedudukan dan kekuasaan, atau mengetahui satu firman Allah tentang suatu perkara, tetapi ia diam saja. Jika ia melakukan salah satu dari perkara di atas, maka ia adalah seorang penyembunyi petunjuk dan penjelas yang telah Allah turunkan. Bahkan, ia termasuk orang yang tidak dilihat dan disucikan Allah pada hari kiamat. Selain itu juga termasuk orang- orang yang dilaknat oleh Allah dan semua pelaknat.
Allah berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan- keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknat, kecuali mereka yang telah bertobat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran). Maka terhadap mereka itulah Aku menerima tobatnya dan Akulah yang Maha Menerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah [2]: 159-160)
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api. Dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak menyucikan mereka dan bagi mereka siksa yang sangat pedih."(QS. Al-Baqarah [2]: 174)
Rasulullah Saw telah memperingatkan dengan neraka Jahannam dan tempat kembali yang buruk bagi semua orang yang menyembunyikan ilmu yang Allah jadikan oermanfaat dalam perkara agama, atau ia diam dari kebenaran yang pasti dalam urusan agama yang ia ketahui. Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri bahwa Rasulullah Saw bersabda:
"Barangsiapa yang menyembunyikan satu ilmu yang Allah jadikan bermanfaat dalam urusan agama, Allah pasti memberinya tali kekang pada hari kiamat dengan tali kekang dari api neraka." (HR. Ibnu Majah)
Para guru yang tulus dan ulama rabbani yang pada masa lalu membawa kepemimpinan perbaikan, pendidikan, bimbingan, dan pembersihan jiwa. Mereka sebenarnya berada pada pemahaman yang tinggi terhadap Islam yang sempurna. Mereka memiliki rasa wara' dan ketakwaan yang besar, teguh dalam menjalankan manhaj Islam yang terdapat pada Al- Qur’an dan As-Sunnah.
Bahkan, mereka memberikan gambaran yang benar tentang Islam dalam perilaku sosial mereka, pemahaman keislaman mereka, tugas mereka dalam membelikan bimbingan, dan arahan tarbiyah. Mereka juga tidak diam kala melihat kemungkaran. Merekamemandang wajib bagi mereka untuk mengubahnya. Mereka tidak akan membiarkan ketika melihat satu maslahat, pasti mereka akan mengatakannya, dan mereka tidak akan tertinggal untuk melakukan jihad yang suci ketika diperlukan.
Adapun tentang keteguhan mereka dalam berpegang pada syariat juga Al- Qur’an dan As-Sunnah, mari kita dengarkan apa yang dikatakan oleh para imam besar dan ulama rabbani ini:
Syaikh Abdul Qadir Al-Kilani dalam bukunya Al-Fath Ar-Rabbani, "Setiap hakikat yang tidak dipandang benar oleh syariat maka itu adalah zindiqah. Terbanglah kepada Allah dengan dua sayap Al-Qur’an dan As-Sunnah, masuklah kepadanya dan tanganmu memegang tangan Rasulullah Saw.
Ia juga berkata, "Meninggalkan ibadah adalah zindiqah, mengerja-kan yang dilarang adalah maksiat, kewajiban tidak akan pernah gugur dalam ‘hal’ bagaimana pun.”
Imam Sahal At-Tustari berkata, "Pokok thariqah (jalan) kami ada tujuh: berpegang teguh pada Al-Qur’an, mengikuti sunnah, mema-kan yang halal, menghindarkan bahaya, menjauhi maksiat, selalu bertobat, dan menyampaikan hak/melakukan kewajiban.”
Imam Abu Al-Hasan Asy-Syadzli berkata, "Apabila bertentangan kasyafmu dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka berpeganglah pada Al-Qur’an dan As- Sunnah dan tinggalkanlah kasyafmu itu. Dan katakan pada dirimu sendiri, ‘Sesungguhnya Allah telah menjamin keterjagaanku di dalam Al-Qur’an dan As- Sunnah, dan tidak menjaminnya di dalam kasyaf, ilham, juga musyahadah, kecuali setelah dicocokkan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah’.”
Imam Abu Sa'id Al-Kharaz berkata, "Setiap batin yang bertentangan dengan zhahir, maka dia itu batil.’’
Perkataan yang dinisbatkan kepada Ibnu Al-‘Arabi, "Para kaum tasawuf semuanya telah sepakat bahwa tidak ada penghalalan dan tidak juga pengharaman setelah syariat Rasulullah Saw dan penutup para nabi. Yang ada hanyalah pemahaman yang diberikan di dalam Al-Qur’an kepada orang-orang pilihan Allah, luapan ilmu yang diberikan Allah kepada orang yang taat kepada-Nya, lalu Allah mengilhaminya dan menjadikan cahaya untuknya.”
Bahkan,kita mendapatkan diantara para imam rabbani ini ada yang memperingatkan bahaya mereka yang mengaku kebatinan yang menggugurkan dari diri mereka dan pengikutnya kewajiban-kewajiban, tidak memberlakukan hukum-hukum syariat, mentakwil nash-nash dengan hal yang berten-tangan dengan yang seharusnya, dan berjalan selain di atas sunnah-sunnah Islam. Bahkan juga kita mendapati mereka memperingat-kan orang yang duduk bersama orang-orang kebatinan tersebut, mereka berlepas diri dari kesesatan mereka, penyimpangan mereka, dan menunjukkan kebatilan mereka.
Abu Yazid Al-Busthami berkata kepada sebagian pengikutnya, "Mari kita berjalan sampai melihat orang ini yang dirinya terkenal sebagai wali. Ia adalah orang yang terkenal dengan kezuhudannya." Ketika orang tersebut keluar dari rumahnya dan masuk ke masjid, ia meludah ke arah kiblat. Maka Abu Yazid langsung berbalik dan pulang tanpa mengucapkan salam kepadanya. Dan ia berkata, "Orang ini tidak tepercaya dengan salah satu etika Rasulullah Saw, maka bagaimana mungkin ia bisa dipercaya dengan pengakuannya?”
Abu Yazid juga berkata, "Seandainya kalian melihat kepada seseorang yang diberi karamah sehingga ia bisa duduk bersila di atas udara, maka janganlah kalian tertipu dengannya sampai kalian melihat bagaimana kalian mendapatinya dalam perintah dan larangan Allah, menjaga hukum had, dan menjalankan syariat.”
Sahal bin 'Abdullah At-Tustari berkata, "Waspadalah duduk bersama tiga golongan orang: penguasa lalim yang lalai, pembaca yang mencari muka, dan ahli tasawuf yang bodoh.”
Imam Al-Junaid berkata, "Mazhab kami adalah yang diikat oleh dasar-dasar Al-Qur’an dan As-Sunnah. Semua thariqah tertutup bagi makhluk kecuali yang mengikuti atsar Rasulullah Saw.
Imam Asy-Sya'rani berkata dalam Al- Yawaqit wa Al-Jawahir, "Setiap orang yang melemparkan timbangan syariah dari tangannya sekejap saja, pasti ia celaka."
Adapun suara mereka dalam meninggikan kalimat al-haq dan berdiri melawan yang batil dan mungkar, serta jihad mereka di jalan Allah, juga ada banyak. Mari kita dengarkan apa yang dikatakan oleh para penulis besar tentang para imam rabbani ini dalam jihadnya, pengaruh dakwahnya, dan bimbingannya untuk ishlah dan tarbiyyah:
Syaikh Abu Zahrah berkata, "Begitu juga dengan tasawuf, sebagaimana yang dikatakan oieh Al-Ustadz Faudah, pada masa-masa kita sekarang ini memiliki beberapa keistimewaan dan pengaruh yang jelas. Kaum muslimin di Afrika Barat, Afrika Tengah, dan Afrika Selatan, iman mereka semua adalah buah hasil dari tasawuf.
Imam As-Sanusi ketika ingin ishlah di antara kaum muslimin, beliau pertama kali menempuh rnanhaj sufi. Manhajnya saat itu aneh dan asing. Maka ia mengambil murid- murid, kemudian ingin menjadikan para pengusaha sebagai murid-muridnya juga. Oleh karena itu, ia membangun ruangan- ruangan keci l untuk shalat (kemah). Kemah pertama yang ia bangun adalah di sebuah gunung di sekitar Mekah. Kemudian ia berpindah dengan kemah-kemahnya di padang pasir. Kemah-kemah ini menjadi oase yang makmur di tengah padang pasir. Dengan usaha para pengikutnya, dapat
digali sumber mata air sehingga dapat menyuburkan ladang perkebunan dan pertanian di sana.
Ia pun memberi pengarahan kepada mereka dan mengajarkan mereka berperang dan menembak, sehingga mereka dapat menyerang (mengusir) penjajah Italia selama lebih dari 20 tahun, ketika negara Turki Utsmani tidak bisa membantu Libya.
Perlawanan Sanusi itu terus berlangsung melalui kemah-kemahnya sampai Allah memindahkan kekuasaan negara Italia. Dan ternyata gerakan Sanusi itu hidup kembali dan kita sangat menginginkan gerakan ini hidup seperti mulanya sebagai thariqah shufiyah yang berjuang dengan gigih.
Al-Ustadz Shabri Abidin berkata dalam seminar Liwa Al-Islam, "Pada kenyataannya, gerakan sufi yang menyebarkan Islam di dunia. Dan saya ingin menyebutkan kepada Anda semua bahwa sejak 50 tahun yang lalu, Syaikh Al-Bakri telah menyusun satu kitab yang menyebutkan kutipan para misionaris. Ia menuliskan, 'Mereka ini berkata, ‘Kami pergi ke pelosok-pelosok wilayah yang jauh dari peradaban dan kota di Afrika, juga pelosok-pelosok Asia, dan kami menemukan di sana para sufi yang telah mendahului kami dan mereka (ahli sufi) lebih unggul daripada kami’."
Semoga kaum muslimin memahami kekuatan ruhiyah dan materil yang terdapat dalam gerakan sufi, maka pasukan mereka telah disiapkan untuk Islam.
Saya melihat di perbatasan-perbatasan Ethiopia, Sudan, Eritria terdapat banyak misionaris Swedia. Saya juga mendapati di samping mereka terdapat gubuk-gubuk yang dibangun oleh para sufi, dan mereka merusak tempat tinggal para misionaris Swedia selama 40 tahun. Oleh karena itu, saya sangat berharap kita bekerja sama untuk membasmi gerakan-gerakan yang menyakiti kita, baik dari segi agama maupun politik. Dan orang-orang yang menyerang gerakan sufi, bukan berarti mereka berada di atas tingkatan isu, tetapi mereka telah tenggelam dalam isu-isu tersebut.
Abu Al-Hasan An-Nadawi berkata di dalarr bukunya Rijal Al-Fikr wa Ad-Da'wah ft Al-Mam, tentang Syaikh Abdul Qadir Al- Jailan , "Orang yang menghadiri majelisnya sampai 70 ribu orang. Lebih dari 5 ribu orang Yahudi dan Nasrani yang masuk Islam karena dakwahnya, dan lebih dari 100 ribu orang yang bertobat karena dakwahnya, la telah membuka lebar-lebar pintu baiat dan tobat, sehingga masuklah melaluinya orang-orang yang sangat banyak yang tidak terhitung. Keadaan mereka menjadi baik, mereka masuk Islam dan menjalankan keislamannya dengan baik. Syaikh terus mendidik mereka dan mengawasi kemajuan mere ca. Para murid syaikh ini merasakan adanya tanggung jawab setelah berbaiat, bertobat, dan memperbarui imannya.
Kemudian syaikh memberi ijazah untuk mengajar kembali kepada mereka yang ia anggap telah mantap, istiqamah, dan memiliki kemampuan untuk mendidik. Mereka pun bersebaran di pelosok-pelosok negeri untuk berdakwah kepada orang- orang agar kembali kepada Allah, mendidik jiwa, dan memerangi kemusyrikan, bid'ah, kejahiliyahan,sertakemunafikan. Maka dari itu, tersebarlah dakwah agama, berdirilah kemah-kemah keimanan, sekolah-sekolah ihsan, markas-markas jihad, dan tempat- tempat perkumpulan persaudaraan di berbagai belahan dunia Islam.
Mereka memiliki keutamaan yang besar dalam menyebarkan Islam di tempat-tempat yang jauh yang tidak diperangi oleh pasukan Islam atau tidak dapat ditundukkan oleh pemerintahan Islam. Dan Islam pun tersebar di Afrika, Indonesia, kepulauan di samudra Hindia, Cina, dan India."
Syaikh Muhammad Raghib Ath- Thabbakh berkata di dalam kitabnya Ats- Tsaqafah Al-lslamiyyah\
Di antara usaha mulia yang telah dilakukan oleh gerakan sufi dan pengaruh mereka yang baik terhadap umat Islam adalah para raja dan pangeran, saat bermaksud untuk berjihad, maka baik dengan isyarat maupun tidak, para sufi itu mengerahkan para pengikutnya untuk keluar ikut berjihad. Mereka bersegera untuk bergabung dengan para mujahid, maka itulah sebab munculnya kemenangan.
Amir Syakib Arslan berkata dalam bukunya Hadhir Al-'Alam Al-Islami pada pembahasan yang berjudul Kebangkitan Islam di Afrika dan Sebab-sebabnya, "Pada abad ke-18 dan 19 muncullah kebangkitan yang baru pada para pengikut dua thariqah: Al-Qadiriyah dan Asy-Syadziliyah. Begitu pula terdapat dua thariqah lain: At- Tijaniyah dan As-Sanusiyah.
Al-Qadiriyah: mereka adalah para
penyebar Islam di barat Afrika dari Senegal sampai Banin yang berdekatan dengan Niger. Mereka menyebarkan Islam dengan cara damai melalui perdagangan dan pendidikan. Mereka mengajarkan anak-anak kecil kulit hitam agama Islam di tengah-tengah pengajaran dan mereka mengi-imkan murid-muridnya dengan biaya kemah-kemah sufi ke berbagai sekolan di Tripoli, Qairuwan, Qurawiyun di Fez, dan Universitas Al-Azhar Mesir. Setelah lulus dari studinya, mereka kembali ke negerinya masing-masing untuk melawan misior aris Kristen di Sudan.
Amir Syakib Arslan berbicara juga mengenai syaikh thariqah Al-Qadiriyah. Ia berkata, "Syaikh Abdul Qadir Al- Jailani adalah seorang sufi yang agung. Ia memiliki banyak pengikut sampai tidak terhitung. Thariqahnya sampai ke Spanyol. Ketika negara Arab hilang dari Granada, maka pusat thariqah berpindah ke Fes. Dengan perantaraan thariqah ini, hilanglah bid'ah dari bangsa Barbar, dan mereka pun berpegang pada As-Sunnah dan A;-Jama‘ah. Sebagaimana thariqah ini juga yang memberi hidayah pada bangsa- bangsa kulit hitam di barat Afrika pada abad ke-15."
Pembicaraannya tentang Sanu- siyah sama dengan yang disebutkan oleh Muhammad Abu Zahrah, tentang perlawanannya melawan penjajah Italia sampai Allah memberikannya kemenangan.
Lalu Amir Syakib Arslan berbicara mengenai thariqah Asy-Syadziliyah. Ia berkata, "Asy-Syadziliyah adalah nisbah kepada Abu Al-Hasan Asy-Syadzili. Ia bergurukepadaAbdusSalambinMusyayasy yang berguru kepada Abu Madin. Thariqah ini adalah di antara thariqah-thariqah yang memasukkan tasawuf ke Maroko. Pusatnya berada di Marakesh. Di antara syaikh-syaikhnya yaitu Sayidi Al-Arabi Ad- Darqawi yang menumbuhkan semangat keagamaan pada murid-muridnya yang terus menyebar sampai ke Maroko Tengah. Ad-Darqawiyah ini memiliki peran yang efektif dalam perlawanannya melawan penjajah Perancis."
Kesimpulan yang bisa kita ambil dari paparan di atas tentang para ulama rabbani, sufi yang memiliki kesadaran, dan para pengikut thariqah yang tulus. Mereka adalah yang membawa kepemimpinan dakwah dari masa ke masa dan risalah Islam kepada manusia. Mereka adalah yang telah menyatukan antara ibadah dan jihad dan mengamalkan hak-hak Allah dan hak-hak hamba. Mereka juga yang menyuarakan kebenaran di hadapan para penguasa zalim dan penjajah yang sewenang-wenang.
Mereka inilah yang telah mengikat kebenarang dengan syariat Islam yang benar, bukan dengan pribadi-pribadi yang fana. Mereka menunggu apa yang akan dihukumkan syariat kepada mereka. Mereka juga menerima kritikan jika mereka salah, saling menasihati jika khilaf, karena mereka yakin bahwa mereka hanya manusia yang bisa benar dan salah. Sebab, maksum itu hanya untuk para nabi. Semoga Allah merahamati Imam Malik ketika ia suatu kali berdiri di hadapan kuburan Rasulullah Saw dan berkata, "Tidaklah di antara kami kecuali yang membantah dan dibantah, kecuali yang memiliki kubur ini." Sambil menunjuk ke makam beliau.
Di antara sikap para ulama yang tulus terhadap syariah dan kebenaran adalah sepe ’ti sikapnya Syaikh An-Nursi At-Turki, yang dijuluki Badi' Az-Zaman (yang hebat di zamannya). Sikapnya itu terlihat ketika ia merasa di antara murid dan pengikutnya ada yang berlebihan menyucikannya. Maka ia berkata kepada mereka dengan memberikan pesan dan nasihat:
" Janganlah kalian menghubungkan kebenaran yang aku serukan kepada kalian dengan pribadi diriku yang fana. Akan tetapi, hendaklah kalian bersegera untuk mengikatnya dengan sumbernya yang suci: Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Suniah Nabi-Nya Saw. Ketahuilah bahwa aku tidak lebih dari seorang makelar yang menunjuk-kan barang dagangan Ar- Rahman. Ketahuilah bahwa aku tidaklah maksum. Terkadang aku berbuat dosa atau juga melakukan penyimpangan, sehingga jika kalian menghubungkan kebenaran dengan pribadiku yang menyimpang dan berdosa, maka penampakan kebenaran itu tercampur dengan dosaku. Dan itu dapat menyimpangkan mereka dari kebenaran.”
Sikap para ulama salaf yang rabbani ini pun tampak pada perkataan Abdullah bin Al-Mubarak kepada Al-Fudhail yang lebih memilih beribadah haji daripada jihad di jalan Allah. Ibnu Al-Mubarak berkata:
Vahai hamba Haramain, seandainya engkau melihat kami, engkau pasti mendapati dirimu bermain-main dengan ibadah.
diapa pun yang melelahkan kudanya dalam kebatilan, maka kuda-kuda kami lelah pada hari yang tidak disukai orang.
Atau orang yang membasahi pipinya dengan air mata, maka leher kami basah dengan darah kami.
Makaketikaperkataan Ibnu Al-Mubarak itu sampai kepada Al-Fudhail, ia menangis dan berkata, "Benar apa yang dikatakan sadaraku dan yang telah menasihatiku.”
Ibnu Al-Mubarak ketika menulis nasihat itu, ia sedang berjibaku dengan jihad dan berkemah di tanah Syam.
Sungguh agung seorang ulama dan guru yang mengukur dirinya dengan kebenaran bukan mengukur kebenaran dengan dirinya. Sungguh agung teladannya untuk orang banyak, ketika ia memberikan Islam kepada mereka dengan manhajnya yang holistik, baik yang berkaitan dengan akidah dan hukum, yang berkaitan dengan agama dan negara, yang berkaitan dengan tazkiyah dan jihad, yang berkaitan khusus dengan ibadah dan politik, atau juga yang berkaitan dengan menyuarakan kebenaran dan kewajiban amar makruf nahi munkar.
Maka yang harus Anda lakukan sebagai pendidik adalah mencari seorang guru rabbani yang berkumpul pada dirinya sifat- sifat dan pemahaman yang disebutkan di atas. Sehingga, ketika anak Anda sudah memiliki hubungan dan ikatan dengan sang guru, sang guru itu akan memberikannya pemahaman keislaman yang benar dan holistik. Ia akan mengarahkan hati anak, pikirannya, dan ruhnya kepada manhaj Islam yang sempurna dan mengikatnya dengankebenaran,syariat, danpemahaman salaf, bukan terhadap pribadi sang guru itu yang tidak maksum dan bersifat fana.
Dan berhati-hatilah, Anda meng-ikat dan menghubungkan anak Anda dengan orang-orang yang mengaku guru, sufi yang bodoh, dan seorang yang munafik, karena mereka sangat banyak pada masa sekarang ini.
■ Seorang mursyid yang mengaku dirinya maksum dan terjaga dari kesalahan, maka ia adalah orang bodoh yang hanya mengaku-aku saja.
■ Mursyid yang menuntut pengikutnya untuk mengakui dosa-dosanya di hadapannya adalah seorang bodoh yang diragukan ke-mursyid-annya.
■ Mursyid yang berharap agar sang murid mengikuti ucapannya, namun memalingkannya dari hidayah Al- Qar'an dan As-Sunnah adalah seorang bodoh yang diragukan ke-mursyid- annya.
■ Mursyid yang berharap sang murid diam ketika melihat mursyidnya durhaka dan agar menganggap maksiat mursyid adalah ketaatan, maka ia adalah seorang bodoh yang diragukan ke-mursyid-annya.
■ Mursyid yang menyembunyikan ilmu agama yang bermanfaat, atau diam saja dari menjelaskan kebenaran yang diketahuinya dari urusan yang sudah pasti dalam agama, maka ia adalah seorang bodoh yang diragukan ke- marsyid-annya.
■ Mursyid yang membatasi pengertian Islam pada tazkiyah an-nafs saja dan mengabaikan prinsip-prinsip Islam yang lain seperti aturan hukum dan aturan kehiduoan, maka ia adalah seorang bodoh yang diragukan ke- mursyid-annya.
■ Seorang mursyid yang bersikap mencari muka di hadapan penguasa dengan memujinya, maka ia adalah seorang yang bodoh dan diragukan ke- mursyid-annya.
Ketika anak terikat dengan teladan yang penuh dengan kesadaran sebagaimana yang telah kami jelaskan di atas, dan bertemu dengan guru atau mursyid yang bersifat rabbani dengan keadaan yang telah kami terangkan di atas, maka anak akan terdidik dalam ketakwaan dan ketaatan kepada Allah. Anak akan tumbuh dalam sikap merendahkan diri di hadapan Allah dan berani membela kebenaran. Anak akan tumbuh dalam ibadah di mihrab dan memerangi musuh di medan jihad. Saat itu, ia akan terdorong untuk menegakkan hukum Allah di muka bumi dengan keimanan, keislaman, semangat muda, kesadaran, pemahaman yang benar, dan tanggung jawab.
Melalui pembentukan yang sempurna ini dan dengan pendidikan yang diberikan, di tangan guru yang memiliki sifat rabbani, anak akan menjadi pribadi yang shalih yang siap menjadi unsur dalam masyarakat Islam yang baik. Pada saat itu juga terwujudlah dengan kedua tangannya kemuliaan Islam, kemenangan kaum muslimin, dan tegaknya negara yang berdiri di atas aturan Al-Qur’an.
□ Hubungan anak dengan teman yang baik
Faktor penting dalam pemben-tukan keimanan dan mental anak, serta dalam menyiapkan akhlak dan sosialnya adalah menghubungkan anak sejak ia masih kecil dengan teman yang shalih. Hal ini bertujuan agar ia mengambil darinya kepribadian yang baik, sifat shalih, ilmu yang bermanfaat, etika yang luhur, dan akhlak yang terpuji.
Seorang pendidik haruslah memperhatikan pada diri anak adanya integritas antara hubungannya dengan guru yang baik dan hubungannya dengan teman yang shalih. Sebab, jika kedua hal itu bertentangan dan saling bertolak belakang, maka itu dapat mengakibatkan bahaya berupa:
Pertama: Dualisme dalam arahan.
Kedua: Menyimpang dalam perilaku.
Maksud dari dualisme dalam arahan,
yaitu anak yang terdidik pada tangan guru yang baik, kemudian berteman dengan orang-orang yang tidak memiliki kesadaran keislaman dan pemahaman yang baik, maka anak akan terpengaruh oleh mereka dan mengambil sifat dan sikap mereka, menerima pikiran mereka, karena ia belum sampai pada tingkat kematangan akal dan wawasan yang menjadikannya dapat memfilter mana yang benar dan mana yang salah. Oleh karena itu, anak menjadi terpengaruh dengan dua pikiran dan mengambil dua kepribadian: kepribadian yang penuh kesadaran dan pemahaman serta kepribadian yang lalai dan jahil. Maka pada saat seperti itu, ia akan mengalami kebingungan dan perang batin dalam dirinya. Ia tidak tahu ke mana harus melangkah.
Sedangkan yang dimaksud dengan penyimpangan dalam perilaku, yaitu ketika anak melihat gurunya yang shalih memberikannya kesadaran keislaman dan pemahaman yang sangat berbeda dengan pemahaman keislaman teman-temannya, maka anak akan terpengaruh dengan hal yang paradoks ini. Ia akan hidup dalam penuh pertanyaan dan pikiran yang bisa membawanya pada penyimpangan perilaku dan akidah, sebagai akibat dari respons terhadap hal-hal paradoks yang dihadapinya. Karenanya, integritas antara ikatan dengan guru dan ikatan dengan teman yang shalih adalah faktor terbesar dalam pembentukan pribadi anak, mental, dan akhlaknya. Sehingga anak tidak hidup di alam yang paradoks, split personality, kebingungan, dan perang batin.
Berdasarkan hal ini, pendidik harus mencari teman yang baik untuk anak. Yaitu, yang sama-sama terdidik di tangan guru yang baik dengan kesadaran dan pemahaman yang benar. Dengan inilah ikatan yang terbentuk akan lebih baik, pengaruhnya lebih kuat, dan integritas dalam pembinaan kepribadian lebih terjamin.
Di antara perkara yang harus diperhatikan pendidik dan diusahakan terwujudnya adalah adanya hubungan anak dengan empat macam teman sebagai berikut:
1. Teman di rumah
2. Teman di lingkungan tempat tinggal
3. Teman di masjid
4. Teman di sekolah
1. Teman di rumah
Teman anak ketika di rumah adalah saudara-saudara dan kerabat dekatnya. Mereka iri adalah yang pertama dijumpai, dikenal, dan berkumpul bersama mereka. Mereka ini juga yang pertama kali akan ditiru anak dan terjalin ikatan dengan mereka. Oleh karena itu, pendidik wajib mengawasi sekuat tenaga juga mengetahui keadaan mereka ini, walaupun mereka masih sai dara atau kerabat dekat anak.
Seperti yang sudah diketahui bersama bahwa kakak terbesar adalah teladan dan contoh bagi anak, baik dalam kebaikan maupun -ceburukan. Maka dari itu, jika orang tua membiarkan terjalin hubungan yang kua: dengan kakaknya yang tidak baik, maka tentu itu akan memberikan pengaruh buruk kepada anak. Pada saat itu, sulit b agi pendidik dan orang tua untuk memperbaiki penyimpangan yang sudah terjadi dan mengembalikan anak kepada akhlak ya ig semestinya.
Solusi praktis untuk mengatasi itu semua adalah mengerahkan segenap kemampuan untuk menghalangi keterikatan anak dengan saudara-saudaranya yang tidak baik dan sudah rusak. Sehingga anak yang masih kecil tidak akan terpengaruh oleh mereka dan tidak akan meniru akhlak mereka yang buruk tersebut.
Pendidik pun harus mencari kerabat dekat yang memiliki anak-anak yang memiliki akhlak yang baik dan kesadaran keislaman yang tinggi. Lalu menyiapkan hubungan sosial antara anak-anak Anda dan anak-anak mereka, agar hubungan mereka semakin kuat dan mereka dapat saling meniru dan mengambil kebaikan dari masing-masing mereka.
Ketika tidak ada kerabat dekat shalih yang memiliki anak yang berakhlak baik, maka pendidik harus mengambil keputusan tegas untuk mencegah anaknya bergaul dengan merekayangtidakmemiliki akhlak yang baik. Bahkan, pendidik harus lebih memperhatikan dan mengawasi mereka, selain pendidik pun harus selalu mengingatkan anak-anak untuk tidak bermain dengan teman-teman yang tidak baik. Selanjutnya, di setiap kesempatan pendidik harus selalu memberikan arahan untuk meman-tapkan keimanan dan akhlak anak, agar fitrah mereka selalu terjaga kebersihannya.
Apabila anak sangat memerlukan teman bermain, maka pendidik harus mencari teman yang baik selain kerabat dekatnya. Yaitu, yang ditiru sifat baik dan akhlak terpujinya. Dengan seperti ini maka pendidik telah memindahkan anak kepada lingkungan yang baik dan kondusif untuk pendidikannya.
2. Teman di lingkungan tempat tinggal
Adapun yang saya maksud dengan teman di lingkungan tempat tinggal, yaitu anak-anak tetangga yang bertempat tinggal di sekitar rumah. Sudah menjadi hal yang biasa bahwa di setiap lingkungan tempat tinggal menyodorkan berbagai macam perilaku, sikap, dan etika. Fenomena ini adalah fenomena yang bahaya dan harus diatasi oleh para pendidik dan yang memiliki tanggung jawab terhadap hal tersebut. Mereka semua barusbekerjasama untuk menanggulangi masalah tersebut. Kami telah membicarakan tentang hal tersebut dalam pembahasan Tanggung Jawab Pendidikan Akhlak, silahkan Anda liat kembali agar lebih jelas.
Namun, yang kami maksudkan di sini adalah perhatian pendidik terhadap liigkunganyangtidakkondusifyangbanyak menyebabkan anak-anak kita menjadi tercela akhlaknya, rusak pendidikannya, dan menyimpang akidahnya. Sehingga pendidik memerlukan usaha berlipat ganda untuk dapat memperbaiki akidah anak, membentuk kembali akhlaknya, sampai ia harus memilih cara yang sangat efektif untuk menyelamatkan anak dari lingkungan yang rusak dan merusak tadi.
Di antara sarana yang tepat-menurut pandangan banyak ahli pendidikan dan sosial-adalah meng-hubungkan anak cengan teman yang baik. Adapun teman terbaik yang harus mengikat anak adalah teman tetangga atau lingkungan tempat t;nggalnya yang baik. Di mana ia selalu bertemu dengannya di masjid, pada waktu Uang, atau berkumpul bersama di meja belajar, tempat olahraga, atau juga keluar untuk jalan-jalan.
Secara pastinya, berhubungan dengan teman yang shalih dari anak-anak tetangga atau lingkungan sekitar dapat menjaga anak dari tercampurnya dengan anak- anak yang tidak baik Selain itu juga bisa menjaga akidahnya dari penyimpangan dan akhlaknya dari ketercelaan. Karenanya, hendaklah pendidik bersungguh-sungguh dalam mengadakan hubungan dan ikatan antara anak Anda dengan temannya yang -halih dari anak-anak tetangga sekitar disertai dengan pengawasan yang ketat dan pengarahan yang kontinu.
3. Teman di masjid
Yang saya maksud dengan teman di masjid, yaitu pertemanan anak dengan anak- anak seusianya yang biasa shalat berjamaah, shalat Jumat, dan mengaji di masjid dekat rumah. Menurut saya, anak yang terbiasa ke masjid karena kesadaran sendiri atau karena arahan orang tua dan gurunya adalah anak yang di dalam dirinya terdapat ruh iman dan ketaatan kepada Allah, la tunduk kepada perintah Islam dan larangannya. Dialah yang bisa diharapkan kebaikannya dan memberi manfaat.
Jika anak tersebut dapat ter-biasa ke masjid oleh orang yang mengarahkannya dan mengajarkan-nya, maka anak tersebut sudah bisa dipastikan dapat diharapkan menjadi bagian dari masyarakat Islam. Dan yang saya ingin tekankan di sini adalah bahwa teman di lingkungan tempat tinggal dan teman di masjid merupakan dua hal yang saling berkaitan yang tidak bisa dilepaskan satu sama lain. Apa manfaatnya berteman dengan teman di lingkungan tetangga jika ia tidak terbiasa shalat di masjid? Apa untung yang bisa diperoleh oleh seorang yang mengimami masjid dari teman lingkungan tempat tinggalnya yang tidak mengarahkan wajahnya ke rumah Allah?
Jika pendidik sangat peduli untuk memilihkan teman terbaik untuk anaknya agar terjalin hubungan antara mereka, maka jadikanlah pilihan tersebut pada teman-teman yang terbiasa ke masjid di lingkungan rumah. Karena mereka berada dalam fitrah yang murni, iman yang suci, dan, akhlak yang bersih. Dari sini tibalah peran pendidik untuk mengawasi anak dan anak-anak lain yang menjadi temannya, dalam kebiasaan mereka shalat jamaah, belajar agama, dan mengaji di masjid.
Pendidik jangan sampai lupa untuk selalu mendukung anak agar terbiasa ke masjid. Sehingga mereka terdorong selalu untuk shalat tepat waktu, saling berlomba untuk shalat berjamaah pada waktunya, dan semangat dalam menghadiri halaqah Al-Qur’an can ilmu-ilmu agama tepat pada waktunya.
Maka, bersungguh-sungguhlah untuk mengadakan ikatan antara anak Anda dengan teman-teman masjidnya sebagaimana yang telah kami terangkan di atas disertai dengan pengawasan dan pemberian dorongan yang kontinu. Agar anak Anda-insya Allah-termasuk kepada muslim yang taat dan shalih.