Hujroh - Forum Pesantren Indonesia Alumni Pesantren Indonesia Forum      Misi Hujroh
 

Main juga kesini sul:
The Ghurfah Kisah Sukses Alumni Alumni di Luar Negeri Bisnis Online Hikayah fi Ma'had Railfans Dunia Pesantren Ekonomi Islam
Forum  Knowledge  Hadits 
Anugerah Dan Keadilan Allah
Pages: [1]

(Read 908 times - 1 votes) 
  

Co Hujroh

  • Abadan fi Ma'had
  • ***
  • Co Hujroh No Reputation.
  • Join: 2018
  • Posts: 2095
  • Logged
Anugerah Dan Keadilan Allah
« on: 18 Aug, 2018, 10:02:37 »

Anugerah Dan Keadilan Allah

Hadits 37 Bagian 1

Dari 'Abdullah bin 'Abbas ra, dari Rasulullah saw, beliau
menceritakan tentang apa yang diterimanya dari Tuhan Yang Maha Pemberi berkah lagi Mahaluhur, Allah swt berfirman, "Sesungguhnya Allah ta'ala mencatat kebaikan-kebaikan dan keburu kan-keburukan, kemudian menjelaskan semua itu. Barang siapa yang berkeinginan untuk mengerjakan kebaikan tetapi ia tidak melaksanakannya, maka Allah mencatat baginya satu kebaikan, dan barang siapa yang berkeinginan untuk mengerjakan kebaikan lantas ia mengerjakannya, maka Allah mencatat baginya sepuluh kebaikan sampai berlipat tujuh ratus kali bahkan sampai berlipat ganda yang tidak terhitung banyaknya. Barang siapa yang berkeinginan untuk berbuat keburukan tetapi ia tidak melaksanakannya,
maka Allah mencatat baginya satu kebaikan, dan barang siapa yang berkeinginan untuk mengerjakan keburukan lantas ia mengerjakannya maka Allah mencatat baginya satu kejahatan."
(Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hadits Arba'in An- Nawawiyah ke-37 ini adalah hadits shahih. Hadits dengan redaksi seperti di atas diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Ar-Riqaq, bab Mari Hamma Bihasanatin Auw Bisayyiatin, hadits no. 6491. Juga diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Al-lman, bab Idza Hammal ‘Abdu Bihasanatin Kutibat, wa Idza Hamma Bisayyiatin Lam Tuktab, hadits no. 131.
Hadits ini merupakan sebuah hadits yang sangat agung dan besar kedudukannya dalam ajaran. Islam. Sebab, ia menjelaskan tentang besarnya anugerah
Allah swt terhadap orang- orang beriman yang taat, dan tentang keadilan Allah swt terhadap orang-orang yang maksiat dan durhaka kepada-Nya. Dengan adanya penjelasan ini, orang beriman semakin termotivasi untuk terus meningkatkan amal kebaikannya, dan orang-orang yang durhaka, jika diingatkan dengan hadits ini, insya Allah akan menjadi jera dan takut terhadap ancaman Allah swt.

Kandungan Hadits
Secara garis besar, hadits Arba'in An-Nawawiyah ke-37 ini berbicara tentang enam hal, yaitu bahwa:
1. Allah swt mencatat  segala bentuk kebaikan dan keburukan yang dilakukan oleh hamba-hamba- Nya.

2. Hal yang dicatat dan dihisab oleh Allah swt bukan hanya perbuatan yang dilakukan, namun juga keinginan dan kehendak hati manusia.
3. Terkait dengan perbuatan dan keinginan ini, terdapat empat kategori, yaitu:
a.   Seseorang melakukan kebaikan, maka Allah swt akan mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan, bahkan bisa lebih banyak lagi.
b.   Seseorang berkeinginan melakukan kebaikan, namun tidak melaksanakannya, maka Allah swt akan mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna.
c.   Seseorang melakukan satu keburukan, maka Allah swt mencatatnya sebagai satu keburukan.
d.   Seseorang berkeinginan melakukan satu keburukan, namun tidakjadi melaksanakannya, maka Allah swt mencatatnya sebagai satu kebaikan.
4. Allah swt Maha Mengetahui, sampai-sampai keinginan hati hamba- Nya pun diketahui-Nya.
5. Anugerah Allah swt sangat melimpah bagi orang-orang yang taat kepada-Nya. Buktinya, hamba yang taat akan mendapatkan limpahan anugerah yang berlipat-lipat.
6. Keadilan Allah swt berlaku bagi yang tidak taat kepada-Nya. Namun rahmat-Nya selalu lebih cepat daripada kemurkaan-Nya. Sebagai bukti, terhadap orang yang berkeinginan buruk tapi tidakjadi melaksanakan, Dia akan mencatatnya sebagai satu kebaikan. Jika hamba itu melakukan keburukan,
hanya dicatat sebagai satu keburukan.

Tingkatan Keinginan Hati
Keinginan itu, menurut para ulama, memiliki beberapa tingkatan seperti berikut.
1. Al-Hajis, keinginan hati hanya sebatas tergerak.
2. Al-Khathir, keinginan yang sempat melintas dan berlalu-lalang di dalam hati, namun belum sampai menjadi "pembicaraan" hati.
3. Haditsun-nafs, keinginan yang berlalu-lalang di dalam hati dan sudah menjadi "pembicaraan"di dalamnya, namun belum ada tren keputusan terhadapnya.
4. Al-Hamm, keinginan hati yang hampir menjadi "keputusan"untuk melakukan atau mewujudkan dalam bentuk ucapan lisan atau perbuatan organ tubuh.
5. AI-'Azm, keinginan hati yang telah menjadi "keputusan" atau "ketetapan" untuk mengucapkan dengan lisan, atau melakukan dengan organ tubuh.

Para ulama mengatakan, jika seseorang mempunyai keinginan untuk melakukan keburukan atau maksiat, selama tingkatan keinginan itu masih berada di tingkatan al- hajis sampai al-hamm, dan masih sebatas keinginan saja, maka keinginan itu tidaklah dicatat sebagai dosa di sisi Allah swt. Hal tersebut berdasarkan sabda Rasulullah saw, dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah
swt mengampuni umatku tentang apa yang "dibicarakan" dalam hatinya, selama belum melaksanakannya atau mengucapkan dengan lisannya," (Muttafaqun 'alaih, lihat Bukhari [5269] dan Muslim [127]).
Namun, jika seseorang memiliki keinginan untu melakukan keburukan atau maksiat dan keinginan itu telah sampai pada tingkatan al-'azm atau tingkatan kelima, maka keinginan itu telah terhitung dan tercatat sebagai keburukan. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah saw, dari Abu Bakrah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, "Jika dua orang Islam bertemu dengan dua pedangnya, maka yang membunuh dan yang dibunuh di neraka."
(Abu Bakrah) berkata,‘Wahai Rasulullah, yang membunuh ini (sudah jelas), lalu, bagaimana dengan yang dibunuh?'
Beliau bersabda,'Sebab ia telah bernafsu membunuh sahabatnya.'" (Muttafaqun 'alaih, lihat Bukhari [31,6875] dan Muslim [2888]).