Hujroh - Forum Pesantren Indonesia Alumni Pesantren Indonesia Forum      Misi Hujroh
 

Main juga kesini sul:
The Ghurfah Kisah Sukses Alumni Alumni di Luar Negeri Bisnis Online Hikayah fi Ma'had Railfans Dunia Pesantren Ekonomi Islam
Forum  Life & Solution  Pengajaran 
MEMAHAMI DASAR-DASAR AKTIVITET MURID
Pages: [1]

(Read 904 times)   

Co Hujroh

  • Abadan fi Ma'had
  • ***
  • Co Hujroh No Reputation.
  • Join: 2018
  • Posts: 2095
  • Logged
MEMAHAMI DASAR-DASAR AKTIVITET MURID
« on: 09 Jun, 2019, 06:18:32 »


MEMAHAMI DASAR-DASAR AKTIVITET MURID

Hakekat pekerjaan mengajar bukanlah melakukan sesuatu bagi si murid, tetapi lebih berupa menggerakkan murid melakukan hal-hal yang dimaksudkan menjadi tujuan pendidikan. Tugas utama seorang guru bukanlah menerangkan hal-hal yang terdapat dalam buku-buku, tetapi mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motif-motif dan membimbing murid- murid dalam usaha mereka mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Guru mengajar anak;-anak manusia, dan bukan mata pelajaran-mata pelajaran. Begitu pula bukanlah mata pelajaran- mata pelajaran yang diajarkan di sekolah itu yang dipelajari murid-murid', mereka hanya dapat belajar sesuatu dari, mata pelajaran-mata pelajaran itu apabila ada pada mereka lingkungan serta bimbingan yang tepat. Jelaslah kiranya, bahwa apabila bimbingan semacam itu memang diperlukan dan diinginkan guru harus mengenal dan memperlakukan murid-muridnya sebagai manusia atau persoon. Guru harus mengetahui dorongan-dorongan batin mereka, harus tahu mengapa mereka berbual: sebagai yang mereka perbuat. Dalam bab ini akan dicoba untuk dalam garis besar menyajikan suatu dasar mentafsirkan dan memahami seluk-beluk aktivitet murid.

Sebuah Formula Umum.
Barangkali manusia ada dalam keadaan yang terbaik apabila ia sedang belajar. Mengapa atau dalam keadaan yang bagaimana seorang manusia melakukan perbuatan belajar ? Sebab- sebab manusia belajar pada dasarnya sama dengan sebab-sebab ia melakukan setiap perbuatan lain. Secara singkat formula umum itu dapat dinyatakan dalam bentuk unit perangsang- sambutan (stimulus-response) sebagai berikut :

Individu merasakan adanya suatu kebutuhan individu bertindak
untuk memenuhi kebutuhan tadi.
Ada sebuah perkataan pada setiap sisi formula ini yang perlu dikomentari secara khusus. Beberapa ahli dalam psikologi pendidikan akan menolak untuk mempergunakan kata "merasakan” atau ”sadar” sebagai kata-sifat terhadap kata kebutuhan, oleh karena berpendapat, bahwa suatu kebutuhan tidak selamanya benar-benar dirasakan atau disadari. Pada umumnya ini adalah suatu kritik yang sah. Tidak dapat diragu-ragukan lagi, bahwa banyak perbuatan belajar penting timbul tanpa kesadaran si pelajar, tetapi dalam pekerjaan-pekerjaan sekolah kita dengan sadar dan sengaja berusaha untuk belajar menguasai cara-cara sambutan yang baru. Lagi pula adanya kebutuhan yang dirasakan tidak berarti, bahwa anak yang merasakan- kebutuhan itu pasti menganalisa kebutuhannya secara rasional atau filosofis. Hal ini hanyalah berarti, bahwa ia menyadari adanya semacam kekurangan atau bahwa ia merasakan adanya suatu kebutuhan atau ke-takseimbangan.
Perkataan kedua yang perlu diterangkan ialah kata ”ber- tindak” (act), yang kebanyakan penulis akan lebih suka menggantinya dengan perkataan bereaksi (react).
Sebuah bola karet yang dilemparkan ke sebuah tembok akan berreaksi atau mental kembali. Jadi dengan tak sadar bola itu mengikuti jalan dengan rintangan terkecil. Manusia memang berreaksi juga dalam situasi-situasi tertentu, tetapi ia sanggup pula untuk bertindak atau beraksi secara lain. Kata aksi (act) juga meliputi tingkah laku yang dasar, yang bertujuan, yang kerapkali pula dilakukan dalam jalan dengan rintangan terbesar untuk mencapai suatu tujuan yang diidam-idamkan. Manusia memiliki kapabilitet untuk memikul tanggung-jawab moril; ia tidak serupa dengan benda-benda yang tak berindera dan tak bertanggungjawab yang dapat saja didorong-dorong oleh keadaan-keadaan setempat dan seketika. Memang harapan yang diletakkan pada setiap pendidikan atau kebudayaan seseorang ialah, bahwa ia akan mempunyai abilitet serta disposisi untuk bertindak dalam cara-cara yang layak dan berusaha mencapai tujuan-tujuan yang berharga, dengan tak mengindahkan derita dan ketak-senangan yang harus ditanggungnya pada waktu sekarang.
Dalam formula kita ini terimplikasikan kondisi keseimbangan dalam diri individu. Apabila suhu pada suatu ketika
mencapai panas setinggi 70° Fahrenheit kebanyakan dari kita akan merasa senang, karena adanya panas yang tidak terlalu tinggi, dan tidak pula terlalu rendah. Tetapi apabila suhu turun menjadi 20° Fahrenheit atau naik menjadi 90° Fahrenheit kita akan merasakan adanya suatu ketakseimbangan, suatu kebutuhan. Kemudian kita akan bertindak atau bereaksi untuk mengadakan keseimbangan dengan mempertinggi merendahkan suhu, atau dengan usaha-usaha yang lain lagi. Apabila kebutuhan akan suhu yang lebih tmggi atau lebih rendah tadi tidak ada iagi maka usaha kita untuk mencapai keseimbangan itupun akan kita hentikan.
Apabila kita untuk beberapa waktu lamanya tidak makan suatu apapun maka peredaran darah kita akan menderita kekurangan biihan bakar. Kesadaran akari adanya kekurangan ini akan di-Iokalisasi-kan di perut : di perut ini otot-otot akan tarik- menarik, dan kitapun akan merasa lapar. Konsekwensinya ialah, bahwa kita akan bertindak untuk memuaskan kebutuhan ini dengan jalan mencari makan. Jadi tindakan atau aksi yang dihasilkan oleh suatu kebutuhan mungkin berupa suatu aktivitet belajar, dan mungkin pula bukan merupakan suatu aktivitet belajar.
Kedua contoh yang diberikan di atas berhubungan dengan kejadian-kejadian yang mengandung kebutuhan-kebutuhan yang nyata. Sejalan dengan proses yang dilukiskan di atas mungkin pula kita merasakan kebutuhan-kebutuhan yang tidak selalu bersilat biologis. Bahkan dapatlah kiranya dikatakan, bahwa dalam pendidikan atau kebudayaan tidak akan kita rasakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang bersifat biologis.
Tetapi sebaliknya dalam kedua lapangan itu akan kita jumpai kebutuhan-kebutuhan yang bersifat sosial. Seorang manusia memang dapat hidup tanpa mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang sistem bilangan. Akan tetapi apabila ia menghendaki terjun ke dalam aktivitet-akiivitet kemasyarakatan, terutama dalam lapangan perdagangan atau perusahaan, akan dirasakannya adanya kebutuhan yang kuat akan pengetahuan ::s;ntavi.g sistem bilangan itu.. Barangkali tidak seotarigpun membutuhkan mobil yang mahal harganya, tetapi tekanan-tekanan sosial atau keinginan untuk menyamai atau melebihi orang lain mungkin menyebabkan seseorang bertindak membeli mobil yang mahal.
Mereka yang mempunyai minat khusus untuk soal-soal keagamaan akan mengetahui, bahwa juga dalam bidang keagamaan formula kita ini berlaku sepenuhnya. Salah satu fungsi agama ialah memuaskan kebutuhan manusia yang dirasakan. Lagi pula hanyalah orang-orang yang benar-benar merasakan adanya, kebutuhan untuk hal-hal yang bersifat spiritual akan benar-benar melakukan tindakan-tindakan yang bersilat keagamaan. ''Aiereka yang merasa miskin jiwanya” akan mewarisi kerajaan di sorga. Artinya : Hanyalah mereka yang merasakan adanya kebutuhan spiritual (mereka yang merasa miskin) akan benar-benar bertindak seperlunya untuk memasuki kerajaan uii Hari contoh-contoh ini jelaslah kiranya, bahwa untuk menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu kita harus berusaha untuk menimbulkan padanya kebutuhan untuk melakukan hal ini. Inilah, tugas utama dari pekerjaan mengajar.

Kebutuhan-kebutuhan Biologis.
Pekerjaan mengajar tidak dapat mengabaikan adanya kebutuhan-kebutuhan biologis. Meskipun demikian kita harus menganggap tujuan umum sekolah sebagai : usaha mendorong
perkembangan rohani, dan bukan sebagai usaha yang lunya mementingkan perkembangan jasmani saja. Bimbingan yang bijaksana dalam pendidikan menghendaki adanya penyesuaian isi dan metode kepada dasar dan sifat pelajar. Terdidik aninya bembah ke arah tertentu yang dapat dianggap utama atau baik. Oleh sebab itu proses pendidikan harus dimulai dari kenyataan-kenyataan organisme dan atas dasar keadaan-keadaan asli inilah seluruh pendidikan hendaknya dijalankan. Pertanyaan sekarang ialah : kebutuhan-kebutuhan biologis yang manakah yang harus diperhatikan oleh setiap guru ?
Seorang manusia merasakan kebutuhan-kebutuhan tertentu. semata-mata karena ia adalah suatu organisme yang hidup; k e butuhan-k ebut uhan tertentu ini akan tetap dirasakannya, meskipun misalnya tidak ada tuntutan-tumutan sosial. Khusus untuk kehidupan jasmani paling sedikit harus ada makanan dan perlindungan dari perangsang-perangsang yang membahayakan. Untuk kelanjutan ras alam menyediakan kebutuhan biologis lain yang terdapat dalam hukum-hukum serta ketentuan-ketentuan tentang reproduksi. Jadi secara singkat dapatlah dikatakan, bahwa setiap orang memiliki tiga golongan dasar kebutuhan, yang masing-masing menimbulkan jenis dorongan tertentu :
1.   lapar, terutama dorongan mencari makanan.
2.   Proteksi diri, atau dorongan untuk, mempertahankan diri sendiri.
3.   Sex dorongan mempertahankan ras.
Para pembaca tentu masih ingat akan uraian yang telah diberikan dalam Bab Dua tentang ketiga golongan ini. Lapar adalah suatu kata umum yang menunjukkan keinginan yang kuat pada organisme untuk menambah, atau memperoleh sesuatu yang tidak dimiliki. Seseorang mungkin merasa lapar bukan saja akan makanan, tetapi juga akan pengakuan, akan kepandaian atau kemahiran, akan pergaulan, pengetahuan atau mungkin juga lapar akan kebenaran. Bentuk yang paling sederhana dari tingkah laku protektif ialah berkelahi atau berjuang yang jelas nampak pada segala tingkat dari organisme yang hidup. Bentuk proteksi yang lebih tinggi ialah keamanan ekonomis atau sosial yang diperoleh dengan jalan ko-operasi dalam rombongan. Impuls seksual atau dorongan rasial pada dasarnya dan terutama adalah hasil dari kegiatan khemis atau kelenjar yang terdapat pada badan kita pada tingkat-tingkat kedewasaan tertentu. Dorongan seksual terutama bersifat biologis (physiologis), sedangkan kesadaran akan penjagaan, kelangsungan ras hanyalah menempati tempat kedua saja dalam dorongan seksual ini. Ketiga dorongan ini, atau ketiga golongan dorongan ini selalu dirasakan oleh setiap manusia yang normal, meskipun mengenai in- tensitet atau kuantitet dari kebutuhan-kebutuhan yang terasa itu terdapat perbedaan-perbedaan individual yang sangat luas.
Kalau kebutuhan-kebutuhan jaringan ini ditafsirkan secara luas dan diuraikan menjadi pola-pola tingkah laku yang kecil atau satuan-satuan tingkah laku yang kecil akan kita dapatilah suatu pengertian yang lebih baik tentang penggerak-penggerak tingkah laku yang timbul dari dalam ini, yang merupakan dasar dari tingkah laku manusia. Dalam perbuatan belajar alat yang harus dipergunakan oleh seorang, individu untuk bekerja ialah badannya serta sambutan-sambutan yang dapat, dilakukannya. Pendidikan tidak akan dapat mengabaikan jasmani atau dorongan-dorongan pokok ini; pendidikan tidak dapat memberikan sifat baru kepada individu; apa yang dapat dilakukan oleh pendidikan hanyalah : memperhalus serta memperbaiki tindakan- tindakan, cita-cita, tujuan-tujuan, serta nilai-nilai dari seorang individu.
Satuan-satuan tingkah laku yang manakah dapat dipergunakan dalam pengajaran ? Di manakah metode pendidikan mengadakan kontak dengan dasar biologis dalam membelikan motif atau tenaga penggerak kepada pelajar ? Setiap orang tentu merasakan adanya kebutuhan akan kenyamanan atau komfort. Seorang anak kecil yang ada dalam situasi yang kurang enakpun akan bertindak untuk mengubah posisinya, sehingga diperolehnya suatu komfort. Kita berusaha untuk mengatur suhu, melindungi diri kita terhadap kegaduhan-kegaduhan yang mengganggu dan menghindari kesakitan atau ketidakenakan pada umumnya.
Sangatlah sukar untuk mengatakan, apakah keinginan akan komfort dalam jiidup menyebabkan orang mencari pendidikan, ataukah pendidikan yang memungkinkan orang memperoleh komfort. Tetapi setidak-tidaknya keduanya adalah hal-hal yang saling berhubungan. Dalam negara yang berkebudayaan kehidupan seseorang akan sedikit lebih banyak mengandung komfort dan sedikit kurang "keras” apabila ia berpendidikan. Sangat erat hubungannya dengan komfort kita dapati kebutuhan akan keamanan. Seorang anak akan merasa terganggu dan tidak aman apabila ia kita dukung dalam posisi yang tidak tentu atau apabila ia sekonyong-konyong kita lepaskan dari dukungan kita. Seorang muda akan mencari pekerjaan yang memberikan penghasilan yang lumayan untuk memperoleh kepastian ekonomis bagi masa yang akan datang, sehingga mungkin baginya untuk mengecap "kebebasan dari kebutuhan” (freedom from warit) sekedarnya. Jadi kebutuhan akan keamanan itu dapat berupa kebutuhan akan keamanan dalam soal makanan, pakaian dan tempat tinggal atau keamanan dalam pergaulan sosial atau keamanan dalam arti keagamaan. Tapi bagaimanapun juga jelaslah sudah, bahwa sendi-sendi pokok bagi prosedur pendidikan kita dapati dalam keadaan atau sifat dasar manusia itu sendiri.
Kebutuhan dasar manusia yang lain ialah apa yang dapat kita sebut aktivitet bebas atau manipulasi. Dorongan untuk bergerak, untuk mengatur berbagai hal dan untuk berbuat tanpa kekangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Setiap kali kita mencoba menghalang-halangi gerakan-gerakan tangan atau kaki seorang anak akan kita jumpai reaksi berontak dari pihak anak. Satu aspek yang sangat mengganggu pada keadaan terpenjara ialah hilangnya kebebasan untuk bertindak atau bergerak sesuka hati, Binatangpun tidak akan merasakan kehidupan yang senang apabila dikurung. Sekolah tidak boleh merupakan penjara. Suatu pendapat yang banyak dianut oleh para guru di Amerika dahulu ialah, bahwa pendidikan adalah suatu proses psikis yang murni, yang menghendaki perhatian serta sikap yang tegang, yang bahkan membutuhkan adanya suatu suasana yang sunyi-senyap di sekolah. Sekolah modem memperhatikan prinsip gerak seluruh badan atau tingkah laku manusia yang terintegrasikan dalam melakukan permai n an- permainan serta aktivitet-aktivitet yang berarti dan juga dalam penggunaan bahan-bahan kongkrit dalam ruangan-ruangan latihan bekerja dan dalam laboratorium.
Keinginan untuk mengumpulkan atau memiliki juga merupakan suatu kebutuhan dasar yang dapat dirasakan. Kebutuhan ini dapat timbul tanpa dipengaruhi oleh orang lain; artinya ; kebutuhan ini bukan merupakan hasil dari rangsangan sosial. Untuk jelasnya : apabila seseorang berlomba dengan orang lain untuk kekayaan atau harta, maka ke dalam akt i - vitet ini sudahi terlihat implikasi-implikasi sosial yang kita dapati dalam kehidupan orang dewasa. Bagaimanakah pendapat metode pendidikan tentang seorang anak yang memenuhi sakunya dengan batu, kelereng aiau sumbat boto? Atau seorang anak perempuan yang mengumpulkan boneka atau gambar bintang film ? Orang yang lebih tua, karena didorong pula oleh dorongan primer ini, yang telah diperluas sifatnya, biasanya menabung uang untuk persediaan bagi hari sukar yang mungkin datang. Sedangkan bajingpun mengumpulkan makanan pula untuk persediaan menghadapi masa-masa paceklik. Mereka yang ingin memiliki sesuatu yang dapat mereka namakan kepunyaan mereka sendiri yang memberikan kebebasan serta memungkinkan mereka berbuat sesuka hati akan mendirikan atau membeli ramali sendiri. Jadi pada akhirnya pendidikan lebih banyak memberikan keuntungan kepada individu daripada kepada masyarakat. Pendidikan adalah modal seseorang, miliknya yang akan dipunyainya serta dikuasainya selama ia hidup. Apa yang dikumpulkan serta disimpan oleh anak-anak mungkin tidak banyak mengandung nilai komersial, tetapi kenyataan, bahwa anak-anak memang gemar mengumpulkan dan memiliki mengandung arti pendidikan yang penting. Dorongan ini merupakan dasar bagi pendidikan ke arah kehematan dan perbaikan kondisi-kondisi kehidupan bagi rombongan-rombongan sosial.
Kebutuhan akan proteksi diri mengandung pula implikasi- implikasi pendidikan. Supaya dapat mengecap pendidikan orp- nisrrie harus terus hidup. Perangsang-perangsang yang membahayakan harus dielakkan dan dihindarkan. Rencana-rencana kesehatan harus dapat menimbulkan rasa bangga pada anak-anak, bahwa mereka berusaha supaya badan mereka tetap sehat dari kuat dan dengan demikian sanggup menolak segala macam penyakit. Dalam bentuknya vang terprimitif kebutuhan akan proteksi diri ini muncul dalam bentuk perkelahian. Pendidikan membantu manusia mencapai tujuan yang sama dengan jalan yang lebih damai sifatnya. Dalam masyarakat yang mengandung persaingan perlulah seseorang menguasai cara-cara bertahan diri untuk melangsungkan perjuangan ekonominya. Biasanya cara- cara bertahan diri ini pada dasarnya merupakan suatu bentuk dari sifat agresif. Kalau pendidikan dapat meringankan beban perjuangan ini - yang menurut kepercayaan orang-orang Amerika memang demikianlah halnya maka jelaslah, bahwa dapat lah dibentuk motif dasar bagi perbuatan belajar. Makanan serta minuman tidak hanya dibutuhkan dan diinginkan sebagai bahan-bahan makanan dan minuman saja, tetapi sebaliknya kedua macam bahan ini meruang sangat penting untuk melaksanakan perjuangan ekonomis bagi kelangsungan hidup.
Dalam seluruh uraian di atas tidak disebutkan segala satuan tingkah laku yang timbul dari dorongan-dorongan dasar. Tetapi telah dipilih beberapa satuan yang dianggap penting untuk
memperlihatkan dasar serta sifat implikasi-implikasinya bagi 
metode pendidikan. Dalam hubungan ini sebagai penutup perlu diberikan komentar lebih lanjut mengenai dorongan seksual. Dorongan ini merupakan salah satu dasar untuk mengajarkan cita-cita mengenai hubungan antara sesama manusia (human relationship) dalam lingkungan keluarga dan bilamana perlu juga dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas. Dorongan seksual sebagai salah satu dorongan yang terkuat mulai timbul pada masa kanak-kanak kecil, artinya : setidak-tidaknya dalam hubungan dengan rangsangan-rangsangan dari zone-zone ”ero- geneous”. Kesadaran tentang dasar sit'at dorongan ini serta tentang-masalah-masalah yang berhubungan dengan dorongan ini tumbuh dengan lambat laun hingga mencapai kedewasaan penuh. Orang tua harus mau memikul tanggung jawab yang terbesar dalam memberikan penerangan yang sehat sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang pasti akan timbul dari pihak anak-anak mengenai soal-soal seksual; dan penerangan ini harus disesuaikan dengan tingkat umur anak-anak. Keinginan untuk tahu yang wajar ini tidak ada bedanya dengan keinginan untuk tahu mengenai dunia physik yang lain pada umumnya dan memberikan kesempatan kepada kita untuk mengajarkan kebiasaan-kebiasaan seksual yang benar dan kehidupan yang higienis. Dalain masa adolesensi metode pendidikan mempergunakan kesadaran seksual ini sebagai alat utama untuk mengajarkan kebiasaan-kebiasaan sosial serta dasar-dasar kerjasama dan pengorbanan bersama. Sebelum tingkat ini tercapai segala usaha untuk mengajarkan kedua hal ini tidak akan bersifat efektif. Guru yang menghadapi para remaja ini tidak perlu terkejut kalau melihat, bahwa aktivitet-aktivitet rombongan yang dilakukan oleh para remaja terutama didasarkan atas kepentingan seksual, baik aktivitet itu disebut, bersifat sosial, maupun religieus. Pelajaran mengenai soal-soal sekse ini memang dapat diberikan di sekolah, tetapi barangkali tidak perlu diberikan dalam pelajaran yang khusus diadakan untuk keperluan ini. Pelajaran semacam ini harus diberikan oleh guru-guru atau dokter-dokter yang kompetent serta dapat memahami para remaja dan harus diberikan dengan kesungguhan serta keagungan sikap (dignity) seperlunya.
Jadi pada pihak perangsang dari formula umum kita, telah diperlihatkan kebutuhan-kebutuhan dasar biologis tertentu disertai dengan aktivitet-aktivitet yang lahir dari kebutuhan- kebutuhan itu beserta implikasi-implikasi pendidikannya. Kebutuhan-kebutuhan jaringan ini mengandung tenaga yang cukup besar untuk menimbulkan bermacam-macam aktivitet, tetapi tenaga ini tidak cukup kuat untuk menimbulkan kemajuan kebudayaan yang luas, yang lazim kita sebut peradaban. Artinya : teori naluriah ini tidak memadai untuk menerangkan prosedur-prosedur pendidikan yang kita lakukan pada masa ini. Alasannya ialah, bahwa bahasa, kepandaian menulis dan pengertian tentang bilangan misalnya adalah hasil dari usaha-usaha untuk mengadakan koperasi sosial dan inter-komunikasi; dan bukan merupakan kelanjutan dari dorongan-dorongan naluriah. Dorongan-dorongan biologis atau kebutuhan-kebutuhan jaringan mi bersilat individualistis. Dorongan-dorongan ini akan tetap bekerja atau berfungsi pada seorang individu, kalaupun individu tadi tidak pemah mempunyai hubungan dengan individu lain, tetapi tidak mungkin terasa adanya kebutuhan akan pujian sosial atau koperasi sosial apabila tidak ada kesadaran mengenai orang lain sebagai perangsangnya. Dorongan-dorongan biologis mungkin pula menyebabkan seseorang mencari pengalaman-pengalaman serta expressi dalam lapangan kesenian, musik, keagamaan dan rekreasi misalnya. Sampai batas tertentu hal ini batikan dapat pula kita lihat pada masyarakat-masyarakat primitif yang belum lagi mencapai kemajuan dalam soal-soal bilangan, pengetahuan alam atau tulisan. Oleh sebab itu kita sekarang harus memberikan perhatian sekedarnya terhadap suatu analisa mengenai kebutuhan-kebutuhan lain, yang bersifat sekundair dan sangat berlainan asalnya, namun berguna dalam pendidikan. Kebutuhan-kebutuhan ini bukanlah pertama-tama kebutuhan-kebutuhan jaringan tetapi adalah kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh adanya perangsang-perangsang sosial.

Dasar-dasar Sosial Bagi Aktivitet Pendidikan
Dalam literatur-literatur psikologi yang kuna banyak dikemukakan anggapan, bahwa aktivitet pendidikan, termasuk segala bentuk dan perbuatan belajar, hanyalah merupakan pernyataan dari usaha individu untuk memuaskan keinginan- keinginan naluriah (instinktif); dan bahwa masyarakat hanya merupakan hasil, dan tidak pernah merupakan sebab dari akti- vitet-aktivitet yang dilakukan oleh para individu. Beberapa penulis kelihatannya tidak sadar sama-sekali, bahwa sebagian terbesar dari aktivitet-aktivitet yang memerlukan waktu yang dilakukan di sekolah adalah usaha-usaha untuk menguasai pengucapan-pengucapan kesenian, kecakapan-kecakapan serta pengetahuan alam yang timbul dari keharusan rombongan atau sosial dan yang tidak akan pernah timbul dari kebutuhan-kebutuhan individualistis semata-mata. Termasuk ke dalam golongan aktivitet ini ialah : menulis, bahasa dan bilangan, yang meliputi pula pelaksanaannya mengenai jarak, waktu, ukuran dan berat. Kewajiban belajar mengenai tiga pelajaran pokok, Ialah : membaca, menulis dan berhitung (the three R’s) tidak akan dapat dibenarkan atas dasar ke butuh an-kebut u han anak- anak lepas dari kehidupan mereka dalam rombongan. Kebutuhan untuk mempelajari ketiga hal tadi timbul, atau : motivation terbentuk, atas prinsip, bahwa masyarakat menghendaki dikuasainya kecakapan-kecakapan ini untuk menjadi anggota-anggota masyarakat yang berhasil. Kita ketahui pada waktu ini, bahwa pengetahuan alam masih muda usianya. Kalau semua aktivitet tentang pengetahuan alam yang dilakukan di sekolah- sekolah kita memang dianggap penting, mengapakah pelajaran tentang pengetahuan alam itu lama sekali ditangguhkan pemberiannya di sekolah ? Dapatkah kita beranggapan, bahwa tidak seorangpun pernah merasa bahagia sebelum pengetahuan alam modern itu dilahirkan ? Kalau segala sesuatu timbul dari kebutuhan biologis, bagaimanakah ras manusia dapat melanjutkan kehidupannya dalam waktu yang demikian panjangnya tanpa menguasai ilmu pengetahuan alam ? Dengan tepat Judul * memperlihatkan, bahwa untuk membangun ilmu pengetahuan alam sampai mencapai tingkatan yang dicapai sekarang ini sangat diperlukan suatu sistem bilangan yang dapat dipergunakan. Dibutuhkan pula alat-alat pengukuran yang tepat, serta alat-alat untuk mencatat atau tulisan. Pada waktu timbulnya ilmu pengetahuan alam yang modem itu di dunia Barat mulailah orang lazim mempergunakan sistem, bilangan Hindu-Arab. Kedua ha! ini nampaknya saling berhubungan, meskipun bilangan pada mulanya barangkali dipergunakan untuk pencatat-pencatatan yang sederhana dan untuk kepentingan perdagangan. Kalau interaksi antara manusia telah menimbulkan sistem bilangan, yang kemudian merupakan dasar bagi timbulnya ilrnu pengetahuan alam, maka jelaslah agaknya, bahwa kebanyakan dan aktivitet- aktivitet sekolah dihasilkan oleh perangsang-perangsang sosial. Produksi masai sebagai suatu proses sosial mengir asrikan suatu sambutan yang baru pula macamnya. Dalam sistem kerajinan tangan setiap pekerja menghasilkan suatu barang yang sudah selesai seluruhnya. Untuk itu dibutuhkan kecakapan yang luas dan pengertian yang luas pula terhadap produksi seluruhnya. Lagi pula dalam kejuruannya itu ia memperlihatkan semacam rasa bangga dan oleh karenanya merasa orang yang berhasil dengan apa yang dicapainya. Dalam sistem produksi masai seorang pekerja tidak akan dapat merasa, bahwa ia telah menyelesaikan sesuatu yang berarti, kecuali apabila ia dapat mengatasi perasaan, bahwa ia secara relatip tidak penting dan tidak akan dilepas. Pekerjaannya telah tertentu; makin panjang baris assem- bly dalam perusahaan, makin besarlah jumlah hasil kerjanya yang berupa barang yang makin kecil artinya dalam keseluruhan produksi.
Kondisi sosial modem ini mempertinggi pula kegelisahan pekerja. Pekerja menjadi cemas mengenai soal-soal seperti apakah ia dapat memperoleh pekerjaan, di manakah ia dapat memperoleh pekerjaan, berapa lamanya ia dapat mempertahankan suatu pekerjaan dan apakah gajinya akan dapat mencukupi kebutuhan. Karena ia merasa kurang bebas kalau dibandingkan dengan seorang pekerja kerajinan tangan, maka iapun akan merasakan pula semacam kegelisahan mengenai hari tua dan keamanan ekonomis pada hari kemudian. Semua keadaan ini, sebagai perangsang-perangsang sosial, akan menyentuh hati para pelajar di sekolah dalam usaha mereka untuk memahami serta mempelajari struktur sosial yang segera akan mereka hadapi sendiri. Keadaan dan aktivitet yang baru saja dilukiskan ifu memperlihatkan dengan jelas, bagaimana soal-soal umum melupakan dasar-dasar baru bagi aktivitet manusia.
Kalau kita ikuti jalan pikiran ini lebih jauh, dapatlah dikatakan kiranya, bahwa berbagai bentuk kekecewaan yang dialami di sekolah dan di masyarakat: bersifat sosial pada mulanya. Masyarakat kota dalam hal ini tidak serupa dengan masyarakat desa. Guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan sosial harus memahami perbedaan antara kekecewaan yang timbul dari perangsang-perangsang sosial dengari kekecewaan yang bersifat individual. Kekecewaan atau tekanan psikis yang ditimbulkan oleh pengangguran timbul dari adanya interdependensi antara sesama manusia dalam masyarakat. Kegelisahan mengenai hari tua praktis adalah pengakuan terhadap kenyataan, bahwa seseorang bergantung dari orang lain sampai batas-batas tertentu. Ketaksanggupari untuk mengadakan penyesuaian psikis, yang sangat umum di antara para murid sekolah, adalah suatu gejala dari kehidupan rombongan terutama dalam masyarakat yang modem. Introversia yang extrim dan barangkali segala bentuk tingkah laku neurotik adalah efek dari pengaruh-pengaruh sosial serta perangsang-perangsang sosial yang memerlukan penyesuaian diri yang sukar sifatnya. Dari pandangan-pandangan dasar ini jelaslah agaknya, bahwa setiap guru harus mempunyai keinginan untuk memahami tenaga-tenaga pendorong yang paling bersifat dasar bagi tindakan-tindakan serta sikap dari mereka yang datang ke sekolah untuk mendapatkan pengajaran. 

Kebutuhan-kebutuhan tertentu Yang Bergantung Dari Kondisi-kondisi Sosial
Rasa Harga diri (Sence of Importance). Kebutuhan akan rasa harga diri meliputi keinginan akan pembenaran sosial (so- cial approval) dan keinginan perasaan berhasil. Setiap orang, bahkan juga seorang anak, mempunyai perasaan, bahwa setidak- tidaknya ia harus dianggap sama dengan orang lain. Seorang individu yang diabaikan oleh individu-individu lain akan merasa, bahwa ia dalam lingkungan itu tidak terhitung atau bahwa ia telah merupakan suatu kegagalan. Kemudian perasaan ini menimbulkan tingkah laku yang tidak mengenakkan perasaan orang lain dan kerapkali merupakan suatu gangguan sosial. Rasa dibenarkan oleh masyarakat memperlihatkan adanya suatu sukses dan memberikan kepuasan, baik kepada anak rnuda, maupun kepada orang tua. Baik untuk hasil-hasil yang memuaskan dalam pekerjaan di sekolah, maupun untuk kesehatan roli anian, adalah penting untuk menemukan sesuatu yang memungkinkan setiap murid memperlihatkan segi-segi baiknya kepada teman-temannya.
Konformitet. Tekanan-tekanan sosial atau perangsang- perangsang rombongan pada anggota-anggota baru dari suatu lingkungan menimbulkan suatu kebutuhan untuk berbuat sebagai anggota-anggota rombongan yang lain. Mungkin hal ini berupa keinginan untuk menyamai keluarga Jones atau untuk mengikuti mode-mode pakaian yang sedang dilazimkan. Tetapi yang lebih sering terjadi ialah, bahwa tekanan sosial akan sangat terasa dalam lapangan moral. Tindakan-tindakan moril ialah tindakan-tindakan yang menurut ukuran-ukuran yang telah ditentukan akan dikatakan benar atau salah. Pertama- tama tingkah laku yang benar berarti tingkah laku yang sesuai dengan adat istiadat yang berlaku, cara-cara berpikir dan berbuat yang oleh lingkungan tertentu diperbolehkan dan dianggap mengandung implikasi-implikasi kebenaran dan kesalahan. Dalam arti yang lebih tinggi tingkah laku yang benar berarti tindakan yang, oleh seorang individu yang rasionai dengan sadar dianggap benar, tanpa memperhatikan apakah anggota rombongan yang lain akan menganggapnya sebagai benar atau salah.
Ajaran-ajaran tentang moral akan mempengaruhi seorang individu secara positip dan secara negatip, persis halnya dengan pengaruh yang timbul dari undang-undang. Artinya : pengertian-pengertian tentang hal-hal yang benar dan yang salah yang berasal dari gereja, kitab Injil atau, orang tua akan mencegah seseorang dari tingkah laku-tingkah laku tertentu dan akan mendorongnya untuk melakukan hal-hal tertentu yang lain. Perbedaan antara undang-undang dengan moral ialah, bahwa undang-undang dipaksakan dengan suatu kekuatan yang dipaksakan dari luar, sedangkan perbuatan moral yang sebenarnya timbul dari dalam, karena pemilihan yang dilakukan secara sukarela. Seseorang dapat dipaksa untuk mentaati undang-undang, balikan juga untuk mentaati adat-istiadat, tetapi tidak dapatlah seseorang dipaksa untuk mentaati moral-moral tertentu. Kelurusan tingkah laku menghendaki kesadaran akan nilai-nilai atau norma-norma, rasa harga diri yang tinggi dan rasa tanggung jawab yang penuh sebagai anggota masyarakat. Semuanya ini harus dipelajari dalam situasi-situasi sosial. Sampai di manakah anak-anak di sekolah rakyat dapat: mencapai tujuan ini adalah suatu soal yang perlu diselidiki lebih lanjut. Tingkah laku-tingkah laku yang dianggap baik atau luhur tidak boleh diharapkan akan timbul karena asosiasi yang kebetulan saja; haruslah dicari cara-cara untuk menanamkan pada anak kebutuhan-kebutuhan yang disadari untuk tingkah laku sedemikian, sehingga dapat dibenarkan oleh yang baik-baik.
Kepercayaan-kepercayaan Keluarga dan Tradisi-tradisi.
Bagi anak -anak adalah suatu hal yang mudah untuk menerima kepercayaan-kepercayaan orang tua tanpa kritik. Kepercayaan- kepercayaan dan tradisi-tradisi ini dapat mengenai bermacam- macam hal, seperti politik, agama, kebaktian pada hari Minggu, sikap terhadap orang asing dan terhadap ras-ras manusia yang lain dari rasnya sendiri. Pada pelajar-pelajar dapat dilihat adanya prasangka yang kuat terhadap penduduk yang terdapat pada bagian-bagian negeri yang lain. Di negara-negara bagian Selatan ”si Yankee terkutuk” yang berasal dari sebelah Utara adalah orang-orang yang tak dapat dipercaya. Di Utara ”si tolol”, si dungu dari Selatan ialah orang yang memerlukan belas kasihan dan ”missi” dari Utara supaya dapat menjadi orang yang baik- baik. Tidaklah mengherankan, bahwa dengan latar-belakang yang sedemikian kadang-kadang merupakan pekerjaan yang sukar untuk mengajarkan sejarah Amerika oleh karena tradisi- tradisi serta prasangka-prasangka tadi telah tua usianya. Di beberapa daerah dan kota anggota partai Demokrat dapatlah dianggap bukan manusia. Begitu pula di tempat-tempat tertentu seorang anggota partai Republik dianggap musuh masyarakat, kalau tidak bahkan dianggap sebagai musuh masyarakat. Anak-anak muda yang tumbuh dalam keadaan-keadaan yang sedemikian ekstrirnnya mungkin akan memiliki suatu prasangka yang sukar untuk dibenarkan atau diluruskan. Bahkan di kota- kota kecilpun bukanlah suatu hal yang asing untuk menemukan dua golongan penduduk : kaum priayi atau "ningrat” dan mereka yang ”hidup di kampung”. Namun dari sekolah diharapkan juga, bahwa sekolah akan dapat dengan jalan tertentu, menghapuskan perbedaan-perbedaan- ini dan mengajarkan cara hidup yang demokratis.
Peranan Maksud
Setiap kali seorang individu merasakan suatu kebutuhan, maka aktivitetnya akan ditujukan ke arah tujuan yang dapat memuaskan kebutuhan tadi, dengan syarat tentu saja, bahwa kebutuhan tadi cukup urgen t atau mendesak. Adalah suatu hal yang banyak kita lihat, bahwa seseorang yang mungkin menyadari, bahwa suatu tujuan perlu dicapai dan mungkin pula ia memang ingin mencapainya, namun ia tidak melakukan suatu 
apapun untuk mencapai tujuan itu. Pada tingkat ini masuklah ke dalam pembicaraan kita apa yang dalam bahasa sehari-hari disebut maksud (purpose).
Secara praktis maksud adalah synonim dari niat (inten- tion) atau pandangan akhir (end view). Maksud ini timbul karena adanya semacam ketegangan antara organisme dan evaluasi si individu terhadap keseluruhan lingkungannya atau lapangan kegiatannya. Ini berarti, bahwa seseorang yang intel- ligent melihat adanya suatu lingkungan yang berarti baginya, memperhitungkan konsekwensi-konsekwensi yang mungkin timbul dari perbuatannya dan menentukan arah serta arti dari perbuatan-perbuatannya. Oleh sebab itu maksud adalah suatu pengertian yang melebihi keinginan (desire).
Seseorang dapat mengingini sesuatu tanpa mempunyai maksud benar-benar mencapainya, oleh karena maksud meliputi pula keputusan serta perbuatan yang telah dimulai pada penentuan arah tujuan (goal). Sudah jelas, bahwa untuk melaksanakan maksud dan mencapai tujuan yang diingini 'diperlukan suatu penyusunan rancangan yang rasional.
Sekolah yang diatur dengan baik serta yang berdisiplin baik ialah sekolah yang memberikan kesempatan kepada para murid untuk bekerja dengan maksud-maksud yang bernilai. Ini tidaklah sama dengan mengatakan, bahwa murid-murid itu sibuk mencoba menghindari lingkungan yang kejam, yang mungkin meliputi suatu ruangan sekolah; sebaliknya maksud ini kita hubungkan dengan murid dan tidak dengan lingkungan. Jasa sekolah ”progresip” yang terbesar barangkali ialah tekanan yang diletakkan atas aktivitet yang bebas dan bertujuan, yang ingin ditimbulkannya pada para muridnya. Dalam suatu sekolah yang baik setiap murid dipimpin untuk melihat berbagai tujuan yang bernilai; tujuan ini mungkin berupa belajar membaca, mempelajari pertumbuhan tanaman, atau menguasai cara melakukan percakapan yang efektip. Terlalu sering terjadi, bahwa maksud dalam pekerjaan sekolah hanyalah merupakan maksud bagi
guru, dan bukan maksud bagi para murid. Maksud seorang guru dalam mengajarkan suatu pelajaran bahasa mungkin mengusahakan supaya para murid lebih diterima oleh masyarakat, sedangkan maksud para murid dalam mempelajari pelajaran bahasa mungkin memuaskan atau memenuhi syarat-syarat yang disusun oleh bapak guru. Secara ideal seharusnya para murid menimbulkan maksud-maksud yang bernilai dan banyak melakukan perancangan untuk mencapai maksud mereka. Dewey membuat pernyataan yang tegas sebagai berikut
”Saya kira tidak ada satu pokopun dalam filsafat pendidikan progresif yang lebih sehat daripada tekanan yang diletakkan atas pentingnya partisipasi si pelajar dalam membentuk maksud-maksud, yang memberikan arah kepada aktivitet-akti- vitetnya dalam proses belajar, tepat seperti keadaan, bahwa tidak ada kekurangan yang lebih besar dalam pendidikan tradisional daripada kegagalannya untuk menimbulkan ko-operasi yang aktip dari pihak murid dalam penyusunan maksud-maksud yang terlibat dalam perbuatan belajarnya.”
Maksud tidak boleh dianggap sebagai suatu tenaga atau daya yang tersendiri pada jiwa kita. Maksud hanyalah suatu perkataan yang dipergunakan untuk suatu aspek dari tingkah laku total yang berasal dari suatu pemahaman intelektual yang jelas mengenai hubungan seseorang dengan lapangan kegiatannya. Tingkah laku yang bermaksud harus dibedakan dari sifat impulsip atau opportunisme. Kegiatan yang impuisip terjadi dengan sekonyong-konyong, tak berancangan dan bersifat ex- plosip. Seorang oportunis bertindak semata-mata untuk memperoleh keuntungan dengan segera saja, tanpa memperdulikan prinsip-prinsip, perbuatan yang berencana atau konsekwensi- konsekwensi yang sejauh-jauhnya. Ia adalah orang yang singkat pandangannya. Barangkali salah satu sifat terbaik pada manusia ialah abilitetnya untuk menyusun maksud-maksud yang bernilai dan melaksanakannya secara konsekwen dan tetap.

Tetapi bagaimanakah seseorang memperkembangkan atau dapat memiliki suatu maksud ? Tidak bolehlah guru berpendapat, bahwa maksud itu timbul dengan sendirinya. Tentu saja masalahnya berhubungan dengan soal motivation, yang akan dibicarakan di bawah ini. Maksud bukan hanya penerimaan nilai-nilai tertentu atau hasil-hasil terakhir saja; lebih dari itu. Seorang anak mungkin dapat menyetujui, bahwa suatu tujuan adalah baik atau luhur, namun ia tidak mengingininya. Apa yang dianggap baik atau luhur harus lebih dahulu betul-betul diingini sebelum suatu maksud dapat disusun sepenuhnya. Lagi pula akcmiet yang mengandung maksud di sekolah saja belumlah mencukupi; suatu maksud harus bernilai, apabila diuji dari kemungkinan mengenai hasil atau efeknya terhadap individu dan terhadap rombongan sosial..
Implikasi-implikasi Lebih Lanjut
Dari Formula Umum.
Motivation. Ahli-psikologi menaruh minat terhadap soal motivation; ahli-psikologi pendidikan mengarahkan minatnya ke arah soal motivation yang baik. Tetapi motivation hampir tidak pernah dapat dikatakan baik, apabila tujuan yang diingininya tidak baik. Dapatlah disangsikan, bahwa ada suatu kegiatan yang tidak bennotip.. Kalau m o tip dari suatu perbuatan belajar ialah rasa takut akan hukuman, maka faktor-faktor yang kurang enak yang dimasukkan ke dalam situasi belajar akan menyebabkan perbuatan, belajar tadi menjadi kurang efek tip dan kurang pemanen kalau dibandingkan dengan perbuatan belajar yang didukung oleh motip yang menyenangkan.
Menimbulkan motip pada seorang pelajar ialah menggerakkan si pelajar untuk melakukan sesuatu atau untuk ingin melakukan sesuatu. Dalam rangka formula kita hal ini berarti menyebabkan sa pelajar merasa butuh untuk berbuat dalam suatu cara tertentu atau butuh akan melakukan suatu hal tertentu.
Dalam hubungan dengan bermacam-macam sumber dari kebutuhan-kebutuhan yang terasa, sebagai yang telah diterangkan dalam halaman-halaman yang telah lampau, dapatlah kita mengajukan pertanyaan : bagaimanakah cara bekerjanya mekanisme motivation atau penimbulan motip ini ? Dalam pekerjaan sekolah motivation ini berhubungan dengan proses yang dipergunakan untuk menggerakkan si pelajar untuk melakukan sesuatu yang kalau tidak digerakkan tidak akan dilakukannya. Motivation yang murni tidak dapat dipaksakan dengan tekanan atau pujian dari luar. Motivation yang murni bukanlah proses pemaksaan. Motivation yang mumi itu timbul, apabila maksud cukup sehat dan dirasakan sebagai suatu kebutuhan. Pembaca tentu masih ingat dua macam kebutuhan yang dirasakan oleh manusia, pertama kebutuhan yang timbul dari keadaan-keadaan biologis dan kedua yang timbul dari situasi-situasi sosial. Jadi motivation adalah soal memperhubungkan suatu pekerjaan yang dihadapi dengan satu atau beberapa dari kebutuhan-kebutuhan yang terasa ini, artinya : memperlihatkan, bahwa melakukan pekerjaan yang dihadapi tadi akan memuaskan beberapa kebutuhan dasar.
Mengapa Pelajaran-pelajaran Di sekolah Dapat Memenuhi Kebutuhan. Mengapakah seseorang dapat mempelajari pelajaran-pelajaran di sekolah dengan mencapai kepuasan ? Sudah terang, bahwa kepuasan itu tidak mengenai kebutuhan-kebutuhan psikologis. Salah satu dari pelajaran-pelajaran yang mula- mula harus dipelajari ialah kecakapan berbicara atau bahasa lisan. Sejak permulaan masa anak kecil telah timbul suatu kebutuhan akan alat-alat yang praktis untuk menyatakan pendapat atau untuk mengusahakan, supaya orang-orang lain menyediakan diri dengan kehendak sendiri. Tetapi kebutuhan akan suatu cara bercakap yang sopan atau penuh semangat bukanlah merupakan suatu hal yang bersifat biologis semata-mata; kebutuhan ini timbul dalam situasi-situasi sosial. Dalam permulaan masa anak-anak, anak-anak perempuan biasanya tidak terlalu
mernperdulikan kehalusan-kehalusan bahasa, tetapi pada masa remaja mereka itu mungkin ingin sekali memperbaiki tidak saja cara mereka bercakap, tetapi cara ayah dan ibu mereka berbicara. Maka timbullah suatu kebutuhan yang baru.
Mengapakah seseorang merasa membutuhkan abilitet membaca ? Setiap orang mempunyai keinginan untuk menyelidiki dunia di sekitarnya, baik dunia phvsik, maupun dunia psikis. Dengan mempergunakan mekanisme perinderaan saja jumlah pengalaman kita akan terbatas sekali. Dalam soal waktu kita terikat pada waktu sekarang. Dalam soal jarak daerah perinderaan kita tidak terlalu luas, meskipun kita mempergunakan alat- alat pembantu visual. Tetapi kita dapat hidup dalam dunia yang tidak terbatas dalam soal waktu dan ruang kalau kita dapat membaca. Jadi kita dapat mengikuti pikiran-pikiran serta perdu atari-perbuatan orang lain tanpa dibatasi oleh waktu dan ruang. Anak yang belum masuk sekolah merasa senang kalau ada orang lain mau membaca cerita-cerita untuknya; ia ingin diceritai apakah isi buku itu. Kalau ia kemudian pandai membaca maka ia tidak lagi perlu bergantung kepada orang lain untuk memenuhi keinginan ini. Perhatikanlah, bahwa buku- buku digolongkan sebagai lingkungan sosial, lidak perlulah guru mencari cara-cara yang dibuat-buat untuk menimbulkan motif untuk membaca pada anak-anak; soalnya ialah : bertindak secara hati-hati., sehingga motivation yang telah mulai berkembang pada permulaan masa anak-anak tidak menjadi rusak.
Lama sebelum anak masuk sekolah ia telah menjadi sadar, bahwa ia hidup dalam suatu dunia kwantitatif. Ia terus-menerus mendengar ucapan-ucapan seperti : ”berapa”, "berapa banyak ?”, "berapa umurnya ?”, "berapa lamanya ?”, "berapa tingginya ?”, begitu pula banyak didengar anak satuan-satuan ukuran seperti hari, pound, uang, meter, inci, kilometer atau mil. Pikiran orang mengenai hal-hal yang bersifat kwantitatip, berkat perkembangan dari abad ke abad, telah mengalami pen- sistematisan dan diorganisasikan ke dalam buku-buku yang kita
sebut berhitung. Dalam masyarakat kita, baik orang tua maupun orang muda, tetap membutuhkan komunikasi mengenai pengertian-pengertian kwantitet dalam hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat atau perdagangan. Pentingnya fasilitet dalam bilangan sangat jelas dalam masyarakat modem, sehingga tidak perlu lagi kita mencari cara-cara yang dibuat-buat untuk menimbulkan motivation bagi pelajaran berhitung.
Kontak anak serta perhatian anak terhadap dunia physik di sekitarnya dan keinginannya untuk mempergunakan obyek- obyek alam di sekitarnya merupakan titik permulaan bagi pelajaran dalam ilmu pengetahuan alam dasar. Kebanyakan dari kebutuhan-kebutuhan dasarnya dapat dipenuhi dengan menguasai benda-benda alam yang perlu, seperti makanan misalnya. Tetapi timbul pula beberapa kebutuhan yang tidak dapat diha dapi dan diselesaikan dalam situasi sensoris saja. Jadi haruslah dibuat penemuan-penemuan, dan ditemukanlah alat-alat atau perkakas-perkakas, dipahamilah prinsip-prinsip, dan diperkem- bangkanlah teknik-teknik. Untuk memahami dunianya serta dirinya sendiri sebagai bagian dari dunianya itu haruslah anak mempelajari pelajaran-pelajaran yang kita sebut ilmu-ilmu pengetahuan alam dasar (basic Sciences).
Tidak usahlah kita membutuhkan pengalaman yang luas di dunia ini untuk mengetahui, bahwa manusia lainpun memiliki hak-haknya serta cita-citanya dan bahwa satu-satunya jalan untuk menempuh kehidupan ini dengan berhasil ialah menemukan dasar untuk kerjasama antara anggota-anggota dari suatu rombongan atau suatu bangsa. Dasar ini meliputi suatu keseluruhan yang tidak hanya terdiri dari hal-hal yang bersifat inte lektual saja; termasuk juga ke dalamnya kesadaran akan nilai nilai. Dengan kerjasama banyaklah hal-hal yang dapat dimiliki manusia, yang tidak akan dapat dimilikinya secara perseorangan. Oleh sebab itu timbullah suatu kebutuhan akan hal-hal yang dapat dipenuhi dengan mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan sosial. Kalau individu-individu berkehendak mempertahankan kebebasan serta hak-hak khusus mereka sebagai anggota dari bermacam-macam rombongan merekapun harus belajar menyusun dan rnentaati hukum-hukum serta peraturan-peraturan, kalau tidak demikian tidak akan mungkinlah untuk memenuhi baik kebutuhan-kebutuhan individual, maupun kebutuhan- kebutuhan sosial.
« Last Edit: 10 Jun, 2019, 06:34:47 by Admin »