Hujroh - Forum Pesantren Indonesia Alumni Pesantren Indonesia Forum      Misi Hujroh
 

Main juga kesini sul:
The Ghurfah Kisah Sukses Alumni Alumni di Luar Negeri Bisnis Online Hikayah fi Ma'had Railfans Dunia Pesantren Ekonomi Islam
Forum  Knowledge  Madzhab & Hukum 
Hukum Asuransi Syariah
Pages: [1]

(Read 486 times)   

Admin

  • Administrator
  • Abadan fi Ma'had
  • ***
  • Admin No Reputation.
  • Join: 2013
  • Posts: 2615
  • Logged
Hukum Asuransi Syariah
« on: 14 Sep, 2021, 11:36:19 »

Hukum Asuransi Syariah

Asuransi syariah merupakan upaya silih mencegah serta bahu- membahu di antara beberapa orang atau pihak lewat pemodalan dalam wujud peninggalan serta atau ataupun tabarru’( sumbangan) yang membagikan pola pengembalian buat mengalami resiko khusus lewat akad yang cocok dengan syariah, ialah akad yang tidak mengandunggharar( pembohongan), pertaruhan, riba, penganiayaan atau aniaya, uang sogok, benda tabu serta maksiat.( Ajaran DSN Nomor 21 atau DSN- MUI atau IX atau 2001, hlm. 5; Angkatan laut(AL) Ma’ ayir Angkatan laut(AL) Syar’ iyah, AAOIFI, 2010, hlm. 376).

Dalil- dalil asuransi syariah antara lain ajaran bantu membantu( QS Angkatan laut(AL) Maidah: 2) serta ajaran tabarru’( sumbangan). Terdapat ajaran perkataan nabi yang diklaim selaku dasar asuransi syariah, ialah perkataan nabi mengenai Kalangan Asy’ ariyin. Dari Abu Musa Asy’ ari RA, beliau mengatakan,” Rasul SAW berfirman,’ Kalangan Asy’ ariyin bila mereka kehilangan bekal dalam peperangan ataupun bila santapan keluarga mereka di Madinah berkurang, mereka mengakulasi apa yang mereka punya dalam satu lembar kain setelah itu mereka untuk datar di antara mereka dalam satu media, mereka itu bagian dariku serta saya juga bagian dari mereka( HR Muttafaq‘ alaih).( Abdus Sattar Abu Ghuddah, Nizham At Ta`min At Takafiuli min Khilal Angkatan laut(AL) Waqf, hlm. 3).

Dalam asuransi syariah tanpa dana( non saving), semua bonus yang dibayarkan partisipan asuransi jadi anggaran tabarru’( sumbangan), yang diatur oleh industri asuransi beralasan akad wakalah bil ujrah. Partisipan menemukan anggaran garansi dari anggaran tabarru’ itu.

Lagi dalam asuransi syariah dengan dana( saving), bonus yang dibayarkan dipecah 2;( 1) anggaran buat tabarru’, serta( 2) anggaran buat pemodalan. Anggaran tabarru’ diatur industri asuransi yang menemukan ujrah( fee) beralasan akad wakalah bil ujrah. Partisipan menemukan anggaran garansi dari anggaran tabarru’ itu. Anggaran pemodalan diatur industri asuransi dengan akad mudharabah atau musyarakah.

Bagi kita, asuransi syariah ini ketetapannya tabu, sebab 4( 4) alibi sbb: Awal, ajaran perkataan nabi Asy’ ariyin yang dipakai tidak pas. Karena dalam perkataan nabi itu, ancaman terjalin lebih dulu, terkini terjalin cara ta’ awun( bantu membantu). Lagi pada asuransi syariah, ta’ awun dicoba lebih dulu, sementara itu bahayanya belum terjalin serupa sekali. Bagi Syaikh‘ Atha` Abu Rasyta, memakai perkataan nabi Asy’ ariyin selaku dasar asuransi syariah adalahistidlal yang galat.( Ajwibatu As`ilah, 7 atau 6 atau 2010).

Kedua, akad sumbangan( tabarru’) dalam asuransi ayariah tidak cocok dengan penafsiran sumbangan. Karena sumbangan dalam penafsiran syar’ i merupakan membagikan kepemilikan tanpa ganti rugi( tamliik bilaa‘ iwadh).( Pemimpin Syaukani, Nailul Authar, Ayat Sumbangan, Beirut: Dar Ibn Hazm, 2000, hlm. 1169). Sedangkan dalam asuransi ayariah, partisipan asuransi membagikan anggaran sumbangan, tetapi mengharap menemukan ganti rugi(‘ iwadh atau ta’ widh), bukannya tidak mengharap. Ini serupa saja dengan menarik kembali sumbangan yang diserahkan yang ketetapannya tabu, cocok sabda Rasul SAW,” Orang yang menarik kembali hibahnya, serupa dengan anjing yang berjolak kembali muntahannya.”( HR Bukhari& Mukmin).( Yahya Abdurrahman, Asuransi dalam Kajian Syariah, hlm. 42).

Ketiga, tidak cocok dengan akad dhaman( garansi) dalam fiqih Islam. Karena pada asuransi syariah, cuma terdapat 2 pihak, bukan 3 pihak begitu juga dhaman. 2 pihak itu: Awal, penjamin( dhamin), ialah partisipan asuransi; kedua, pihak yang menemukan amanah( madhmun lahu), ialah pula para partisipan asuransi. Jadi dalam asuransi syariah tidak ada pihak ketiga, ialah pihak tertanggung( madhmun anhu).

Keempat, terjalin pencampuran 2 akad jadi satu akad( uqud murakkabah, multiakad), ialah pencampuran akad sumbangan, akad ijarah, serta akad mudharabah. Sementara itu multiakad sudah dilarang dalam syariah. Diriwayatkan oleh Ibnu Abang’ ud RA kalau Rasul SAW mencegah 2 perjanjian( akad) dalam satu perjanjian( akad).( HR Ahmad, perkataan nabi sahih).( Taqiyuddin Nabhani, Angkatan laut(AL) Syakhshiyah Angkatan laut(AL) Islamiyah, 2 atau 308). Wallahu a’ lam.( Ustadz Siddiq angkatan laut(AL) Jawi)