Kiat-Kiat Sukses Bisnis Nabi Muhammad saw.
Sejarah mencatat. Nabi Muhammad saw., bukan saja sukses sebagai penyampai risalah Allah dan pemimpin umat, tetapi beliau juga adalah seorang pebisnis yang ulung. Dalam waktil yang sangat singkat, Muhammad sudah menjadi pebisnis ulung yang dikagumi oleh semua orang. Bisnis Muham- mad tidak sebatas lokal, tapi sudah melewati lintas wilayah sampai ke Syiria, Yordania, Irak, dan lain- nya. Pantas saja kalau beliau, dalam waktil yang relatif muda, sudah menjadi pribadi yang mandiri, berkelimpahan harta, dan banyak memberi. Apa saja kiat sukses bisnis Muhammad itil? Berikut ini penjelasannya.
1. Manajemen yang Andal
Nabi Muhammad saw., sudah menerapkan nilai- nilai manajemen dalam kehidupan dan praktik bisnisnya. Beliau sudah dengan sangat baik menge- lola proses, tiansaksi, dan hubungan bisnis dengan seluruh elemen bisnis, serta pihak yang terlibat di dalamnya.
Sebagai seorang yang piawai dalam berkomunikasi yang beretika, banyak orang yang percaya dan me- naruh simpati yang tinggi jika berhubungan bisnis dengan Muhammad saw. Beliau dikenal sebagai pe- dagang yang jujur dan adil dalam membuat peinan- jian bisnis, dan selalu memberi kepuasan terhadap para pelanggannya. Beliau menjaga janjinya dan menyerahkan barang-barang yang dipesan tepat waktil. Beliau senantiasa menunjukkan rasa tang- gung jawab yang besar dan intentas tinggi dengan siapa pun. Reputasinya sebagai seorang pedagang yang jujur dan benar telah dikenal luas sejak beliau berusia muda.
Dasar-dasar etika dan manajemen bisnis tersebut SU- dah mendapat legitimasi keagamaan setelah beliau diangkat menjadi Nabi. Prinsip-prinsip etika bisnis yang diwariskan semakin memperoleh pembenaran akademis di akhir abad ke-20 atau awal abad ke-21. Prinsip bisnis modem, seperti tirjuan pelanggan dan kepuasaan konsumen (cosier satisfaction), pela- yanan yang unggul (service excellence), kompetensi, efisiensi, tiansparansi, persaingan yang sehat, dan kompetitif, semuanya sudah menjadi gambaran pribadi dan etika bisnis Muhammad saw., ketika beliau masih muda.
Sebagai seorang pemimpin, beliau secara tegas men- jalankan prinsip law enforcement kepada para pebis- nis yang nakal. Beliau juga yang memperkenalkan asas Facta Sur Servanda yang kita kenal sebagai asas utama dalam hukum perdata dan perjanjian. Di tmrgan para pihak terkaitlah terdapat kekuasaan tertinggi untuk melakukan transaksi yang dibangun atas dasar saling setilju satil sama lainnya.
Pada posisi sebagai debitiir, Muhammad saw., ti- dak pernah menunjukkan kesalahan kepada para kreditiirnya. Beliau selalu membayar sebelum jatuh tempo seperti yang ditimjukkan atas pinjaman 40 dhham dari Abdullah Ibn Abi Rabi'. Bahkan sering pengembalian yang diberikan lebih besar nilainya dari pokok pinjaman, sebagai penghargaan kepada kreditiir. Suatil hari beliau pernah meminjam seekor unta yang masih muda, kemudian menyuruh Abu Rafi' mengembalikannya dengan seekor unta yang umurnya tiljuh tahun, lalu beliau bersabda, /'Berikan padanya unta tersebut, sebab orang yang paling utama adalah orang yang menebus utangnya dengan cara yang paling baik." (HR. Muslim)
Afzalur Rahman (1997) dalam bukunya Muhammad sebagai Pedagang, mengungkapkan cara kerja Rasu- lullah dalam berbisnis sebagai berikut:
"Muhammad didhis dealing honestly and fairh, and neuer gane his customeTsto complain. He aliyskept his ؟Tomise and delivered on time the goods of qua- lity mutually agreed between علرء parties. He always showed fl great sense of responsibility and integrity in dealing with other people ...His reputation as an honest and truthful trader was well established while he was still in his early youth."
Berdasarkan pendapat Afzahur Rahman di atas dapat diketahui bahwa Nabi Muhammad saw., adalah seorang pedagang yang jujur dan adil dalam membuat pejjanjian bisnis. Ia tidak pernah menge- cewakan para pelanggannya. Menjaga janjinya dan menyerahkan barang-barang yang dipesan dengan tepat waktil. Senantiasa menunjukkan rasa tang- gung jawab yang besar dan integritas tinggi dengan siapa pun. Reputasinya sebagai seorang pedagang yang jujur dan benar telah dikenal luas sejak beliau berusia muda.
Salah satil kiat sukses dalam menjalankan bisnis adalah dengan menerapkan prinsip ashshiddiq (ke- jujuran) sebagai modal dasar untiik menerapkan prinsip efisiensi dan efektivitas. Dalam dunia mana- jemen, Peter Dmcker merumuskan makna efisiensi dan efektivitas. Efisiensi berarti melakukan sesuatil
yang benar (do the right thing). Efisiensi ditekankan pada penghematan dalam penggunaan input un- tilk menghasilkan suatil output tertentil. Usaha ini diwujudkan melalui penerapan konsep dan teori manajemen yang tepat. Sedangkan efektivitas dite- kankan pada tingkat pencapaian atas tiljuan yang diwujudkan melalui penerapan leadership dan pemi- lihan strategi yang tepat.
Prinsip efisiensi dan efektivitas ini dipakai seba- gai tolok ukur keberhasilan suatil bisnis. Prinsip ini mendorong para akademisi dan praktisi untilk mencari berbagai cara, teknik dan metode yang dapat mewujudkan tingkat efisiensi dan efektivitas yang setinggi-tingginya. Semakin efisien dan efektif suatil perusahaan, akan semakin kompetitif pula perusahaan tersebut.
2. Marketing yang Hebat
Marketing (pemasaran) adalah jantungnya bisnis. Sulit rasanya meraih sukses dalam bisnis tanpa me- lalui pemasaran yang hebat. Hal inilah yang disada- ri oleh Rasulullah.
di dalam maupun di luar kota Mekah. Pemasaran yang beliau terapkan mengandung elemen penting yang sekarang digunakan dalam bisnis modern, ya- itil keunggulan produk (Product), promosi (Pronto- tion), penetapan harga (Price), dan pemilihan lokasi (Place), atau kini lebih dikenal dengan konsep mar- keting4P.
a. Product (Produk)
Produk adalah barang yang bisa dipasarkan untiik memenuhi permintaan konsumen. Bagi pegawai pemasaran, mereka harus memahami dan mengetahui seluk-beluk produk yang akan dijual. Karena di antara faktor yang menunjang kesuksesan dalam pemasaran, ada pada produk yang dipasarkan. Terkait dengan pelayanan ter- hadap konsumen, terdapat tiga fase yang harus dipahami oleh pegawai pemasaran, yaitu: (1) menentirkan keunggulan produk (core benefit); (2) ta٠ansformasi keunggulan tersebut pada pro- duk sesungguhnya (actual benefit); (3) mengem- bangkan produk dengan nilai tambah (augmented product).
Rasulullah mempraktikkan konsep pemasaran se- cara luas untilk mengembangkan bisnisnya, baik
Nabi Muhammad memasarkan produk yang me- miliki cita rasa tinggi bagi konsumen di kalangan
masyarakat Arab. Beliau juga sangat menguta- makan kualitas produk yang beliau tawarkan. Pantas saja kalau bisnis beliau mengalami sukses besar.
b. Promotion (Promosi)
Promosi adalah upaya untiik memberitahukan atau menawarkan produk dengan tiljuan me- narik calon konsumen untiik membeli atau me- ngonsumsinya. Untirk memikat pembeli, Rasu- lullah tidak pernah berlebihan saat menawarkan produknya. Hal ini selaras dengan sabda beliau bahwa pedagang tidak seharusnya melakukan sumpah atau janji yang berlebihan. Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw., bersabda, "Sumpah atau janji diucapkan untuk melariskan dagang- an dapat merusak keuntungan." (HR. Muslim)
c. Price (Penentiian Harga)
Konsep penentiran harga (price) sudah dilakukan oleh Rasulullah sejak 14 abad yang lalu melalui hadis beliau yang berbunyi, "Janganlah kamu menyaingi (secara tidak sehat) penjualan saudaramu sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah melarang persaingan yang tidak sehat antara pedagang, seperti perang harga yang ber-
lebihan (predatory pricing). Namun, beliau meng- anjurkan agar penentuan harga sesuai kualitas serta nilai tambah setiap produk. Strategi ini juga dapat memberikan pengaruh yang mendalam kepada psikologi konsumen. Selain itil, Rasu- lullahjuga melarang diskriminasi harga (apabila te^adi ketidakadilan terhadap sebagian pelang- gan) dan penipuan dalam penentiran harga, d. Place (Pemilihan Lokasi)
Pada zaman Rasulullah, terdapat bentilk pasar- pasar yang menjadi tiimpuan pedagang untuk menjual barang-barang dagangan dari luar kota Mekah. Rasulullah pun ikut berdagang di pasar- pasar yang terdapat di sekitar kota dan di luar kota Mekah.
Terkait dengan place ini, Rasulullah melarang distribusi yang dapat menzalimi para petani di kampung serta calon konsumen yang sudah menunggu di pasar. Dari Jabir, Rasulullah saw., 1bersabda, "Tidak diperbolehkanbagpendudukkota menjadi perantara niaga bagi orang di desa, biarkan- lah orang memperoleh rezeki Allah satu dari yang lain." (HR. Muslim)
Larangan ini dikenal dengan Talaqqi Al-Ghubbun/ Talaqqi Ar-Rukban, karena para pedagang mem- beli hasil bumi dan ternak dari petani di desa dengan harga murah, kemudian menjualnya kembali di pasar dengan harga tinggi.
Larangan ini kemudian dikeluarkan untilk me- lindungi petani dan konsumen. Pihak agen atau pengecer bisa meminta bayaran dari ongkos pengangkutan dan pelayanan yang diberikan. Namun, mereka tidak diperkenankan mengam- bil keuntimgan secara berlebihan. (Muhammad Sulaiman dan Aizuddinur Zakaria, 2010: 182- 186)
3. Mengutamakan Kepuasaan Pelangan Customer Satisfacatlon١
Ketekunan dan kesungguhan Muhammad saw., dalam memuaskan pelanggan sangat menonjol. Be- liau pernah rela menunggu sampai tiga hari karena sudah terlanjur janji dengan pelanggannya, sebagai- mana dikisahkan dalam sebuah hadis (bisa Anda baca lagi di halaman 109).
Menjual berarti melakukan lebih dari yang diwa- jibkan. Seorang penjual sukses adalah mereka yang rela berkorban, rela menomorduakan diri mereka demi kepuasan pelanggan dalam sibiasi apa pun. Sebagai penjual kita tidak hanya berpikir lebih dari sekadar /'jualan, asal laku", tapi kita harus memberi- kan lebih dari apa yang diwajibkan. Menjual berarti bukan sekadar mengejar komisi, karena menjual merupakan sebuah proses long life learning yang tak terbatas. Orang yang berhenti menjual berarti berhenti hidup. Seorang penjual yang andal akan mengarahkan langkahnya dengan menatap ke de- pan, bukan dengan melihat bagaimana belaian. Menjual berarti juga peduli terhadap pelanggan, walaupun kebanyakan dari penjual hanya peduli pada pelanggan karena slogan perusahaan mereka saja. Mereka tidak serius untilk peduli pada pelang- gan. Padahal rahasia menjual dengan sukses hanya dengan memperhatikan pelanggan kita. Menjual berarti lebih dari sekadar pintar. Dalam menjual juga diperlukan intuisi untilk melesatjauh ke depan. Seorang penjual hebat disarankan untuk menggu- nakan intilisi dan instingnya jika ingin lebih berhasil secara dahsyat, maka kita harus melatih intuisi kita dan mempergunakannya untilk tiljuan yang baik dan positif. Menjual berarti belajar, sekalipun seo- rang penjual sukses kita harus tetap belajar. Tidak setiap orang mampu bertahan di bidang pemasaran walaupun banyak orang yang ingin berhasil, tetapi mereka tidak mau bersusah-payah mendapatkan- nya.
Seorang penjual yang super sukses, adalah mereka yang tahu apa yang menjadi rintangan dan halang- an sebelum mereka mendekati calon pembelinya. Namun jika rintangan yang datang ternyata sesuatil yang asing, mereka akan mengakui dan mengang- gapnya penemuan baru untirk pembelajaran, bukan melakukan penolakan.
Memulai penjualan dengan antirsiasme akan men- datangkan keajaiban. Antirsiasme adalah modal terbesar yang dapat kita miliki, karena membawa kita lebih jauh dari sekadar uang, kekuasaan, dan pengaruh.
4. Pelayanan yang Unggul (Service Execeilence)
Sudah menjadi kebiasaan sebagian besar orang saat membaca koran selalu membaca kolom "Surat Pembaca". Selain isinya menarik, kolom tersebut biasanya berisi keluhan-keluhan yang disampaikan masyarakat yang mempunyai pengalaman buruk dalam hal pelayanan (service), di berbagai sektor kehidupan atau hubungan sosial, misalnya di rumah makan, hotel, kantor, pusat perbelanjaan, atau tem- pat-tempat lain yang menjual barang ataupun jasa. Perlu kita ketahui bahwa pelayanan (service) hen- daknya mendapat prioritas utama dalam menja- lankan berbagai bisnis. Tanpa pelayanan yang baik dan paripurna, tidak mungkin suahi bisnis dapat bertahan, apalagi hidup dan berkembang dengan pesat. Bahkan setiap perusahaan biasanya sengaja menempatkan seorang public relation yang pandai berbicara, dan berpengetahuan luas untilk mengha- dapi berbagai keluhan yang datang dari pelanggan sebagai akibat dari pelayanan yang buruk dari per- usahaannya. Pelayanan buruk akan menciptakan image (pencitraan) yang buruk terhdap kredibilitas suatil perusahaan. Jika masyarakat sudah kecewa dan memberikan vonis yang buruk terhadap suatii usaha, jangan berharap usaha tersebut akan maju dan berkembang, tetapi tunggulah kehancurannya. Salah satil profesi yang paling sering berhubungan dengan konsumen adalah customer service. Profesi ini menuntut seseorang untirk dapat melayani kon- sumen dengan baik. Mental yang kuat, sabar, tidak mau menang sendiri, dan peduli terhadap pendapat orang lain merupakan modal dasar yang wajib di
miliki oleh mereka, sehingga konsumen akan mera- sa puas dengan pelayanan yang mereka berikan. Sayangnya, tidak sedikit customer service yang beker- ja dengan setengah hati, yakni beke^a hanya karena timtiltan pekerjaan atau tidak menjiwai pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ketika di kantor dan menjalankan profesi sebagai customer srevice dia bersikap baik, santim, dan sabar dalam melayani orang, tetapi ketika sudah tidak berada di kantor lagi, sikapnya berubah total 180 derajat menjadi pri- badi yang tidak menarik. Hal ini menandakan bah- wa sikapnya merupakan sikap yang tidak konsisten terhadap profesi yang digelutinya.
Pelayanan pada saat melakukan hansaksi merupa- kan hal yang menjadi perhatian bagi Muhammad saw. Beliau yang pada awalnya berhasil mencip- takan image sebagai seorang yang berkepribadian ramah dan baik saat sebagai pengusaha, lebih lagi dalam kehidupan kesehariannya. Sikap ikhlas me- warnai setiap langkah beliau.
Muhammad saw., sangat menghargai pelanggan- nya sebagaimana ia menghargai dirinya sendiri. Bahkan beliau lebih mementingkan pelanggan di atas kepentingan beliau sendiri. Hal ini merupakan cara yang paling efektif dalam mempertahankan konsumen, sehingga yang terjadi adalah hubungan yang sangat baik antara pebisnis dengan pelanggan. Pada akhirnya loyalitas konsumen akan terbentuk dengan sendirinya. Rasulullah saw., tidak hanya memandang service diperlukan hanya pada saat kita menjual, tetapi juga pada saat kita membeli.
Dalam sahi kesempatan. Nabi Muhammad saw., bersabda, "Allá mengasihi orang yang bermurah hati ketika menjual, ketika membeli dan ketika menagih." (HR. Bukhari)
Paradigma "pembeli adalah raja" sering dijadikan alasan yang digunakan oleh pembeli untilk berlaku seenaknya dan tidak jarang memandang rendah pi- hak yang menjual. Jadi, dalam marketing Muham- mad, service tidak hanya ditekankan pada saat kita menjual, tetapi juga pada saat kita membeli. Muhammad sangat mengerti bahwa seorang penjual pun hanya seorang manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan emosi. Dengan anjuran untilk menunjukkan sikap bermurah hati saat membeli, kita juga dilatih untilk tidak menjadi egois, hanya karena menjadi pembeli bukan berarti dapat bersi- kap seenaknya kepada penjual.
Dengan sikap seperti itil kita akan mendapat peng- hargaan yang lebih dari pihak penjual atau pebisnis karena kita dipandang sebagai konsumen yang bisa menghargai mereka dan tidak hanya sebatas saat bertransaksi, tetapi juga selepas tiansaksi. Sehingga dari pihak pengusaha pun tidak akan segan memberi nilai tambah untilk kita. Empati bukan lagi "mono- poli" penjual. Empati bukan hanya kewajiban seo- rang pengusaha dalam menjalankan bisnisnya, tetapi sikap empati juga harus dimiliki oleh pihak pembeli. 5. Amanah dan Jujur (Transparansi)
Menjadi pebisnis yang amanah dan jujur seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah tidaklah mudah, apalagi di zaman materialistik seperti sekarang. Su- dah banyak contoh pengusaha yang menghuni sel penjara karena perbuatan mereka yang tidak jujur dengan cara melakukan korupsi uang negara de ngan beke^a sama dengan pejabat terkait.
Kasus ketidakjujuran dalam menjalankan bisnis sering teijadi dengan tiljuan untiik mencari keun- timgan yang sebesar-besarnya tanpa memedulikan apakah' jalan yang ditempuh itil halal atau haram. Misalnya saja seorang pemborong yang mendapat proyek pembangunan jalan. Agar keuntimgan bisa lebih besar, pemborong tersebut melakukan perbu- atan tidak jujur dengan mengurangi mutir peke^a- annya sehingga jalan cepat rusak. Akibatnya jalan tersebut hanya bisa dipakai sebentar lalu rusak kenrbali, bahkan tidak menutup kemungkinan ada orang yang celaka akibat jalan yang rasak sehingga menimbulkan mala petaka.
Sebagai seorang pebisnis seharusnya jangan me- lakukan perbuatan curang yang akan merugikan orang lain. Langkah yang tepat adalah melakukan perbuatan yang justiu dapat menimbulkan empati dari rekanan bisnisnya yaitir dengan memberikan keunggulan yang kompetitif. Di antara hal yang bisa menjadikan nilai tambah adalah dengan bersi- kap jujur dan amanah sehingga akan menimbulkan rasa percaya terhadap orang yang memberikan pe- kerjaan kepada pebisnis tersebut.
Kejujuran bukanlah hal sepele, tetapi menjadi hal penting dalam menjalankan bisnis. Tanpa adanya ke- percayaan dari konsumen, sebuah produk bisa saja tidak laku sehingga merugikan produsen produk tersebut. Akibatnya bisa fatal, perusahaan bisa rugi bahkan bangkrut yang tentunya merugikan banyak pihak, seperti pengusahanya maupun karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut.
Jadi, jika kita mau sukses dalam berbisnis, kita bisa mencontoh teladan yang dilakukan oleh Muham- mad saw., yaitil amanah dan jujur dalam menjalan- kannya. Mulai sekarang kita harus mau mengubah sikap kita dalam berbisnis. Mari kita bersifat jujur dan tidak melakukan kecurangan sekecil apa pun. Kejujuran dan amanah lambat laun akan menimbul- kan image yang positif terhadap para pebisnis yang menjalankannya sehingga menimbulkan keperca- yaan dari masyarakat.
Mari kita tiru sikap Muhammad saw., yang menda- patkan gelar Al-Amin karena kejujurannya. Julukan tersebut bukannya isapan jempol semata, bahkan menjadi juru kunci kesuksesan beliau. Dengan gelar tersebut banyak pihak yang selalu ingin memanfa- atkannya atau menjalin kerja sama dengan beliau dalam berbisnis, termasuk pengusaha besar saat itil, yaitu Siti Khadijah yang akhirnya menjadi isfri beliau
٥. Pandai Melihat Pangsa dan Segmentasi Pasar
Pebisnis yang baik juga mampu menguasai pasar yang berarti tahu ke mana membeli barang dengan lebih murah, tahu ke mana menjual barang dengan lebih mahal, tahu ke mana membeli barang lebih murah dengan bayaran ditangguhkan, dan tahu ke mana menjual barang dengan lebih tinggi secara hi- nai. Pebisnis yang baik juga mampu memproduksi sebagian barang sesuai dengan hmhitan pasar dan selanjutnya pebisnis yang baik adalah mampu me- ngelola kegiatan bisnisnya agar selalu stabil. Inilah yang kadang menjadi kendala sebagian besar pem- bisnis muslim. Tak kalah penting bagaimana seo- rang pembisnis bisa meyakinkan pihak-pihak yang mungkin bisa menunjang modal usahanya. Sebelum melakukan proses bisnis, Rasulullah saw., telah melakukan beberapa kunjungan ke Bahrain yang terletak di bagian Timur Semenanjung Arabia. Beliau selalu mempelajari kebiasaan penduduk dan hal-hal yang ada di setiap negeri yang disinggah- inya.
Pengetahuan yang rinci tentang kebiasaan setem- pat, cara hidup penduduk, cara mereka makan dan minum, dan lain sebagainya menunjukkan bahwa Rasulullah cerdas dalam mengamati peluang bisnis di setiap tempat yang beliau kunjungi. Hal ini jelas menunjukkan pula bahwa sebetilinya Muhammad saw., telah melakukan riset untilk menentilkan seg- mentasi pasar produk yang akan dijualnya. Beliau melakukan pemilahan terhadap berbagai produk yang akan dijual ke suatil kawasan berdasarkan faktor geografis, demografis, dan psikologis.
Atas dasar pengetahuan tersebut, Rasulullah saw., dapat menjual aneka barang dagangannya dengan baik, dan mampu meraih keuntimgan yang lebih banyak dibandingkan dengan pedagang lain. Beliau mampu melihat segmen pasar dengan cara kreatif dan dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Akan tetapi ada juga hal yang perlu diperhatikan, sebelum melakukan segmentasi, Rasulullah saw., terlebih dahulu melakukan pengenalan market se- hingga mendapatkan detail konsumen yang diper- lukan untilk melakukan proses segmentasi.
Setelah mengetahui market, barulah Rasulullah saw., melakukan segmentasi pasar secara individu (segment of one), atau sekarang dikenal dengan isti- lah identifikasi pasar (identifying). Pengenalan yang mendalam memungkinkan Muhammad saw., me- ngetahui bagaimana pola pendekatan yang harus dilakukan. Pada akhirnya beliau dapat memasuki semua segmen yang ada, yang terdiri atas berbagai tingkatan usia, statirs sosial, dan kebiasaan. Pola pi- kir seperti ini jelas merupakan hal yang sama sekali belum pernah terpikirkan oleh para pebisnis mana pun pada waktil itil. Rasulullah menyadari bahwa dengan melakukan one to one marketing, ia tidak hanya dapat menjual, tetapi juga akan dapat men- dekatkan dili dengan konsumen. Kedekatan ini me- mungkinkan untiik menggali apa saja yang menjadi kebuhihan dan keinginan konsumen.
Dalam soal segmentasi ini, kita juga bisa belajar kepada perusahaan Yamaha Motor. Yamaha Mo- tor adalah salah satil perusahaan yang bisa dijadi- kan contoh. Perusahaan ini mengeluarkan produk Yamaha Mio yang memiliki mesin dengan ukuran CC kecil, tapi otomatis dan mudah penggunaannya untiik segmen pasar perempuan. Perusahaan inilah yang menjadi pelopor industii motor yang mem- bidik segmen ini dengan baik, segmen yang sebe- lumnya selalu dilupakan pesaing lain. Hasilnya, dengan Mio, Yamaha mampu mengungguli Honda dan menjadi penjual nomor satil di Indonesia sejak 2007 lalu.
7. Visioner, Kreatif, dan Siap
Menghadapi Perubahan
Sebagai seorang pebisnis seharusnya kita berpikir jauh ke depan (visioner) dan harus siap serta mampu menghadapi berbagai perkembangan yang te^adi. Pebisnis ditimtiit harus mampu memenangkan p
Sejarah mencatat. Nabi Muhammad saw., bukan saja sukses sebagai penyampai risalah Allah dan pemimpin umat, tetapi beliau juga adalah seorang pebisnis yang ulung. Dalam waktil yang sangat singkat, Muhammad sudah menjadi pebisnis ulung yang dikagumi oleh semua orang. Bisnis Muham- mad tidak sebatas lokal, tapi sudah melewati lintas wilayah sampai ke Syiria, Yordania, Irak, dan lain- nya. Pantas saja kalau beliau, dalam waktil yang relatif muda, sudah menjadi pribadi yang mandiri, berkelimpahan harta, dan banyak memberi. Apa saja kiat sukses bisnis Muhammad itil? Berikut ini penjelasannya.
1. Manajemen yang Andal
Nabi Muhammad saw., sudah menerapkan nilai- nilai manajemen dalam kehidupan dan praktik bisnisnya. Beliau sudah dengan sangat baik menge- lola proses, tiansaksi, dan hubungan bisnis dengan seluruh elemen bisnis, serta pihak yang terlibat di dalamnya.
Sebagai seorang yang piawai dalam berkomunikasi yang beretika, banyak orang yang percaya dan me- naruh simpati yang tinggi jika berhubungan bisnis dengan Muhammad saw. Beliau dikenal sebagai pe- dagang yang jujur dan adil dalam membuat peinan- jian bisnis, dan selalu memberi kepuasan terhadap para pelanggannya. Beliau menjaga janjinya dan menyerahkan barang-barang yang dipesan tepat waktil. Beliau senantiasa menunjukkan rasa tang- gung jawab yang besar dan intentas tinggi dengan siapa pun. Reputasinya sebagai seorang pedagang yang jujur dan benar telah dikenal luas sejak beliau berusia muda.
Dasar-dasar etika dan manajemen bisnis tersebut SU- dah mendapat legitimasi keagamaan setelah beliau diangkat menjadi Nabi. Prinsip-prinsip etika bisnis yang diwariskan semakin memperoleh pembenaran akademis di akhir abad ke-20 atau awal abad ke-21. Prinsip bisnis modem, seperti tirjuan pelanggan dan kepuasaan konsumen (cosier satisfaction), pela- yanan yang unggul (service excellence), kompetensi, efisiensi, tiansparansi, persaingan yang sehat, dan kompetitif, semuanya sudah menjadi gambaran pribadi dan etika bisnis Muhammad saw., ketika beliau masih muda.
Sebagai seorang pemimpin, beliau secara tegas men- jalankan prinsip law enforcement kepada para pebis- nis yang nakal. Beliau juga yang memperkenalkan asas Facta Sur Servanda yang kita kenal sebagai asas utama dalam hukum perdata dan perjanjian. Di tmrgan para pihak terkaitlah terdapat kekuasaan tertinggi untuk melakukan transaksi yang dibangun atas dasar saling setilju satil sama lainnya.
Pada posisi sebagai debitiir, Muhammad saw., ti- dak pernah menunjukkan kesalahan kepada para kreditiirnya. Beliau selalu membayar sebelum jatuh tempo seperti yang ditimjukkan atas pinjaman 40 dhham dari Abdullah Ibn Abi Rabi'. Bahkan sering pengembalian yang diberikan lebih besar nilainya dari pokok pinjaman, sebagai penghargaan kepada kreditiir. Suatil hari beliau pernah meminjam seekor unta yang masih muda, kemudian menyuruh Abu Rafi' mengembalikannya dengan seekor unta yang umurnya tiljuh tahun, lalu beliau bersabda, /'Berikan padanya unta tersebut, sebab orang yang paling utama adalah orang yang menebus utangnya dengan cara yang paling baik." (HR. Muslim)
Afzalur Rahman (1997) dalam bukunya Muhammad sebagai Pedagang, mengungkapkan cara kerja Rasu- lullah dalam berbisnis sebagai berikut:
"Muhammad didhis dealing honestly and fairh, and neuer gane his customeTsto complain. He aliyskept his ؟Tomise and delivered on time the goods of qua- lity mutually agreed between علرء parties. He always showed fl great sense of responsibility and integrity in dealing with other people ...His reputation as an honest and truthful trader was well established while he was still in his early youth."
Berdasarkan pendapat Afzahur Rahman di atas dapat diketahui bahwa Nabi Muhammad saw., adalah seorang pedagang yang jujur dan adil dalam membuat pejjanjian bisnis. Ia tidak pernah menge- cewakan para pelanggannya. Menjaga janjinya dan menyerahkan barang-barang yang dipesan dengan tepat waktil. Senantiasa menunjukkan rasa tang- gung jawab yang besar dan integritas tinggi dengan siapa pun. Reputasinya sebagai seorang pedagang yang jujur dan benar telah dikenal luas sejak beliau berusia muda.
Salah satil kiat sukses dalam menjalankan bisnis adalah dengan menerapkan prinsip ashshiddiq (ke- jujuran) sebagai modal dasar untiik menerapkan prinsip efisiensi dan efektivitas. Dalam dunia mana- jemen, Peter Dmcker merumuskan makna efisiensi dan efektivitas. Efisiensi berarti melakukan sesuatil
yang benar (do the right thing). Efisiensi ditekankan pada penghematan dalam penggunaan input un- tilk menghasilkan suatil output tertentil. Usaha ini diwujudkan melalui penerapan konsep dan teori manajemen yang tepat. Sedangkan efektivitas dite- kankan pada tingkat pencapaian atas tiljuan yang diwujudkan melalui penerapan leadership dan pemi- lihan strategi yang tepat.
Prinsip efisiensi dan efektivitas ini dipakai seba- gai tolok ukur keberhasilan suatil bisnis. Prinsip ini mendorong para akademisi dan praktisi untilk mencari berbagai cara, teknik dan metode yang dapat mewujudkan tingkat efisiensi dan efektivitas yang setinggi-tingginya. Semakin efisien dan efektif suatil perusahaan, akan semakin kompetitif pula perusahaan tersebut.
2. Marketing yang Hebat
Marketing (pemasaran) adalah jantungnya bisnis. Sulit rasanya meraih sukses dalam bisnis tanpa me- lalui pemasaran yang hebat. Hal inilah yang disada- ri oleh Rasulullah.
di dalam maupun di luar kota Mekah. Pemasaran yang beliau terapkan mengandung elemen penting yang sekarang digunakan dalam bisnis modern, ya- itil keunggulan produk (Product), promosi (Pronto- tion), penetapan harga (Price), dan pemilihan lokasi (Place), atau kini lebih dikenal dengan konsep mar- keting4P.
a. Product (Produk)
Produk adalah barang yang bisa dipasarkan untiik memenuhi permintaan konsumen. Bagi pegawai pemasaran, mereka harus memahami dan mengetahui seluk-beluk produk yang akan dijual. Karena di antara faktor yang menunjang kesuksesan dalam pemasaran, ada pada produk yang dipasarkan. Terkait dengan pelayanan ter- hadap konsumen, terdapat tiga fase yang harus dipahami oleh pegawai pemasaran, yaitu: (1) menentirkan keunggulan produk (core benefit); (2) ta٠ansformasi keunggulan tersebut pada pro- duk sesungguhnya (actual benefit); (3) mengem- bangkan produk dengan nilai tambah (augmented product).
Rasulullah mempraktikkan konsep pemasaran se- cara luas untilk mengembangkan bisnisnya, baik
Nabi Muhammad memasarkan produk yang me- miliki cita rasa tinggi bagi konsumen di kalangan
masyarakat Arab. Beliau juga sangat menguta- makan kualitas produk yang beliau tawarkan. Pantas saja kalau bisnis beliau mengalami sukses besar.
b. Promotion (Promosi)
Promosi adalah upaya untiik memberitahukan atau menawarkan produk dengan tiljuan me- narik calon konsumen untiik membeli atau me- ngonsumsinya. Untirk memikat pembeli, Rasu- lullah tidak pernah berlebihan saat menawarkan produknya. Hal ini selaras dengan sabda beliau bahwa pedagang tidak seharusnya melakukan sumpah atau janji yang berlebihan. Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw., bersabda, "Sumpah atau janji diucapkan untuk melariskan dagang- an dapat merusak keuntungan." (HR. Muslim)
c. Price (Penentiian Harga)
Konsep penentiran harga (price) sudah dilakukan oleh Rasulullah sejak 14 abad yang lalu melalui hadis beliau yang berbunyi, "Janganlah kamu menyaingi (secara tidak sehat) penjualan saudaramu sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah melarang persaingan yang tidak sehat antara pedagang, seperti perang harga yang ber-
lebihan (predatory pricing). Namun, beliau meng- anjurkan agar penentuan harga sesuai kualitas serta nilai tambah setiap produk. Strategi ini juga dapat memberikan pengaruh yang mendalam kepada psikologi konsumen. Selain itil, Rasu- lullahjuga melarang diskriminasi harga (apabila te^adi ketidakadilan terhadap sebagian pelang- gan) dan penipuan dalam penentiran harga, d. Place (Pemilihan Lokasi)
Pada zaman Rasulullah, terdapat bentilk pasar- pasar yang menjadi tiimpuan pedagang untuk menjual barang-barang dagangan dari luar kota Mekah. Rasulullah pun ikut berdagang di pasar- pasar yang terdapat di sekitar kota dan di luar kota Mekah.
Terkait dengan place ini, Rasulullah melarang distribusi yang dapat menzalimi para petani di kampung serta calon konsumen yang sudah menunggu di pasar. Dari Jabir, Rasulullah saw., 1bersabda, "Tidak diperbolehkanbagpendudukkota menjadi perantara niaga bagi orang di desa, biarkan- lah orang memperoleh rezeki Allah satu dari yang lain." (HR. Muslim)
Larangan ini dikenal dengan Talaqqi Al-Ghubbun/ Talaqqi Ar-Rukban, karena para pedagang mem- beli hasil bumi dan ternak dari petani di desa dengan harga murah, kemudian menjualnya kembali di pasar dengan harga tinggi.
Larangan ini kemudian dikeluarkan untilk me- lindungi petani dan konsumen. Pihak agen atau pengecer bisa meminta bayaran dari ongkos pengangkutan dan pelayanan yang diberikan. Namun, mereka tidak diperkenankan mengam- bil keuntimgan secara berlebihan. (Muhammad Sulaiman dan Aizuddinur Zakaria, 2010: 182- 186)
3. Mengutamakan Kepuasaan Pelangan Customer Satisfacatlon١
Ketekunan dan kesungguhan Muhammad saw., dalam memuaskan pelanggan sangat menonjol. Be- liau pernah rela menunggu sampai tiga hari karena sudah terlanjur janji dengan pelanggannya, sebagai- mana dikisahkan dalam sebuah hadis (bisa Anda baca lagi di halaman 109).
Menjual berarti melakukan lebih dari yang diwa- jibkan. Seorang penjual sukses adalah mereka yang rela berkorban, rela menomorduakan diri mereka demi kepuasan pelanggan dalam sibiasi apa pun. Sebagai penjual kita tidak hanya berpikir lebih dari sekadar /'jualan, asal laku", tapi kita harus memberi- kan lebih dari apa yang diwajibkan. Menjual berarti bukan sekadar mengejar komisi, karena menjual merupakan sebuah proses long life learning yang tak terbatas. Orang yang berhenti menjual berarti berhenti hidup. Seorang penjual yang andal akan mengarahkan langkahnya dengan menatap ke de- pan, bukan dengan melihat bagaimana belaian. Menjual berarti juga peduli terhadap pelanggan, walaupun kebanyakan dari penjual hanya peduli pada pelanggan karena slogan perusahaan mereka saja. Mereka tidak serius untilk peduli pada pelang- gan. Padahal rahasia menjual dengan sukses hanya dengan memperhatikan pelanggan kita. Menjual berarti lebih dari sekadar pintar. Dalam menjual juga diperlukan intuisi untilk melesatjauh ke depan. Seorang penjual hebat disarankan untuk menggu- nakan intilisi dan instingnya jika ingin lebih berhasil secara dahsyat, maka kita harus melatih intuisi kita dan mempergunakannya untilk tiljuan yang baik dan positif. Menjual berarti belajar, sekalipun seo- rang penjual sukses kita harus tetap belajar. Tidak setiap orang mampu bertahan di bidang pemasaran walaupun banyak orang yang ingin berhasil, tetapi mereka tidak mau bersusah-payah mendapatkan- nya.
Seorang penjual yang super sukses, adalah mereka yang tahu apa yang menjadi rintangan dan halang- an sebelum mereka mendekati calon pembelinya. Namun jika rintangan yang datang ternyata sesuatil yang asing, mereka akan mengakui dan mengang- gapnya penemuan baru untirk pembelajaran, bukan melakukan penolakan.
Memulai penjualan dengan antirsiasme akan men- datangkan keajaiban. Antirsiasme adalah modal terbesar yang dapat kita miliki, karena membawa kita lebih jauh dari sekadar uang, kekuasaan, dan pengaruh.
4. Pelayanan yang Unggul (Service Execeilence)
Sudah menjadi kebiasaan sebagian besar orang saat membaca koran selalu membaca kolom "Surat Pembaca". Selain isinya menarik, kolom tersebut biasanya berisi keluhan-keluhan yang disampaikan masyarakat yang mempunyai pengalaman buruk dalam hal pelayanan (service), di berbagai sektor kehidupan atau hubungan sosial, misalnya di rumah makan, hotel, kantor, pusat perbelanjaan, atau tem- pat-tempat lain yang menjual barang ataupun jasa. Perlu kita ketahui bahwa pelayanan (service) hen- daknya mendapat prioritas utama dalam menja- lankan berbagai bisnis. Tanpa pelayanan yang baik dan paripurna, tidak mungkin suahi bisnis dapat bertahan, apalagi hidup dan berkembang dengan pesat. Bahkan setiap perusahaan biasanya sengaja menempatkan seorang public relation yang pandai berbicara, dan berpengetahuan luas untilk mengha- dapi berbagai keluhan yang datang dari pelanggan sebagai akibat dari pelayanan yang buruk dari per- usahaannya. Pelayanan buruk akan menciptakan image (pencitraan) yang buruk terhdap kredibilitas suatil perusahaan. Jika masyarakat sudah kecewa dan memberikan vonis yang buruk terhadap suatii usaha, jangan berharap usaha tersebut akan maju dan berkembang, tetapi tunggulah kehancurannya. Salah satil profesi yang paling sering berhubungan dengan konsumen adalah customer service. Profesi ini menuntut seseorang untirk dapat melayani kon- sumen dengan baik. Mental yang kuat, sabar, tidak mau menang sendiri, dan peduli terhadap pendapat orang lain merupakan modal dasar yang wajib di
miliki oleh mereka, sehingga konsumen akan mera- sa puas dengan pelayanan yang mereka berikan. Sayangnya, tidak sedikit customer service yang beker- ja dengan setengah hati, yakni beke^a hanya karena timtiltan pekerjaan atau tidak menjiwai pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ketika di kantor dan menjalankan profesi sebagai customer srevice dia bersikap baik, santim, dan sabar dalam melayani orang, tetapi ketika sudah tidak berada di kantor lagi, sikapnya berubah total 180 derajat menjadi pri- badi yang tidak menarik. Hal ini menandakan bah- wa sikapnya merupakan sikap yang tidak konsisten terhadap profesi yang digelutinya.
Pelayanan pada saat melakukan hansaksi merupa- kan hal yang menjadi perhatian bagi Muhammad saw. Beliau yang pada awalnya berhasil mencip- takan image sebagai seorang yang berkepribadian ramah dan baik saat sebagai pengusaha, lebih lagi dalam kehidupan kesehariannya. Sikap ikhlas me- warnai setiap langkah beliau.
Muhammad saw., sangat menghargai pelanggan- nya sebagaimana ia menghargai dirinya sendiri. Bahkan beliau lebih mementingkan pelanggan di atas kepentingan beliau sendiri. Hal ini merupakan cara yang paling efektif dalam mempertahankan konsumen, sehingga yang terjadi adalah hubungan yang sangat baik antara pebisnis dengan pelanggan. Pada akhirnya loyalitas konsumen akan terbentuk dengan sendirinya. Rasulullah saw., tidak hanya memandang service diperlukan hanya pada saat kita menjual, tetapi juga pada saat kita membeli.
Dalam sahi kesempatan. Nabi Muhammad saw., bersabda, "Allá mengasihi orang yang bermurah hati ketika menjual, ketika membeli dan ketika menagih." (HR. Bukhari)
Paradigma "pembeli adalah raja" sering dijadikan alasan yang digunakan oleh pembeli untilk berlaku seenaknya dan tidak jarang memandang rendah pi- hak yang menjual. Jadi, dalam marketing Muham- mad, service tidak hanya ditekankan pada saat kita menjual, tetapi juga pada saat kita membeli. Muhammad sangat mengerti bahwa seorang penjual pun hanya seorang manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan emosi. Dengan anjuran untilk menunjukkan sikap bermurah hati saat membeli, kita juga dilatih untilk tidak menjadi egois, hanya karena menjadi pembeli bukan berarti dapat bersi- kap seenaknya kepada penjual.
Dengan sikap seperti itil kita akan mendapat peng- hargaan yang lebih dari pihak penjual atau pebisnis karena kita dipandang sebagai konsumen yang bisa menghargai mereka dan tidak hanya sebatas saat bertransaksi, tetapi juga selepas tiansaksi. Sehingga dari pihak pengusaha pun tidak akan segan memberi nilai tambah untilk kita. Empati bukan lagi "mono- poli" penjual. Empati bukan hanya kewajiban seo- rang pengusaha dalam menjalankan bisnisnya, tetapi sikap empati juga harus dimiliki oleh pihak pembeli. 5. Amanah dan Jujur (Transparansi)
Menjadi pebisnis yang amanah dan jujur seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah tidaklah mudah, apalagi di zaman materialistik seperti sekarang. Su- dah banyak contoh pengusaha yang menghuni sel penjara karena perbuatan mereka yang tidak jujur dengan cara melakukan korupsi uang negara de ngan beke^a sama dengan pejabat terkait.
Kasus ketidakjujuran dalam menjalankan bisnis sering teijadi dengan tiljuan untiik mencari keun- timgan yang sebesar-besarnya tanpa memedulikan apakah' jalan yang ditempuh itil halal atau haram. Misalnya saja seorang pemborong yang mendapat proyek pembangunan jalan. Agar keuntimgan bisa lebih besar, pemborong tersebut melakukan perbu- atan tidak jujur dengan mengurangi mutir peke^a- annya sehingga jalan cepat rusak. Akibatnya jalan tersebut hanya bisa dipakai sebentar lalu rusak kenrbali, bahkan tidak menutup kemungkinan ada orang yang celaka akibat jalan yang rasak sehingga menimbulkan mala petaka.
Sebagai seorang pebisnis seharusnya jangan me- lakukan perbuatan curang yang akan merugikan orang lain. Langkah yang tepat adalah melakukan perbuatan yang justiu dapat menimbulkan empati dari rekanan bisnisnya yaitir dengan memberikan keunggulan yang kompetitif. Di antara hal yang bisa menjadikan nilai tambah adalah dengan bersi- kap jujur dan amanah sehingga akan menimbulkan rasa percaya terhadap orang yang memberikan pe- kerjaan kepada pebisnis tersebut.
Kejujuran bukanlah hal sepele, tetapi menjadi hal penting dalam menjalankan bisnis. Tanpa adanya ke- percayaan dari konsumen, sebuah produk bisa saja tidak laku sehingga merugikan produsen produk tersebut. Akibatnya bisa fatal, perusahaan bisa rugi bahkan bangkrut yang tentunya merugikan banyak pihak, seperti pengusahanya maupun karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut.
Jadi, jika kita mau sukses dalam berbisnis, kita bisa mencontoh teladan yang dilakukan oleh Muham- mad saw., yaitil amanah dan jujur dalam menjalan- kannya. Mulai sekarang kita harus mau mengubah sikap kita dalam berbisnis. Mari kita bersifat jujur dan tidak melakukan kecurangan sekecil apa pun. Kejujuran dan amanah lambat laun akan menimbul- kan image yang positif terhadap para pebisnis yang menjalankannya sehingga menimbulkan keperca- yaan dari masyarakat.
Mari kita tiru sikap Muhammad saw., yang menda- patkan gelar Al-Amin karena kejujurannya. Julukan tersebut bukannya isapan jempol semata, bahkan menjadi juru kunci kesuksesan beliau. Dengan gelar tersebut banyak pihak yang selalu ingin memanfa- atkannya atau menjalin kerja sama dengan beliau dalam berbisnis, termasuk pengusaha besar saat itil, yaitu Siti Khadijah yang akhirnya menjadi isfri beliau
٥. Pandai Melihat Pangsa dan Segmentasi Pasar
Pebisnis yang baik juga mampu menguasai pasar yang berarti tahu ke mana membeli barang dengan lebih murah, tahu ke mana menjual barang dengan lebih mahal, tahu ke mana membeli barang lebih murah dengan bayaran ditangguhkan, dan tahu ke mana menjual barang dengan lebih tinggi secara hi- nai. Pebisnis yang baik juga mampu memproduksi sebagian barang sesuai dengan hmhitan pasar dan selanjutnya pebisnis yang baik adalah mampu me- ngelola kegiatan bisnisnya agar selalu stabil. Inilah yang kadang menjadi kendala sebagian besar pem- bisnis muslim. Tak kalah penting bagaimana seo- rang pembisnis bisa meyakinkan pihak-pihak yang mungkin bisa menunjang modal usahanya. Sebelum melakukan proses bisnis, Rasulullah saw., telah melakukan beberapa kunjungan ke Bahrain yang terletak di bagian Timur Semenanjung Arabia. Beliau selalu mempelajari kebiasaan penduduk dan hal-hal yang ada di setiap negeri yang disinggah- inya.
Pengetahuan yang rinci tentang kebiasaan setem- pat, cara hidup penduduk, cara mereka makan dan minum, dan lain sebagainya menunjukkan bahwa Rasulullah cerdas dalam mengamati peluang bisnis di setiap tempat yang beliau kunjungi. Hal ini jelas menunjukkan pula bahwa sebetilinya Muhammad saw., telah melakukan riset untilk menentilkan seg- mentasi pasar produk yang akan dijualnya. Beliau melakukan pemilahan terhadap berbagai produk yang akan dijual ke suatil kawasan berdasarkan faktor geografis, demografis, dan psikologis.
Atas dasar pengetahuan tersebut, Rasulullah saw., dapat menjual aneka barang dagangannya dengan baik, dan mampu meraih keuntimgan yang lebih banyak dibandingkan dengan pedagang lain. Beliau mampu melihat segmen pasar dengan cara kreatif dan dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Akan tetapi ada juga hal yang perlu diperhatikan, sebelum melakukan segmentasi, Rasulullah saw., terlebih dahulu melakukan pengenalan market se- hingga mendapatkan detail konsumen yang diper- lukan untilk melakukan proses segmentasi.
Setelah mengetahui market, barulah Rasulullah saw., melakukan segmentasi pasar secara individu (segment of one), atau sekarang dikenal dengan isti- lah identifikasi pasar (identifying). Pengenalan yang mendalam memungkinkan Muhammad saw., me- ngetahui bagaimana pola pendekatan yang harus dilakukan. Pada akhirnya beliau dapat memasuki semua segmen yang ada, yang terdiri atas berbagai tingkatan usia, statirs sosial, dan kebiasaan. Pola pi- kir seperti ini jelas merupakan hal yang sama sekali belum pernah terpikirkan oleh para pebisnis mana pun pada waktil itil. Rasulullah menyadari bahwa dengan melakukan one to one marketing, ia tidak hanya dapat menjual, tetapi juga akan dapat men- dekatkan dili dengan konsumen. Kedekatan ini me- mungkinkan untiik menggali apa saja yang menjadi kebuhihan dan keinginan konsumen.
Dalam soal segmentasi ini, kita juga bisa belajar kepada perusahaan Yamaha Motor. Yamaha Mo- tor adalah salah satil perusahaan yang bisa dijadi- kan contoh. Perusahaan ini mengeluarkan produk Yamaha Mio yang memiliki mesin dengan ukuran CC kecil, tapi otomatis dan mudah penggunaannya untiik segmen pasar perempuan. Perusahaan inilah yang menjadi pelopor industii motor yang mem- bidik segmen ini dengan baik, segmen yang sebe- lumnya selalu dilupakan pesaing lain. Hasilnya, dengan Mio, Yamaha mampu mengungguli Honda dan menjadi penjual nomor satil di Indonesia sejak 2007 lalu.
7. Visioner, Kreatif, dan Siap
Menghadapi Perubahan
Sebagai seorang pebisnis seharusnya kita berpikir jauh ke depan (visioner) dan harus siap serta mampu menghadapi berbagai perkembangan yang te^adi. Pebisnis ditimtiit harus mampu memenangkan p