Salahkah? Bagi kami, im sih sah-sah saja. Syaratnya? Patuhi aturan mainnya.
Namun demikian, bukankah dengan meneladani en- trepreneurship ala Nabi Muhammad, kita akan mengan- fon^ lebih daripada im? Sekarang pilihan ada di tangan kita. Rumput, bunga, atau kedua-duanya. Renungkan- lah. "Barang siapa yang merasa bahagia jika dilebih- kan umur dan rezekinya, hendaklah ia bersilamrahirn.” Sekali lagi, inrlah sabda Sang Nabi.
49
Clndafmya CKebersamaan
oiebj pifafusJeat.CKbaiiJab cpbai intfab kebersamaan, (iengan segafa perbetfaan. ®ubai intfab persaudaraan, terasa sebuab kedamaian. CKarena cínta.^Hu...
،Kgrena rabmat٠٤٠... CKarena kasib-sa۴ng-٤٠... .fas asib-^1...
.fas asib-٨٤...
^rgo wefas asib-٤٠...
antara keberanian (C#1, Couragej) kemahiran (C#2,1 Competence), dan kepekaan .nurani (C#3,Conscience)¡ Tripod kerja ini juga boleh diistilahkan dengan kerja إ keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas. Dalam artian,؛ keras AQ-nya, cerdas EQ dan IQ-. nya, serta ikhlas SQ-nya. Dengan, bermmpu pada ttipod kerja ini, maka .ا jadilah kombinasi paripurna antara' band, bead, di beari
Untuk lebih jelasnya, mari kita tilik samper sam. Di sini,keberanian yang؛ kami maksudkan adalah keberanian؛ unmk mencoba dan terus mencoba. Kerja keras. Menyempurnakan ikhtiar.
Di buku 10 Jurus Terlarang} kami juga mengimbau untuk bersikap sedemikian. Apa urgensinya? Seperti yang kita maklumi bersama, profesi entrepreneur itu bukanlah profesi yang gampang. Dibandingkan profesi yang lain, nyata-nyata profesi ini jauh lebih dinamis dan menyimpan ketidakpastian.
Apa yang telah dihadapi kemarin tidaklah sama dengan apa yang dihadapi sekarang. Apa yang di- hadapi sekarang tidaklah sama dengan apa yang akan dihadapi besok. Entah apalagi yang akan dihadapi lusa. Begimlah, hari demi hari. Iya ‘kan? Mau tidak mau, entrepreneur kudu berani menyongsong segala ketidakpastian yang kadang kala tidak menyenangkan.
Rupa-rupanya tentang kebemian ini, jauh-jauh hari Allah telah melontarkan kalimat motivasi di dalam Al- (^uran, "Mengapa engkau takut kepada selain Allah?” Sewaktu kami bertemu dengan World’s 1st Failure Guru
Billi Lim dan pengusaha belia Roger Konopasek pada dua kesempatan yang berbeda, mereka juga ؛ menyarankan hal serupa. Bahkan, bukan sekadar؟ ‘berani mencoba’ tetapi juga ‘berani gagal’. Im kata, mereka.
Nah, keberanian semata, cukupkah? Sering ter- '؛ dengar, keberanian mestilah diiringi dengan kemahir. an. Kerja keras mestilah diiringi dengan kerja cerdas. Tanpanya, im sama saja dengan jalan di tempat. Unmk itulah, memperkaya pengetahuan menjadi suatu kenis-؛؛ cayaan. Betapa tidak? Kalangan paling awam sekalipun sadar bahwa pengetahuan adalah kekuatan (knowledge I power). Tidak terkecuali dalam bisnis.
Yah, bukan semata-mata pengetahuan terhadap^ produk (product knowledge), tetapi juga pengetahuan ؛ yang mendalam mengenai pelanggan (customer knowl- edge), pesaing (competitor knowledge), dan lingkungan Ml
man،
intelligence, market research, dan seumpamanya.1 ع رع\UÜ.
Islam sendiri telah berulang kali mengulas dan membahas pentingnya ilmu pengetahuan. Misalnya saja, belasan abad yang silam, wahyu yang pertama kali dimrunkan adalah perintah unmk menggah ilmu pengetahuan dengan mencantumkan kata ‘baca’ di sana. Tak cukup sampai di sim, menunrnt ilmu penge- tahuan pun diwajibkan, baik bagi laki-laki maupun bagi perempuan, mulai dari buaian ibu sampai ke liang la- hat. Apa ganjarannya? Selain diangkat derajatnya, me- reka yang berbekal ilmu pengetahuan juga lebih mu- ،lah meraih dunia, akhirat, maupun kedua-duanya.
Usai m؛ mari ki
جل|
iii
Simaklah anjuran dan ajaran Sang Nabi, “Sampaikan. ؛! lah kabar gembira dan jangan menakut-nakuti. Per- mudahlah dan jangan mempersulit.” Anjuran dan ajaran lainnya, “Penjual dan pembeli masing-masing''إ menyandang hak pilih (untuk mengesahkan atau mera- ا batalkan jual-beli) selama belum berpisah.” Ada pula larangan terhadap wajib-beli saat menyenmh barang. اي
Manakala Al-Quran jelas-jelas menyerukan, “Ja- nganlah engkau mengambil harta sesama dengan cara yang batil, kecuali dengan' perniagaan yang berdasar-؛! kan kesukarelaan antara sam sama lainnya.” Dalil-dalil tersebut menunjukkan bahwa kesukarelaan merupa- kan asas mutlak bagi entrepreneur dan konsumen dalam' bertransaksi. Yap, nurani mesti berbicara di sini.
Namun pada kenyataannya, betapa sering entre-1 preneur memainkan kolusi termasuk “sttrat sakti” dari penguasa, hanya semata-mata untuk memenangka.؛
inilah yang disebut dengan penyalah- gunaan Political Power yang merupakan P kelima dalam Mega Marketing usulan Philip Kotler. Padahal ia sih tidak me- nyarankan begihi. Ujung-ujungnya, konsumen pun membeli, kendati tanpa kesukarelaan.
Barangkali, im terhitung berhasil dalam jangka pendek. Namun, dalam jangka panjang, yakinlah tidak ada sam entitas bisnis pun yang sanggup survive dan sustain jika semata-mata mengandalkan pemaksaan berupa perpanjangan tangan penguasa sedemikian. Sadarlah, kini roda politik berputar dengan cepat. Walhasil, penguasa bisa naik dan mrun dalam wakm sekejap. Lha, apa jadinya kelangsungan entitas bisnis kalau bertopang pada penguasa?
Lagi pula, bukankah seorang entrepreneur sejati, ketika mencari materi, ia sangat menjaga nilai-nilai? لآ Dengan demikian sewakm ia menerima materi, dirinya akan jauh lebih berharga daripada materi tersebut. Seandainya hartanya dirampas sekalipun, kantornya ؛ dihancurkan sekalipun, gelarnya dicopot sekalipun, ؛ sungguh ia tidak akan kehilangan satu apa pun. ؛ Sebabnya, nilai-nilai itu sudah telanjur melekat pada j dirinya.
Akhirnya, tegakkanlah ttipod, kerja yang seimbang. Dan kepekaan nurani, salah samnya. Mengulangi pesan Sang Nabi, “Sampaikanlah kabar gembira dan jangan ؛ menakut-nakuti.”
(؛Pelajaran “(-Karcna pingan أ٤ء/Atas adalah (Jebifi ([[tama daripada Ringan di
U111 ل y. a menjadi persoalan bukan keuntung- annya, melainkan jenis keunmngannya. Inilah yang I mesti diluruskan. Sebagian besar orang memandang, keunnmgan im adalah soal materi belaka. Mohon maaf, apabila hanya sesempit im, maka bisa jadi materi dia dapatkan, tetapi banyak hal lain yang tidak dia da- - patkan. Kalau sekadar materi, yah kita Betapa banyak orang tidak jauh berbeda dengan garong, ™:X pelaeut, dan kotuptotiteka juga sekali. PadUbal wwstahil mencuat toaá
Allah menciptakan Selanjutnya, sesuam im pantas di- ٠٠“اء: katakan untung seandainya semaki. Dikutip dari Al-Quran, mmbuh bisnis kita, semakin mmbuh .تء pula potensi kita. Maksudnya, baik'. jadikan manusia dalam ٤ n
sebaik-baik bentuk/' pengalaman maupun pembelajaran؛؛ kita kian bertambah. Ingatlah sabda
Sang Nabi, “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari- pada hari kemarin, maka ia merupakan orang yang berunmng.” Kalau sama saja? Dia adalah orang yang merugi. Kalau lebih buruk? Dia adalah orang yang celaka.
Sekali lagi, sesuam im pantas dikatakan untung se- andainya semalrin tumbuh bisnis kita, semakin mmbuh pula potensi kita. Bagi kami, menggali potensi diri dan menikmati potensi im bersama yang lain merupakan salah sam mjuan hidup yang utama. Namun ironisnya, betapa banyak orang yang merasa dirinya tidak dibeka- li potensi sama sekali. Padahal, mana mungkin begitu? Adalah mustahil Allah menciptakan seseorang im sia- sia belaka.
;
[
nranusia im adalah wakil-Nya di muka bumi iui. Isti- . lahnya, khalifah. Lazimnya, orang hanya belum mene- J mukan potensi atau salah menemukan potensi. Cuma im.
Nah, setelah potensi ditemukan, lantas apalagi? Ber- bagilah. Sekonyong-konyong terbayang film spiderman■;,! di benak kami. Suam ketika, Peter Parker akas spider, man ditegur oleh pamannya, “Sesungguhnya di dalam kekuatan yang besar, tersimpan tanggung jawab yang besar. Menyadari akan hal im, maka spiderman pun memberdayakan kekuatan yang ia mi semata-mata 1 unmk kepentingan khalayak (dalam film, tenmnya).
Nah, bilamana seorang entrepreneur menerapkan semaiat berbagi ini dalam kr،nt4-<؛kicoic «j,„ واذل „ذ ia spiritual entrepreneur) di mana ia senatitiasa menyebar
kabar gembha dan menebar manfaat (benefit)) bukan sekadar cari unmng (profit). Selanjurnya, mungkin sebagian dari kita akan bertanya-tanya, di manakah korelasi antara berbagi dan keberhasilan bisnis? Di sini kami coba mengemukakan penjelasannya.
Pertama, melalui pendekatan spiritual. Pendekatan ini lebih menekankan keberadaan Hidden Stakeholder. Sepengetahuan kita, stakeholder im adalah pihak yang mesti kita ladeni sembari kita menggeluti bisnis. Selama ini, kita mengakui pelanggan, pemasok, karyawan, dan investor sebagai stakeholder primer. Sementara im, pemerintah, media massa, dan masyarakat umum, kita kenal sebagai stakeholdersekunki
Terns siapa im Hidden Stakeholder? Jawabannya tidak dlah Yang Maha Kuasa. Bukan cuma umat ---- -- nun percava. Hidden
termasuk balasan bagi mereka yang berbagi. Bahkan؛؛ Al-Quran mengisyaratkan, bukan sekadar balasan lini- er, melainkan balasan eksponensial hingga 700 kah li- pat. Inilah yang kami sebut dengan spiritual investment.
Kedua, melalui pendekatan rasional. Sebenarnya, setiap kah kita memberi maka pada wakm yang sama kita akan membuang ‘energi negatif’ keluar dari diri kita, sekaligus menghimpun ‘energi positif’ ke dalam.,؛ diri kita. Kami ulan^ lagi, membuang ‘energi negatif؛, sekahgus menghimpun ‘energi positif’. Coba saja perhatian. Selepas memberi, ada semacam perasaan ق plong. Iya ‘kan?
Kemudian akumulasi ‘energi positif’ im membuat kitafeelgood, dm feel good im pun memancar. Demikian, halnya, ketika kita berhubungan dengan pelanggan, pemasok, atau siapa pun, mereka juga merasakan hal yang sama, yakni feelgood. Dengan kondisi sedemikian,إ
maka urusan-urusan kita dengan mereka pun dimu- dahkan. Dan cepat atau lambat itu semua akan melan- catkan, bahkan melipatgandakan pendapatan kita, dengan seizin Hidden Stakeholdertentmyi
Pantaslah Jim Rohn selaku mentor pernah menasihati Anthony Robbins,
“Biasakanlah untuk berbagi dan bia- sakanlah unmk berba^ dalam jumlah yang lebih." Alasannya? Lanjut Jim Rohn, “Im bukan saja baik bagi orang lain, tetapi im juga baik bagi diri kita sendiri.” Perasaan seperti dilapang- kan.
Inilah yang kami labeli dengan spiritual happiness— di mana seseorang mengalami kebahagiaan setelah memberi—bukannya menerima. Kebalikannya adalah rational happiness—di mana seseorang mengalami
kebahasaan setelah menerima sesuafti. Sayangnya, rational happiness yang jamak terjadi.
Boleh juga kita dengarkan wejangan Phytagoras, “Bilamana ingin melipatgandakan kebahagiaan, maka bagikanlah.” Tidak ketinggalan, wejangan Robert Kiyosaki, “Jika Anda membangun bisnis yang melayani ribuan orang, maka sebagai timbal-baliknya. Anda akan menjadi jutawan. Jika Anda bisa membangun bisnis yang melayani jutaan orang, maka sebagai لأ timbal-baliknya. Anda akan menjadi miliarder.”
Dan di atas segalanya, bukankah Allah im Yang Maha Memberi Manfaat? Sudah seyogianya manusia sebagai hamba Allah meniru atau mendekati (taqarrub)]: sifat Allah tersebut. Lha, janggal ‘kan kalau manusia malah segan dan enggan unmk berbagi. Iya ‘kan? Akhirnya, renungkanlah baik-baik sabda Sang Nabi, “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang membawa
manfaat sebanyak-banyaknya.” Disambung dengan, “Karena tangan di atas adalah lebih utama daripada tangan yang di bawah.” Yap, itulah pelajaran kedelapan di buku ini
،،|á pak 4ا q^cr&cías CKasifi kepaaa Seseorana, /Apainfa Orai١0 qtu gicfak ؛Mpfsiki Sesamanya;
Al-Quran nyata-nyata tersurat, “Tidak ada sam Dl makhluk pun yang diciptakan, kecUli telah lenj kap dengan rezekinya.” Penafstiannya menurut dullah Gymnastiar, kita sama sekali tidak disurut rezeki, melainkan w..¿ rezeki. Karena, sudah ada begim kita diciptakan. Setidak-tidaknya auajjj tiga macam rezeki, y aim rezeki yang dijamin, rezeki i yang diganmngkan, dan rezeki yang dijanjikan.
Terus, apa bedanya mencari dan menjemput? Jelas beda. Kalau men- cari, bisa ada, bisa tidak. Akan tetapi kalau menjemput, yah sudah pasti ada. Masalahnya, belum tentu ketemu ، saja. Semuanya berganmng pada kete- rampilan kita dalam menjemput rezeki tersebut. Menyadari Allah im Maha ؛ Kaya dan Maha Mengayakan, tenm
Itita percaya bahwa rezeki sama sekali tidak akan hilang atau terhalang oleh pesaing. Bukan apa-apa. Sungguh nikmat rasanya, bilamana kita berbisnis dengan mental berkelimpahan.
Sidang pembaca sekalian, meneruskan pelajaran sebelumnya, sekarang tibalah saatnya untuk mencintai pesaing. Kami ulangi lagi, mencintai pesaing. Ajakan unmk mencintai pesaing im memang ideal. Tetapi, apa masuk akal? Apalagi mengingat lanskap bisnis yang kian sengit dan rumit. Nah, simpanlah segala kekhawatiran im, karena kami punya segudang alasan unmk mencintai pesaing.
Educating the Customers
Lebih dari 20 tahun yang silam pelopor positioning Al oernah wanti-wanti, bersikap bersahabatlah ter- terus mencontohkan. Coca
i
Cola sebenarnya berutang budi kepada Pepsi Cola.: ؛ Apa alasannya? Karena perseteruan antara Coke dan Pepsi membuat konsumen semakin sadar akan ke- beradaan minuman kola.
Al Ries tidak mengada-ada. Sama sekali tidak. Ingat,؛ konsumen selalu memiliki pilihan. Mengapa harus ؤ kola? Toh, konsumen bisa saja memesan air mineral, ؛ teh botol, jus buah, energy drink, atau yang lain. Kalau ؛ bermain sendiri. Coke akan kelabakan dalam mendidik atau mengedukasi konsumen unmk menyukai kola. Untunglah, kemudian Pepsi muncul (kendati saat im 'J Coke langsung menyeret Pepsi ke pengadilan). Gathering the Customers
Dalam bahasa yang lugas dan cerdas. Marketing Guru ¡ Hermawan Kartajaya pernah mengumpamakan, peda, 1 gang martabak akan kelimpungan jika jualan sendirian. .
Ia akan sangat terbantu jika pedagang martabak yang lain ikut jualan di sampingnya. Begitu para pedagang martabak berkumpul, maka pastilah pembeli akan ber- bondong-bondong menghamphi tempat tersebut.
Oleh karena itulah di Jakarta para pedagang barang antik mangkal di Ciputat. Restoran-restoran unmk kalangan menengah ke atas berjejer di Citos. Bahkan kampus Trisakti dan Untar berdiri berdekat-dekatan. Contoh lain, penjaja suvenir di Yogyakarta mengelom- pok di Malioboro. Lebih dari serams mkang nasi gore- ng di Palembang berbaris di dekat Stadion Olahraga.
Fenomena ini tidak jauh berbeda dengan kota-kota di beberapa negara di Asia yang sempat kami kunjung. Di mana berkumpulnya penjual dengan barang sejenis di suam kawasan akan menyedot para konsumen untuk datang dan .bertandang, lantaran berjubelnya pilihan yang tersedia. Di Entrepreneur University dan
Young Enttepreneur Academy, mentor-mentor juga sharing hikmah yang sama.
Expanding the Market
Salah seorang dari kami pernah mengungkapkan, “Ka-؛
lau makan kue sendirian, bisa enek. Mendingan makan ؛
kue bareng-bareng.” Selama ini kita khawatir, muncul- ؛
nya pesaing dapat memperkecil irisan kue (market sbanJk
yang selama ini kita nikmati. Itu memang betul. Tetapi.'I
mohon dicatat baik-baik. Pada waktu yang sama, j
hadirnya pesaing turut memperbesar ukuran kue (mar-
ket size). Inilah manfaat utama dari persaingan, yakni؛
mengedukasi dan menghimpun konsumen, sehingga؛
pada akhirnya memperluas pasar secara keseluruhan, i
Pernah mendengar cerita sedih Polaroid? Pada
akhir 90-an, mereka gagal mengedukasi konsumen ؛
akan pentingnya foto instan. Salah satu penyebab
kegagalan mereka adalah minusnya
. ق ٠فل .£ . Munculnya pesaing dupa
pesaing di industri foto instan—yang ۶ .لم ؛ ة . ؛
P g y g memperkecil irisan hue.
seharusnya menjadi mitra mereka Tetapi, pada ivaktuyang dalam mengedukasi konsumen. Kini, sama, hadirnya pesaing
علتت€£ؤءق:
: koteks Indonesia, m^sih vvJvv ingat nasi goreng instan Taranasiku? Perihal kegagalan, mereka adalah Polaroid-nya Indonesia. Persis seperti itu. Nah, coba kita bandingkan pasar nasi goreng instan dengan pasar mi instan. Terbukti, maraknya pemain mi instan malah memperluas pasar mi instan secara keseluruhan.
Improving Self-Performance
Ada pepatah bijak yang menasihati, "Semakin ting^ pohon, semakin kuat anginnya." Im pula yang berlaku tlalam rimba bisnis. Namun demikian, kami mengan-
jurkan dan mengajarkan: jangan takut, jangan benci, dan jangan pula meremehkan pesaing. Karena, di satu sisi memang Allah-lah yang menciptakan pesaing. Im sudah sunamllah.
Malah, sesungguhnya persaingan im adalah anuge- rah, bukan musibah. Secara sederhana Abdullah Gym- nastiar mengambil analogi, ‘Apa gunanya jadi juara umum, kalau ternyata balap karung sendirian? Apa gu- nanya jadi juara dunia, kalau ternyata lawannya hanya anak TK?” Petarung-petarung zaman kerajaan pun sangat bangga apabila dipertemukan dengan petarung ؛ paling tangguh. Yah, gampang unmk dipahami. Pesa- ing yang sedemikian akan menggedor potensi diri. Bu- kankah im anugerah?
Sewakm kami menyusun buku dan menggelar semi- j nar bersama presenter kondang Tantowi Yahya, ia pun punya dalil serupa. “Saya percaya, persainganlah yang memicu dan memacu adrenalin. Dengan demikian.
dari waktu ke waktu kita akan selalu up to date, selalu berkembang, dan pada akhirnya selalu menemukan hal-hal yang baru.” Kami pikir im benar adanya, sera- ms persen.
Nitili, Niroafee, Nibabi, Nempiii.M\2،S2،.ةلا!أ.لألأهةع‘. ATM. Apa im? Amati, Tiru, Modifikasi. Sesederhana' im.
Creating Positive Image Manfaat berikutnya, persaingan akan mencurahkan citra yang positif kepa- da seluruh pemain. Cermatilah PLN. Apakah mereka disukai? Yah, bukan rahasia lagi, masyarakat cenderung' emoh terhadap pemain monopoli. Se- andainya PLN didampingi oleh pesa- ing yang riil, pastilah kisahnya bakal berbeda. Karena, belum tenm kerja dan kinerja pesa- ing tersebut lebih memuaskan ketimbang PLN. De- ngan demikian, serta-merta kita akan lebih menghargai PLN, karena kita sudah punya pembanding.
٠؛«*؟
Perkenankan kami mengambil polisi sebagai pe- rumpamaan. Tidak sedikit polisi yang naik pangkat gara-gara adanya penjahat. Im artinya, polisi butuh penjahat. Begitu pula dengan nahkoda. Tidak sedikit nahkoda diberi penghargaan gara-gara adanya badai. Im artinya, nahkoda bumh badai. Makanya, kalau per- lu, pesaing malah harus diciptakan. Pantaslah ada rang- kaian kata-kata yang apik dan menarik, ‘!e are born to complete, not to compete:’
Akhirnya, kami imbuhkan dan bubuhkan sabda Nabi Muhammad, “Allah tidak akan berbelas kasih kepada seseorang, apabila orang im tidak mengasihi sesamanya.” Dan Allah berfirman, “Tidaklah Kami mengums engkau melainkan rahmat bagi semesta alam.” Sekali lagi, menjadi rahmat bagi semesta alam, tidak terkecuali terhadap pesaing.
CRaRmat Siesta 4ا
Ofcfi: Anííafus/cat.íKriaííJaíi |afi fimpafifcantafi rafimat'SHu seiafu kepada semesta afam, kepada hamba-٤٠ Agah curahkaniah karunia.lMji sefafu kepada utusan-£Mu, kepada rasuf-^1
|an berikanlah hidayah.iMji selalu Mudahkan kami ‘tuk menemukan jalan-٤٠ |ah bukakanlah ampunan.^, sefatu Selamatkan kami saat kembali kepada.^1
Namun demikian, bukankah dengan meneladani en- trepreneurship ala Nabi Muhammad, kita akan mengan- fon^ lebih daripada im? Sekarang pilihan ada di tangan kita. Rumput, bunga, atau kedua-duanya. Renungkan- lah. "Barang siapa yang merasa bahagia jika dilebih- kan umur dan rezekinya, hendaklah ia bersilamrahirn.” Sekali lagi, inrlah sabda Sang Nabi.
49
Clndafmya CKebersamaan
oiebj pifafusJeat.CKbaiiJab cpbai intfab kebersamaan, (iengan segafa perbetfaan. ®ubai intfab persaudaraan, terasa sebuab kedamaian. CKarena cínta.^Hu...
،Kgrena rabmat٠٤٠... CKarena kasib-sa۴ng-٤٠... .fas asib-^1...
.fas asib-٨٤...
^rgo wefas asib-٤٠...
antara keberanian (C#1, Couragej) kemahiran (C#2,1 Competence), dan kepekaan .nurani (C#3,Conscience)¡ Tripod kerja ini juga boleh diistilahkan dengan kerja إ keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas. Dalam artian,؛ keras AQ-nya, cerdas EQ dan IQ-. nya, serta ikhlas SQ-nya. Dengan, bermmpu pada ttipod kerja ini, maka .ا jadilah kombinasi paripurna antara' band, bead, di beari
Untuk lebih jelasnya, mari kita tilik samper sam. Di sini,keberanian yang؛ kami maksudkan adalah keberanian؛ unmk mencoba dan terus mencoba. Kerja keras. Menyempurnakan ikhtiar.
Di buku 10 Jurus Terlarang} kami juga mengimbau untuk bersikap sedemikian. Apa urgensinya? Seperti yang kita maklumi bersama, profesi entrepreneur itu bukanlah profesi yang gampang. Dibandingkan profesi yang lain, nyata-nyata profesi ini jauh lebih dinamis dan menyimpan ketidakpastian.
Apa yang telah dihadapi kemarin tidaklah sama dengan apa yang dihadapi sekarang. Apa yang di- hadapi sekarang tidaklah sama dengan apa yang akan dihadapi besok. Entah apalagi yang akan dihadapi lusa. Begimlah, hari demi hari. Iya ‘kan? Mau tidak mau, entrepreneur kudu berani menyongsong segala ketidakpastian yang kadang kala tidak menyenangkan.
Rupa-rupanya tentang kebemian ini, jauh-jauh hari Allah telah melontarkan kalimat motivasi di dalam Al- (^uran, "Mengapa engkau takut kepada selain Allah?” Sewaktu kami bertemu dengan World’s 1st Failure Guru
Billi Lim dan pengusaha belia Roger Konopasek pada dua kesempatan yang berbeda, mereka juga ؛ menyarankan hal serupa. Bahkan, bukan sekadar؟ ‘berani mencoba’ tetapi juga ‘berani gagal’. Im kata, mereka.
Nah, keberanian semata, cukupkah? Sering ter- '؛ dengar, keberanian mestilah diiringi dengan kemahir. an. Kerja keras mestilah diiringi dengan kerja cerdas. Tanpanya, im sama saja dengan jalan di tempat. Unmk itulah, memperkaya pengetahuan menjadi suatu kenis-؛؛ cayaan. Betapa tidak? Kalangan paling awam sekalipun sadar bahwa pengetahuan adalah kekuatan (knowledge I power). Tidak terkecuali dalam bisnis.
Yah, bukan semata-mata pengetahuan terhadap^ produk (product knowledge), tetapi juga pengetahuan ؛ yang mendalam mengenai pelanggan (customer knowl- edge), pesaing (competitor knowledge), dan lingkungan Ml
man،
intelligence, market research, dan seumpamanya.1 ع رع\UÜ.
Islam sendiri telah berulang kali mengulas dan membahas pentingnya ilmu pengetahuan. Misalnya saja, belasan abad yang silam, wahyu yang pertama kali dimrunkan adalah perintah unmk menggah ilmu pengetahuan dengan mencantumkan kata ‘baca’ di sana. Tak cukup sampai di sim, menunrnt ilmu penge- tahuan pun diwajibkan, baik bagi laki-laki maupun bagi perempuan, mulai dari buaian ibu sampai ke liang la- hat. Apa ganjarannya? Selain diangkat derajatnya, me- reka yang berbekal ilmu pengetahuan juga lebih mu- ،lah meraih dunia, akhirat, maupun kedua-duanya.
Usai m؛ mari ki
جل|
iii
Simaklah anjuran dan ajaran Sang Nabi, “Sampaikan. ؛! lah kabar gembira dan jangan menakut-nakuti. Per- mudahlah dan jangan mempersulit.” Anjuran dan ajaran lainnya, “Penjual dan pembeli masing-masing''إ menyandang hak pilih (untuk mengesahkan atau mera- ا batalkan jual-beli) selama belum berpisah.” Ada pula larangan terhadap wajib-beli saat menyenmh barang. اي
Manakala Al-Quran jelas-jelas menyerukan, “Ja- nganlah engkau mengambil harta sesama dengan cara yang batil, kecuali dengan' perniagaan yang berdasar-؛! kan kesukarelaan antara sam sama lainnya.” Dalil-dalil tersebut menunjukkan bahwa kesukarelaan merupa- kan asas mutlak bagi entrepreneur dan konsumen dalam' bertransaksi. Yap, nurani mesti berbicara di sini.
Namun pada kenyataannya, betapa sering entre-1 preneur memainkan kolusi termasuk “sttrat sakti” dari penguasa, hanya semata-mata untuk memenangka.؛
inilah yang disebut dengan penyalah- gunaan Political Power yang merupakan P kelima dalam Mega Marketing usulan Philip Kotler. Padahal ia sih tidak me- nyarankan begihi. Ujung-ujungnya, konsumen pun membeli, kendati tanpa kesukarelaan.
Barangkali, im terhitung berhasil dalam jangka pendek. Namun, dalam jangka panjang, yakinlah tidak ada sam entitas bisnis pun yang sanggup survive dan sustain jika semata-mata mengandalkan pemaksaan berupa perpanjangan tangan penguasa sedemikian. Sadarlah, kini roda politik berputar dengan cepat. Walhasil, penguasa bisa naik dan mrun dalam wakm sekejap. Lha, apa jadinya kelangsungan entitas bisnis kalau bertopang pada penguasa?
Lagi pula, bukankah seorang entrepreneur sejati, ketika mencari materi, ia sangat menjaga nilai-nilai? لآ Dengan demikian sewakm ia menerima materi, dirinya akan jauh lebih berharga daripada materi tersebut. Seandainya hartanya dirampas sekalipun, kantornya ؛ dihancurkan sekalipun, gelarnya dicopot sekalipun, ؛ sungguh ia tidak akan kehilangan satu apa pun. ؛ Sebabnya, nilai-nilai itu sudah telanjur melekat pada j dirinya.
Akhirnya, tegakkanlah ttipod, kerja yang seimbang. Dan kepekaan nurani, salah samnya. Mengulangi pesan Sang Nabi, “Sampaikanlah kabar gembira dan jangan ؛ menakut-nakuti.”
(؛Pelajaran “(-Karcna pingan أ٤ء/Atas adalah (Jebifi ([[tama daripada Ringan di
U111 ل y. a menjadi persoalan bukan keuntung- annya, melainkan jenis keunmngannya. Inilah yang I mesti diluruskan. Sebagian besar orang memandang, keunnmgan im adalah soal materi belaka. Mohon maaf, apabila hanya sesempit im, maka bisa jadi materi dia dapatkan, tetapi banyak hal lain yang tidak dia da- - patkan. Kalau sekadar materi, yah kita Betapa banyak orang tidak jauh berbeda dengan garong, ™:X pelaeut, dan kotuptotiteka juga sekali. PadUbal wwstahil mencuat toaá
Allah menciptakan Selanjutnya, sesuam im pantas di- ٠٠“اء: katakan untung seandainya semaki. Dikutip dari Al-Quran, mmbuh bisnis kita, semakin mmbuh .تء pula potensi kita. Maksudnya, baik'. jadikan manusia dalam ٤ n
sebaik-baik bentuk/' pengalaman maupun pembelajaran؛؛ kita kian bertambah. Ingatlah sabda
Sang Nabi, “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari- pada hari kemarin, maka ia merupakan orang yang berunmng.” Kalau sama saja? Dia adalah orang yang merugi. Kalau lebih buruk? Dia adalah orang yang celaka.
Sekali lagi, sesuam im pantas dikatakan untung se- andainya semalrin tumbuh bisnis kita, semakin mmbuh pula potensi kita. Bagi kami, menggali potensi diri dan menikmati potensi im bersama yang lain merupakan salah sam mjuan hidup yang utama. Namun ironisnya, betapa banyak orang yang merasa dirinya tidak dibeka- li potensi sama sekali. Padahal, mana mungkin begitu? Adalah mustahil Allah menciptakan seseorang im sia- sia belaka.
;
[
nranusia im adalah wakil-Nya di muka bumi iui. Isti- . lahnya, khalifah. Lazimnya, orang hanya belum mene- J mukan potensi atau salah menemukan potensi. Cuma im.
Nah, setelah potensi ditemukan, lantas apalagi? Ber- bagilah. Sekonyong-konyong terbayang film spiderman■;,! di benak kami. Suam ketika, Peter Parker akas spider, man ditegur oleh pamannya, “Sesungguhnya di dalam kekuatan yang besar, tersimpan tanggung jawab yang besar. Menyadari akan hal im, maka spiderman pun memberdayakan kekuatan yang ia mi semata-mata 1 unmk kepentingan khalayak (dalam film, tenmnya).
Nah, bilamana seorang entrepreneur menerapkan semaiat berbagi ini dalam kr،nt4-<؛kicoic «j,„ واذل „ذ ia spiritual entrepreneur) di mana ia senatitiasa menyebar
kabar gembha dan menebar manfaat (benefit)) bukan sekadar cari unmng (profit). Selanjurnya, mungkin sebagian dari kita akan bertanya-tanya, di manakah korelasi antara berbagi dan keberhasilan bisnis? Di sini kami coba mengemukakan penjelasannya.
Pertama, melalui pendekatan spiritual. Pendekatan ini lebih menekankan keberadaan Hidden Stakeholder. Sepengetahuan kita, stakeholder im adalah pihak yang mesti kita ladeni sembari kita menggeluti bisnis. Selama ini, kita mengakui pelanggan, pemasok, karyawan, dan investor sebagai stakeholder primer. Sementara im, pemerintah, media massa, dan masyarakat umum, kita kenal sebagai stakeholdersekunki
Terns siapa im Hidden Stakeholder? Jawabannya tidak dlah Yang Maha Kuasa. Bukan cuma umat ---- -- nun percava. Hidden
termasuk balasan bagi mereka yang berbagi. Bahkan؛؛ Al-Quran mengisyaratkan, bukan sekadar balasan lini- er, melainkan balasan eksponensial hingga 700 kah li- pat. Inilah yang kami sebut dengan spiritual investment.
Kedua, melalui pendekatan rasional. Sebenarnya, setiap kah kita memberi maka pada wakm yang sama kita akan membuang ‘energi negatif’ keluar dari diri kita, sekaligus menghimpun ‘energi positif’ ke dalam.,؛ diri kita. Kami ulan^ lagi, membuang ‘energi negatif؛, sekahgus menghimpun ‘energi positif’. Coba saja perhatian. Selepas memberi, ada semacam perasaan ق plong. Iya ‘kan?
Kemudian akumulasi ‘energi positif’ im membuat kitafeelgood, dm feel good im pun memancar. Demikian, halnya, ketika kita berhubungan dengan pelanggan, pemasok, atau siapa pun, mereka juga merasakan hal yang sama, yakni feelgood. Dengan kondisi sedemikian,إ
maka urusan-urusan kita dengan mereka pun dimu- dahkan. Dan cepat atau lambat itu semua akan melan- catkan, bahkan melipatgandakan pendapatan kita, dengan seizin Hidden Stakeholdertentmyi
Pantaslah Jim Rohn selaku mentor pernah menasihati Anthony Robbins,
“Biasakanlah untuk berbagi dan bia- sakanlah unmk berba^ dalam jumlah yang lebih." Alasannya? Lanjut Jim Rohn, “Im bukan saja baik bagi orang lain, tetapi im juga baik bagi diri kita sendiri.” Perasaan seperti dilapang- kan.
Inilah yang kami labeli dengan spiritual happiness— di mana seseorang mengalami kebahagiaan setelah memberi—bukannya menerima. Kebalikannya adalah rational happiness—di mana seseorang mengalami
kebahasaan setelah menerima sesuafti. Sayangnya, rational happiness yang jamak terjadi.
Boleh juga kita dengarkan wejangan Phytagoras, “Bilamana ingin melipatgandakan kebahagiaan, maka bagikanlah.” Tidak ketinggalan, wejangan Robert Kiyosaki, “Jika Anda membangun bisnis yang melayani ribuan orang, maka sebagai timbal-baliknya. Anda akan menjadi jutawan. Jika Anda bisa membangun bisnis yang melayani jutaan orang, maka sebagai لأ timbal-baliknya. Anda akan menjadi miliarder.”
Dan di atas segalanya, bukankah Allah im Yang Maha Memberi Manfaat? Sudah seyogianya manusia sebagai hamba Allah meniru atau mendekati (taqarrub)]: sifat Allah tersebut. Lha, janggal ‘kan kalau manusia malah segan dan enggan unmk berbagi. Iya ‘kan? Akhirnya, renungkanlah baik-baik sabda Sang Nabi, “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang membawa
manfaat sebanyak-banyaknya.” Disambung dengan, “Karena tangan di atas adalah lebih utama daripada tangan yang di bawah.” Yap, itulah pelajaran kedelapan di buku ini
،،|á pak 4ا q^cr&cías CKasifi kepaaa Seseorana, /Apainfa Orai١0 qtu gicfak ؛Mpfsiki Sesamanya;
Al-Quran nyata-nyata tersurat, “Tidak ada sam Dl makhluk pun yang diciptakan, kecUli telah lenj kap dengan rezekinya.” Penafstiannya menurut dullah Gymnastiar, kita sama sekali tidak disurut rezeki, melainkan w..¿ rezeki. Karena, sudah ada begim kita diciptakan. Setidak-tidaknya auajjj tiga macam rezeki, y aim rezeki yang dijamin, rezeki i yang diganmngkan, dan rezeki yang dijanjikan.
Terus, apa bedanya mencari dan menjemput? Jelas beda. Kalau men- cari, bisa ada, bisa tidak. Akan tetapi kalau menjemput, yah sudah pasti ada. Masalahnya, belum tentu ketemu ، saja. Semuanya berganmng pada kete- rampilan kita dalam menjemput rezeki tersebut. Menyadari Allah im Maha ؛ Kaya dan Maha Mengayakan, tenm
Itita percaya bahwa rezeki sama sekali tidak akan hilang atau terhalang oleh pesaing. Bukan apa-apa. Sungguh nikmat rasanya, bilamana kita berbisnis dengan mental berkelimpahan.
Sidang pembaca sekalian, meneruskan pelajaran sebelumnya, sekarang tibalah saatnya untuk mencintai pesaing. Kami ulangi lagi, mencintai pesaing. Ajakan unmk mencintai pesaing im memang ideal. Tetapi, apa masuk akal? Apalagi mengingat lanskap bisnis yang kian sengit dan rumit. Nah, simpanlah segala kekhawatiran im, karena kami punya segudang alasan unmk mencintai pesaing.
Educating the Customers
Lebih dari 20 tahun yang silam pelopor positioning Al oernah wanti-wanti, bersikap bersahabatlah ter- terus mencontohkan. Coca
i
Cola sebenarnya berutang budi kepada Pepsi Cola.: ؛ Apa alasannya? Karena perseteruan antara Coke dan Pepsi membuat konsumen semakin sadar akan ke- beradaan minuman kola.
Al Ries tidak mengada-ada. Sama sekali tidak. Ingat,؛ konsumen selalu memiliki pilihan. Mengapa harus ؤ kola? Toh, konsumen bisa saja memesan air mineral, ؛ teh botol, jus buah, energy drink, atau yang lain. Kalau ؛ bermain sendiri. Coke akan kelabakan dalam mendidik atau mengedukasi konsumen unmk menyukai kola. Untunglah, kemudian Pepsi muncul (kendati saat im 'J Coke langsung menyeret Pepsi ke pengadilan). Gathering the Customers
Dalam bahasa yang lugas dan cerdas. Marketing Guru ¡ Hermawan Kartajaya pernah mengumpamakan, peda, 1 gang martabak akan kelimpungan jika jualan sendirian. .
Ia akan sangat terbantu jika pedagang martabak yang lain ikut jualan di sampingnya. Begitu para pedagang martabak berkumpul, maka pastilah pembeli akan ber- bondong-bondong menghamphi tempat tersebut.
Oleh karena itulah di Jakarta para pedagang barang antik mangkal di Ciputat. Restoran-restoran unmk kalangan menengah ke atas berjejer di Citos. Bahkan kampus Trisakti dan Untar berdiri berdekat-dekatan. Contoh lain, penjaja suvenir di Yogyakarta mengelom- pok di Malioboro. Lebih dari serams mkang nasi gore- ng di Palembang berbaris di dekat Stadion Olahraga.
Fenomena ini tidak jauh berbeda dengan kota-kota di beberapa negara di Asia yang sempat kami kunjung. Di mana berkumpulnya penjual dengan barang sejenis di suam kawasan akan menyedot para konsumen untuk datang dan .bertandang, lantaran berjubelnya pilihan yang tersedia. Di Entrepreneur University dan
Young Enttepreneur Academy, mentor-mentor juga sharing hikmah yang sama.
Expanding the Market
Salah seorang dari kami pernah mengungkapkan, “Ka-؛
lau makan kue sendirian, bisa enek. Mendingan makan ؛
kue bareng-bareng.” Selama ini kita khawatir, muncul- ؛
nya pesaing dapat memperkecil irisan kue (market sbanJk
yang selama ini kita nikmati. Itu memang betul. Tetapi.'I
mohon dicatat baik-baik. Pada waktu yang sama, j
hadirnya pesaing turut memperbesar ukuran kue (mar-
ket size). Inilah manfaat utama dari persaingan, yakni؛
mengedukasi dan menghimpun konsumen, sehingga؛
pada akhirnya memperluas pasar secara keseluruhan, i
Pernah mendengar cerita sedih Polaroid? Pada
akhir 90-an, mereka gagal mengedukasi konsumen ؛
akan pentingnya foto instan. Salah satu penyebab
kegagalan mereka adalah minusnya
. ق ٠فل .£ . Munculnya pesaing dupa
pesaing di industri foto instan—yang ۶ .لم ؛ ة . ؛
P g y g memperkecil irisan hue.
seharusnya menjadi mitra mereka Tetapi, pada ivaktuyang dalam mengedukasi konsumen. Kini, sama, hadirnya pesaing
علتت€£ؤءق:
: koteks Indonesia, m^sih vvJvv ingat nasi goreng instan Taranasiku? Perihal kegagalan, mereka adalah Polaroid-nya Indonesia. Persis seperti itu. Nah, coba kita bandingkan pasar nasi goreng instan dengan pasar mi instan. Terbukti, maraknya pemain mi instan malah memperluas pasar mi instan secara keseluruhan.
Improving Self-Performance
Ada pepatah bijak yang menasihati, "Semakin ting^ pohon, semakin kuat anginnya." Im pula yang berlaku tlalam rimba bisnis. Namun demikian, kami mengan-
jurkan dan mengajarkan: jangan takut, jangan benci, dan jangan pula meremehkan pesaing. Karena, di satu sisi memang Allah-lah yang menciptakan pesaing. Im sudah sunamllah.
Malah, sesungguhnya persaingan im adalah anuge- rah, bukan musibah. Secara sederhana Abdullah Gym- nastiar mengambil analogi, ‘Apa gunanya jadi juara umum, kalau ternyata balap karung sendirian? Apa gu- nanya jadi juara dunia, kalau ternyata lawannya hanya anak TK?” Petarung-petarung zaman kerajaan pun sangat bangga apabila dipertemukan dengan petarung ؛ paling tangguh. Yah, gampang unmk dipahami. Pesa- ing yang sedemikian akan menggedor potensi diri. Bu- kankah im anugerah?
Sewakm kami menyusun buku dan menggelar semi- j nar bersama presenter kondang Tantowi Yahya, ia pun punya dalil serupa. “Saya percaya, persainganlah yang memicu dan memacu adrenalin. Dengan demikian.
dari waktu ke waktu kita akan selalu up to date, selalu berkembang, dan pada akhirnya selalu menemukan hal-hal yang baru.” Kami pikir im benar adanya, sera- ms persen.
Nitili, Niroafee, Nibabi, Nempiii.M\2،S2،.ةلا!أ.لألأهةع‘. ATM. Apa im? Amati, Tiru, Modifikasi. Sesederhana' im.
Creating Positive Image Manfaat berikutnya, persaingan akan mencurahkan citra yang positif kepa- da seluruh pemain. Cermatilah PLN. Apakah mereka disukai? Yah, bukan rahasia lagi, masyarakat cenderung' emoh terhadap pemain monopoli. Se- andainya PLN didampingi oleh pesa- ing yang riil, pastilah kisahnya bakal berbeda. Karena, belum tenm kerja dan kinerja pesa- ing tersebut lebih memuaskan ketimbang PLN. De- ngan demikian, serta-merta kita akan lebih menghargai PLN, karena kita sudah punya pembanding.
٠؛«*؟
Perkenankan kami mengambil polisi sebagai pe- rumpamaan. Tidak sedikit polisi yang naik pangkat gara-gara adanya penjahat. Im artinya, polisi butuh penjahat. Begitu pula dengan nahkoda. Tidak sedikit nahkoda diberi penghargaan gara-gara adanya badai. Im artinya, nahkoda bumh badai. Makanya, kalau per- lu, pesaing malah harus diciptakan. Pantaslah ada rang- kaian kata-kata yang apik dan menarik, ‘!e are born to complete, not to compete:’
Akhirnya, kami imbuhkan dan bubuhkan sabda Nabi Muhammad, “Allah tidak akan berbelas kasih kepada seseorang, apabila orang im tidak mengasihi sesamanya.” Dan Allah berfirman, “Tidaklah Kami mengums engkau melainkan rahmat bagi semesta alam.” Sekali lagi, menjadi rahmat bagi semesta alam, tidak terkecuali terhadap pesaing.
CRaRmat Siesta 4ا
Ofcfi: Anííafus/cat.íKriaííJaíi |afi fimpafifcantafi rafimat'SHu seiafu kepada semesta afam, kepada hamba-٤٠ Agah curahkaniah karunia.lMji sefafu kepada utusan-£Mu, kepada rasuf-^1
|an berikanlah hidayah.iMji selalu Mudahkan kami ‘tuk menemukan jalan-٤٠ |ah bukakanlah ampunan.^, sefatu Selamatkan kami saat kembali kepada.^1