Hujroh - Forum Pesantren Indonesia Alumni Pesantren Indonesia Forum      Misi Hujroh
 

Main juga kesini sul:
The Ghurfah Kisah Sukses Alumni Alumni di Luar Negeri Bisnis Online Hikayah fi Ma'had Railfans Dunia Pesantren Ekonomi Islam
Forum  Knowledge  Ekonomi Islam 
Nabi Muhammad SAW Sebagai Seorang Pedagang
Pages: [1]

(Read 2339 times)   

Admin

  • Administrator
  • Abadan fi Ma'had
  • ***
  • Admin No Reputation.
  • Join: 2013
  • Posts: 2615
  • Logged
Nabi Muhammad SAW Sebagai Seorang Pedagang
« on: 17 Mar, 2018, 17:22:06 »

Pelajaran #6 Barang Siapa yang Merasa Bahagia
Jika Dilebihkan Umur dan Rezekinya؛ Hendaklh Ia Bersilaturahim..............
Pelajaran #7 Sampaikanlah Kabar Gembha dan
Jangan Menakut-Nakuti.......................
Pelajaran #8 Karena Tangan di Atas adalah Lebih
Utama daripada Tangan
yang di Bawah
Pelajaran #9 Allah Tidak Akan Berbelas Kasih
kepada Seseorang, Apabila Orang Im Tidak Mengasihi Sesamanya................
Penump          
 
engantar
Seperti:! £جبأء chula; da^ dik^p^s di
tahun terakhir, di banyak bidang—politik, budaya.
sains, dan terutama ekonomi—umat Muslim jauh tertinggal dibandingkan umat yang lain. Beml-betul tertinggal. Tidak percaya? Baiklah, sebagai pembuka unmk buku ini, kami bentangkan fakta-fakta berikut.
Hampir semua negara mayoritas Muslim yang men- cicipi kemajuan disebabkan oleh sumber daya alamnya, seperti minyak, bukan karena sumber daya manusia- nya. Dari 56 negara mayoritas Muslim, masing-masing memiliki rata-rata 10 universitas, yang berarti totalnya

له١،
lebih-kurang 600 universitas, unmk 1,4 miliar pen- duduknya. Bandingkan dengan India yang punya 8.407 universitas dan Amerika Serikat yang punya 5.758 uni- versitas.
Dari 1,4 miliar umat Muslim hanya melahirkan 8 peraih Hadiah Nobel, 2 di antaranya di bidang fisika. Sedangkan bangsa Yahudi, yang jumlahnya hanya 14 juta jiwa, ternyata mampu melahirkan 167 peraih Hadiah Nobel. Untuk mereka yang layak disebut ilmuwan pun, umat Muslim hanya memiliki sekitar 300.000 orang. Artinya, umat Muslim hanya memiliki 230 ilmuwan per satu juta warganya. Sedangkan Ame- rika Serikat memiliki 1,1 juta ilmuwan (4.099 per satu juta) dan Jepang memiliki 70.000 (5.095 per sam juta).
Untuk lingkup yang lebih sempit, yakni tanah air, keadaannya setali tiga uang alias tidak jauh berbeda. Sampai tahun 2000-an, umat Muslim Indonesia
termasuk kelompok yang marginar. ---- عةس lagi—di bidang ekonomi. Yang menggelikan, tiap kali tlisodorkan fakta-fakta di atas, umat Muslim gemar sekali mengungkit-ungkit masa lalu. Mau tahu seperti apa responsnya?
Dengan gesit mereka berkelit, “Jangan salah! Islam itu pernah jaya. Lihatlah peradaban Andalusia, yang sempat berkilau dan memukau di dunia selama delapan ratus tahun. Dengan damainya umat Muslim, Nasrani, dan Yahudi hidup berdampingan di sana.” Seolah-olah ia ingin menutup-nutupi kemunduran Islam pada masa kini. Padahal, bukankah yang terpenting itu adalah masa kini dan masa depan?
Sebab itulah, kami mrut gembira dengan hadirnya Muslim-Muslim muda yang mencetak prestasi yang luar biasa di Indonesia, apakah itu di bidang bisnis, dakwah, akting, tarik suara, maupun satta. Mulai dari 
Syafii Antonio, Ary Ginanjar, sampai Abdullah Gym- nastiar. Mulai dari Ustadz Arifin, Ustadz Mansyur, sampai Ustadz Jefri. Mulai dari Haddad Alwi, Sulis, sampai opick. Mulai dari Neno Warisman, Heh^ Tiana Rosa, sampai Habiburrahman El-Shirazy.
fjniknya, kebanyakan dari mereka menemukan momen emasnya setelah Soeharto lengser dan krisis ekonomi. Sekonyong-konyong mereka menyeruak ke permukaan, di mana mereka menyalurkan pemikiran- pemikirannya melalui ceramah, sinetron, lagu, buku, pelatihan, dan masih banyak lagi. Seolah-olah me- nandingi liputan yang sarat akan klenik, kekerasan, dan seks di media massa.
١ Gebrakan demi gebrakan pun mengalir dan ber- ^llir. Mereka berjuang. Ibaratnya, mengembalikan kejayaan Andalusia di bumi Indonesia. Bukankah se- bagian orang Timur Tengah menyebut Indonesia im
 
Andonesia? Selisih 3 huruf dengan Andalusia. Oleh karena itu pula, orang Timur Tengah percaya Indone- "la adalah Andalusia masa depan. Grup musik Andalus pun didirikan dengan alasan yang sama.
Mudah-mudahan setelah membaca buku ini, kita termotivasi dan terinspirasi untuk mengambil bagian ilalam memperjuangkan Andalusia masa depan, teru- tama di bidang ekonomi. Yap, inilah tugas kita semua tanpa terkecuali, baik sebagai khalifah di muka bumi maupun sebagai penebar rahmat kepada semesta alam.
Buku ini sendiri merupakan penyempurnaan seka- ligus penyederhanaan dari dua buku kami sebelum- Marketing riiEterwit)Marketing. ةهة٠\أئلآعةلآ Nabi Muhammad menyikapi otak kanan, entrepreneur- ship, dan kekayaan, imlah pokok-pokok pikiran di da- !amnya. Sengaja dilengkapi dengan CD lagu, diharap'- kan kita membaca bukti ini sembari mendengarkan 
lagu-lagunya. Dengan tujuan, tidak lain tidak bukan, agar kita lebih menghayati isi buku ini. Persis seperti kombinasi antara film dan soundtrack. Terlebih-lebih lagi, telah terbukti bahwa lagu-terutama lagu religi- dapat mengasah otak kanan. Selamat menikmati!
EnterTrend
 
cpcfajaran #1 ‘Itaiiafi defn 0الا (%an;

ء1_ا:ع1__) \اخك dengan yang kanan.” Imlah pernah Nabi Muhammad se- kifar 14 abad yang silam. Im pula pelajaran pertama di buku hii. Apa artinya? Ternyata, penafsirannya luas sekak. Salah samnya, dahulukan anggota mbuh sebelah kanan, baik dalam keseharian maupun dalam beribadah. Sementara im, penafsiran lainnya menurut kami-juga menurut Ary Ginanjar dalam ESQ-nya, “Mulailah dengan otak kanan,” atau, “Utamakan otak kanan.” Hm, otak kanan, apa penjelasannya?
Begini. Para ahli yang mulai me- neliti sejak I930_an percaya bahwa otak kiri adalah otak rasional, yang erat kaitannya dengan kecerdasan intelek- mal (IQ), lebih bersifat logis, aritmatik, verbal, segmental, fokus, serial (linier), mencari perbedaan, dan berganmng
waktu. Sementara im, otak kanan adalah otak emo- sional, yang erat kaitannya dengan kecerdasan emo- sional (EQ), bersifat inmitif, spasial, visual, holistik, di fus, paralel (lateral), mencari persamaan, dan tidak bergantung wakrn.
Oleh karena sifat-sifatnya itulah, otak kanan bisa mencuatkan empati, keramahan, keikhlasan, syukur, dan pemaknaan hidup. Bisa juga mencuatkan kreativitas, ۴rauan, penceritaan, dan kiasan, termasuk mencuatkan imajinasi, visi, intuisi, dan sintesis— yang mana itu semua mustahil dibersitkan oleh otak kiri. Konon, dualisme otak inilah yang memojokkan manusia berpikir serbabiner. Sebut saja, berhasil-gagal, untung-rugi, debit-kredit, halal-haram, surga-neraka, Timur-Barat, dan seterusnya.
Terlepas dari im, sadarkah kita akan rambu-rambu di jalan raya yang bermliskan, “Gunakan lajur kanan 
untuk mendahtdui.” Sering lihat ‘kam hntah pernah terlintas di benak Anda atau tidak, rupa-rupanya unmk meraih kesuksesan, perintah tersebut juga berlaku seratus persen. Jelasnya, “Gunakan otak kanan unmk mendahului yang lain.” Yah, begimlah.
Apa yang kami pahami, otak kanan adalah tiket untuk berada di posisi terdepan. Im behil! Di kitab 15 Wasiat Terlarang! Dahsyat dengan Otak. Kanan! pi kami berhujah bahwa kesuksesan im lebih dari 80 persen ditenmkan oleh otak kanan. Tepat sekali, lebih dari 80 persen! Alasan ringkasnya, yah, lantaran tidak tercerainya antara otak kanan dengan EQ dan SQ. Sungguh, otak kanan im layak unmk diutamakan. Dan ini akan diperjelas pada pelajaran berikutnya.
Sekadar catatan, kami mengamati kulmr Islam, Nasrani, bahkan Indonesia, familier dengan serentetan istilah serba-kanan yang seluruhnya identik dengan
 
Urbilikan. Contohnya saja, kalau AlQuran memuat .'tilah ‘golongan kanan’, maka Injil memtiat istilah 'sebelah kanan’. Kalau orang Padang bilang, ءlangkah sunk: alias langkah kanan, maka orang Batak bilang, 'tliilan siamun’ alias jalan yang kanan. Bangsa Indonesia sendiri akrab dengan istilah ‘tangan kanan’. Burung ؛:,،ruda dalam Pancasila pun menoleh ke kanan, bukannya ke kiri atau lurus ke depan. Sekali lagi, seluruhnya identik dengan kebaikan.
Malah dalam bahasa Inggris ke- betulan kata ‘kanan’ dan kata ‘benar’ sama-sama diterjemahkan menjadi ٠rijijof. Maka, bolehlah kami berasumsi bahwa kanan itu hampir selalu benar.
I .ebih lanjut, dalam bahasa Inggris ke- betulan pula kata ‘kiri’ dan kata ‘ter- ،inggal’ sama-sama diterjemahkan menjadi ‘left’. Maka,
 
 bolehlah kami berasumsi bahwa kiri im hampir selalu tertinggal. (Sudah tahu begim, apa pilihan kita, yang benar atau yang tertinggal? Yang kanan atau yang kiti?)
Bahkan unmk beranjak dan bergerak ke sisi kanan dalam Cashflow Quadrant-nya Robert Kiyosaki, asahlah otak kanan! Bukankah penghuni kuadran kanan seperti pengusaha dan investor im gemilang otak kanannya? Sebaliknya, bukankah penghuni kuadran kiri seperti karyawan dan profesional im cemerlang otak kirinya? Buntut-bunmtnya, tenm saja, yang kanan yang kaya. (Hm, perumus Cashflow Quadrant saja tidak ngeh kaitan antara kuadran kanan dengan otak kanan. Ia juga tidak ngeh bahwa sesungguhnya Ayah Kaya im adalah Ayah Kanan dan Ayah Miskin im adalah Ayah Kiri.)
Celakanya, karena dunia pendidikan-mulai dari SD sampai universitas—sngat memanjakan otak kiri, maka mayoritas orang kuat otak kirinya. Ketika
t.،mi tampil bareng Kak Seto dan Neno Warisman- ،ا؛،اا ikon pendidikan anak—pada dua seminar yang berbeda, mereka juga menyayangkan dunia pendidikan ١٦،ng timpang sedemikian. Walhasil, apa pun im, jadilah ..rang kanan im minoritas.
Kembali soal visi. Apa sih maksudnya? Ketahuilah, lerminologi lain unmk visi adalah niat. Pasti kita masih i،١gat dengan pernyataan, “Mulailah dengan yang linan.” Pasti kita masih ingat juga akan maknanya, "Mulailah dengan otak kanan." Nah, im semua kait- .uengait dengan pernyataan, “Mulailah dengan niat.” Memang, otak kanan im pemukiman bagi visi atau uiat. (Dalam Islam, visi tertinggi seorang Muslim lidak lain tidak bukan adalah memperoleh keberkahan dan keridhaan dari Allah. Karena hidup dan matinya lianyalah unmk Allah semata.) 
Kami ulangi lagi, "Mulailah dengan yang kanan.” Mulailah dengan visi dan misi (baca: kanan), setelah itu barulah iringi dengan strate^ dan taktik (baca: kiri). Niat dulu (baca: kanan), baru amalan (baca: kiri). Gambaran besar dulu (baca: kanan), baru detail (baca: kiri). “Begin mth the end in mind¡) istilah Stephen Covey dalam 7 kebiasaan efektifnya. Sejelas im. Titik.
 
SPefajaran #2 “Setiap Orang adafah cpemimpm; 
kedua masih soal otak kanan, berikut dengan sederet inven- kreativitas, gurauan, penceritaan, dan kiasan. Ketahuilah, salah sam kebiasaan Nabi Muhammad adalah pergi dan pidang lewat jalan yang berbeda. Kendati tujuan utamanya unmk menambah sdaturahim, ternyata dampak lainnya menurut kami adalah unmk mengasah kreativitas, salah sam inventori otak kanan.
Sungguh, tidak ada yang salah dengan kreativitas. Bukanlah kreatif itu adalah salah sam sifat AUah? Bu- kank٠ah Dia Yang Maha Mencipta, Yang Maha Melukis, dan Yang Maha Mengatur? Dengan demikian, disa- dari atau tidak manusia selaku ham- ba-Nya coba meniru atau mendekati
(hujarrub) sifat-sifat tersebut—tentu saja dalam kapa- Sitasnya sebagai manusia. Persis seperti manusia yang meniru sifat-sifat Tuhan yang lain, seperti Yang Maha !.engasih, Yang Maha Adil, dan Yang Maha Bijaksana.
Selanjutnya, dalam keseharian Nabi Muhammad jttga terbiasa dengan gurauan. Ini erat kaitannya de- Itgan kreativitas, erat pula kaitannya dengan otak ka- lian. Bedanya dengan gurauan orang zaman sekarang, gurauan Sang Nabi sama sekali tidak berlebihan dan tidak mengelabui. Hanya sekadar untuk menghangat- kan suasana. Adapun gurauannya yang paling terkenal ؛lilalah tentang ‘anak unta’ dan ‘nenek-nenek di surga’.
Terlepas dari itu, unmk mjuan dakwah. Sang Nabi tidak pernah mengabaikan penceritaan dan kiasan, yang kebemlan kedua-duanya juga rnrunan dari krea- tivitas dan otak kanan. Seperti yang kita maklum, pesan semata cuma bisa menyergap sisi rasional manusia. 
Kalau plus penceritaan dan kiasan? Barulah bisa merangkul sisi emosional manusia. Pesan semata cuma bisa mengungkapkan. Kalau plus penceritaan dan kiasan? Barulah bisa menghibur sekaligus membujuk.
DY y٥ 1 و Wasiat Terlarang! Dabsjat dengan Otafe Kanan! telah dipaparkan panjang-lebar beberapa in- ventori otak kanan lainnya, yakni empati, keramahan, keikhlasan, syukur, pemaknaan hidup, visi, imajinasi, intuisi, dan sintesis-yang kami yakini Nabi Muham- mad tidak asing dengan im semua. Selanjutnya, kami hanya akan menyoroti inmisi dan sintesis.
InUlisi sendiri dapat diasah dengan sejumlah teknik. Salah samnya, melalui perenungan dan ketaatan spiri- tual. Dalam sejarahnya, demi menemukan makna hidup yang sejati. Nabi Muhammad pernah menga- singkan diri dan menjalani perenungan selama berta- hun-tahun. Intuisinya jadi terasah karenanya. Ken-
،liiti setelah menjadi wahyu, namun inmisinya ٠ .rang-orang dan lingkungan
Uniknya, dalam buku The 100, Michael Hart menobatkan Nabi Muhammad sebagai figur pa- ling berpengaruh sepanjang sejarah manusia— mengalahkan figur besar mana pun. Menurut kami, sekurang-kurangnya ada dua alasan unmkim. Pertama, Sang Nabi menerapkan sintesis. Kedua, Sang Nabi tnenerapkan metode duplikasi.
Ia menerapkan sintesis, maksudnya ia menem- patkan dirinya sebagai generalis. Buktinya, seorang Muhammad pernah menjadi penggembala, pernah pula menjadi entrepreneur. Pernah menjadi orang mis- kin, pernah pula menjadi orang kaya. Pernah menjadi ،,rang biasa, pernah pula menjadi nabi. Pernah menjadi panglima perang, pernah pula menjadi kepala negara. 
Pernah menjadi bujangan, pernah pula menjadi kepala rumah tangga. Tak syak lagi, dialah satu-satunya nabi yang memiliki rentang pengalaman sedemikian luas, sehingga layak diteladani .leh siapa pun.
Ia menerapkan metode duplikasi, maksudnya ia memilih cara-cara yang sangat alami, sangat manusiawi, bisa diteruskan, dan bisa ditiru (duplicability), baik sebagai nabi, entrepreneur, panglima perang, kepala negara, maupun kepala rumah tangga.
Mari kita amati dan ,cermati sam per sam. Sebagai nabi, ia dimgaskan unmk menyampaikan kebenaran kepada umat. Lantas, cara apa yang ia pilih? Alih-alih memperlihatkan mukjizat-mukjizat khas nabi, semisal memerintah jin, membelah lautan, atau menghidupkan orang mati, ia malah menggelar dialog dengan umatnya. Tenm, cara ini dapat diikuti oleh ustadz- ustadz di kemudian hari.
 
memegang )an)i.
،،tengandalkan mukjizat-mukjizat khas liabi. Demi menjadi panglima perang yang berhasil, ia berlatih, ia bersiasat, ia berjuang. Bukan mengandalkan muk- jizat-mukjizat khas nabi. Demi menjadi kepala negara yang berhasil, ia berempati, ia bervisi, ia bersinergi. Bukan mengandalkan mukjizat-mukjizat khas nabi. Jadi, ia memastikan seluruh pendekatan- nya—tanpa terkecuali—sangat alami, sangat manu- sliiwi, dapat diteruskan, dan dapat ditiru oleh segenap manusia.
Dan bersabdalah Sang Nabi suam ketika, “Setiap orang adalah pemimpin.” Im artinya, setiap orang adalah teladan. Karena kami percaya sepenuhnya.
kepemimpinan yang baik hanya dapat dicapai melalui keteladanan yang baik. Tidak petlu dipertikaikan lagi, dengan sintesis dan metode duplikasi. Sang Nabi adalah teladan yang tiada duanya.

 
“(Berdagangiah CEngkau, ا Karena 9 dari io (Bagian (^؛idupan adafak (perdagangan.”

W
^ergantung pada siapa p^n, selain ber- lah Gymnastiar-seorang entrepreneur sekaligus da’i— maksudkan dengan kemandirian. Sudah barang tenm, kita memerlukan pihak lain, baik dalam keseharian mauptm dalam berbisnis. Namun sebisa-bisanya, ja- ngan pernah hidup kita yang sekali-kalinya ini menjadi beban bagi pihak lain. Jangan pernah.
Di Al-Quran nyata-nyata ditegas- kan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu mengubah nasibnya sendiri. Disampai- kan pula di ayat yang lain bahwa tiada yang manusia dapatkan, kecuali apa yang ia usahakan. Itu artinya, manusia diizinkan dan dimampukan oleh Allah unmk memperbaiki keadaan, termasuk ,؛
 
menjadi pfibadi yang mandiri.
Ada pula ayat yang menggarisbawahi bahwa sung- f-'.uh di dalam kesukaran im terdapat kemudahan, l١,٠rena im selesaikanlah mgas dan ^atlah bekerja. Nabi Muhammad pun pernah wanti-wanti, “Sesung- glihnya Allah Swt. menyukai hamba yang berkarya dan terampil. Barangsiapa yang bersusah payah men- ا ari naftah demi keluarganya, maka dia serupa dengan seorang pejuang fisabilillahr
Nah, terkait kemandirian dan entrepreneurship) ada baiknya kita menyimak kisah seorang sahabat. Abdur- rahman bin Auf, namanya. Ketika berangkat hijrah dari Mekkah ke Madinah, ia tidak mengantongi bekal sama sekali. Setiba di Madinah, ia pun ditawari sebidang kebun kurma. Alih-alih menyemjui tawaran tersebut, ia malah minta ditunjukkan jalan menuju pasar. 
Fenomena 'ini sungguh menarik. Rupa-rupanya Abdurrahman bin Auf lebih memilih mencari kail ketimbang menerima ikan. Tidak berapa lama kemu- dian, ia berhasil menjadi seorang entrepreneur. Bukan sembarang entrepreneur, melainkan entrepreneur yang kaya raya. Bahkan sewakm peperangan terjadi, tidak sedikit unta yang ia sedekahkan unmk para pejuang.
Bukankah kemandirian dan entrepreneurship juga te- lah dicontohkan dengan sempurna oleh Nabi Muham- mad lebih dari 1.400 tahun yang silam? Tatkala berusia 8 tahun-meski yatim piam—Muhammad cilik sudah menjadi penggembala yang mandiri. Umur 12 tahun— katakanlah kelas 6 SD—ia sudah menjadi entrepreneur dan sudah berdagang sampai ke Syiria. Tidak cukup sampai di sim. Umur 25 tahun, ia sudah menjadi en- trepreneur yang kaya raya dan sudah berdagang ke luar
 
Bayangkan saja, jangkauan perdagangan Muham- mad muda mencapai Yaman, Syiria, Busra, Iraq, Yordania, Bahrain, dan simpul-simpul perdagangan lainnya di jazirah Arab. Sekadar catatan, ketika im ia belum diangkat sebagai rasul. Hitung punya hitung, lebih lama ia berkiprah sebagai entrepreneur kedmbang sebagai nabi. Tepatnya, 25 tahun banding 23 tahun. Dalam perkembangannya, ia pun diakui sebagai entre- preneur yang sangat terpercaya, sehingga digelari Al- Amin.
Saat menikah, ternyata ia sanggup menyerahkan 20 nnta muda sebagai mas kawin. Jika dirupiahkan unmk konteks sekarang, maka jumlah mas kawinnya sekitar satu miliar rupiah. Luar biasai,Padahal, semasa merintis liisnis, ia tidak mengantongi modal sepeser pun. Nah, apa rahasianya? Tidak lain, tidak bukan, rahasianya ter- letak pada kepercayaan. Berbekal kepercayaan itulah, ia 
mengelola modal orang lain dengan sistem upah atau-, pun bagi hasil. Adapun soal entrepreneurship Sang Nabi kembali diulas dan dikupas dalam pelajaran-pelajaran berikutnya.
Begimlah, Nabi Muhammad ada- lah seorang entrepreneur. Demikian pula istrinya dan sahabat-sahabamya. Islam pun masuk ke tanah air, dibawa oleh para entrepreneur Muslim dari Timur Tengah dan China, yang kebemlan singgah di tanah air. Tidak terkecuali santri-santri zaman dulu, yang meng- abdikan dirinya sebagai entrepreneur, kendati dalam lingkup yang terbatas (skala kecil)
 
jelaslah sudah, dunia Islam sangat identik dengan ilunia entrepreneurship. Bukankah begitu? Ironisnya, ivrus- llm Indonesia sekarang jauh dari dunia entrepreneurship. Sungguh, ini pamt disayangkan. Padahal dengan menja- ٠li entrepreneur, selain lebih mandiri secara ekonomi, kita juga lebih mudah untuk membanm sesama, mencari ilmu, dan beribadah.
Bagi kita yang pekerja, apakah kita ingin anak kita menjadi pekerja juga nantinya? Bagi kita yang entrepreneur, apakah kita ingin anak kita menjadi pekerja nantinya? Persis seperti nilai-nilai agama, hendaknya kita juga menanamkan nilai-nilai entrepreneurship kepada anak-anak kita sedini mungkin (golden age). Sehingga mereka pun bercita-cita menjadi entrepreneur,, bukannya pekerja. Tenm saja, dengan meneladani kemandirian dan entrepreneurship ala Nabi Muhammad. 

tiaaa yang ia samarkan. /Aí'/Ajnin gefar terpanefang, huah ،fari fcejujuran.
؛He seffs witfi a true honesty, he series with a true sincerity. ^Peopfe caff him 9Kr٠ ^.usty, no oue questions his tfignity.
Untuk nada sambung;
-Telkomsel   ketik RING ON 2560581   kirimkel212
-Indosat   ketik SET 180107699   kirimke808
-XL   ketik   10200897   kirimkel818
 
\Pcfajaran “(Kekali oJlifak t%m6a\va ؛Mpiarat &Í10Í 00س0٠0٣ا yang (Bertakwa kepatfa |afi Swt.” 
ka benar-benar kaya! Bahkan Abdur- rahman bin Auf karena keahlian dan
 
kekayaannya sebagai ء„٠"ر٠'ء«ء،
untuk mengimbangi dominasi kaum ranum UI pasar Madinah.
Selain mendapatkan kekayaan dari perniagaan. Nabi Muhammad juga mendapatkan kekayaan dari ,   dengan Siti Khadijah dan kenabiannya,
berupa ض، alshafi, dan al-sahm. (Untuk lebih jelasnya mengenai istilah-istilah ini, silakan baca literatur- literatur lainnya.) Dan itu semua belum termasuk hadiah-hadiah berharga dari pembesar-pembesar yang tlikirimkan kepadanya, persis seperti yang diceritakan oleh pakar ekonomi syariah, Syafii Antonio, dalam sebuah bukunya.
Apabila dirupiahkan unmk konteks sekarang, maka Nabi Muhammad adalah seorang miliarder. Betul sekali, seorang miliarder. Kalaupun ia npfncih miskin itu pun hanya b 
j^eKayaan tid membawa mudharat bagi orang- إ orang yang bertakwa kepada Allah Swt.” Itulah salah satu pesan penting Sang Nabi. Kenapa? Karena؛ kekayaan dapat memudahkan kita dalam beribadah.؛ (Sebaliknya, kemiskinan im dapat mendekatkan kita j dengan kekufuran.) Misalkan saja, unmk berjihad,؛ bersedekah, berzakat, berhaji, berumrah, menaftahi j keluarga, ,mencukupkan kebutuhan ahli waris, mencari guru-guru (mursyid), menunmt dmu, menegakkan.؛ ekonomi syaidah, membangun sarana umat, dan meningkatkan bargainingposition umat.
Salah sam bukti kekayaan Nabi Muhammad, ia ■\ memiliki banyak unta perah dan 20 untanya pernah ؤ dirampas oleh Uyainah bin Hishn. Bukan im saja, j Nabi Muhammad sendiri juga ditopang kekayaan
talam berdakwah. Di antaranya, ia punya unta dari jenis terbaik (al-qashm) dan keledai pilihan, sehingga memudahkan perjalanan dan perjuangannya. Wajar 'kan?
Akan tetapi, walaupun kaya, ia tetap bersahaja, betul-beml bersahaja. Alih-alih bermewah-mewah, أ؛ا malah memanfaatkan hampir seluruh hartanya un- mk mjuan jihad dan sedekah. Dengan pola hidup sedemikian, maka ketika wafat ia tiada meninggalkan warisan, tiada pula meninggalkan utang. Kalaupun ada sesuam yang ia tinggalkan, im tidak lain tidak bukan ؛.tlalah Al-Quran dan sunnah.
Jadi, kekayaan sama sekali tidak identik dengan kejahatan, seperti persangkaan negatif banyak orang, la bagaikan pisau, yang dapat berdampak buruk atau sebaliknya ا--ل-ا ٠ا- ع٠٠٠-ل- LZI VA ,)erganmng pada 
samnya isu tunggal yang perlu digarisbawahi di sini hanyalah dari mana-dan untuk apa kekayaan tersebut.؛ Hanya im. Dan Nabi Muhammad telah menunjukkan semuanya, dari A sampai z. Beml-betul semuanya.
Melalui cuplikan kisah tadi, pahamlah kita bagai-؛ mana Nabi Muhammad mengelola kekayaan, betapa ia menjadikan kekayaan im sebagai alat, bukan sebagai؛ tujuan. Menyikapi im, menurut Abdullah Gymnastiar, sekurang-kurangnya ada tiga mjuan yang sama sekali'؛ tidak boleh diabaikan dan dilalaikan oleh manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya, baik dalam bisnis mau- أ pun dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, ibadah j (kepada Allah). Kedua, khalifah (bermanfaat ba^ se-؛ sama). Ketiga, dakwah (teladan bagi sesama).
Perlu ptda ؛esapi betul-betul bahwa pada dasarnya إ yang ingin unmng. Akan'أ salah kita. Pasalnya, Yang
 
٠   ' دء٠ا
Maha Pencipta-lah yang mengajari kita demikian, betul ‘kan? Dia yang menjanjikan surga. Dia pula.yang luenjanjikan pahala. Dengan demikian pada akhirnya, mencari untung menjadi naluri kita. Yah, sah-sah saja.
Dalam Al-Quran pun tersurat, “Bi- liimana shalat telah ditunaikan, maka bertebaranlah engkau di muka bumi.
(:arilah karunia Allah dan ingadah ke- pada Allah sebanyak-banyaknya SU- paya engkau berunmng.” Disambung liengan ayat yang lain, “Kami jadian siang itu unUik mencari nafkah.” Ada pula ayat lainnya, “Tiada dosa atas ،.ngkau untuk memperoleh kekayaan dari Tuhan eng- kau.”
Terakhh, ketahuilah bahwa Maha Kaya dan Maha Mengayakan adalah beberapa dari sifat-sifat Allah.
¡I 4'
Nah, manusia sebagai hamba Aliah diharapkan sebisa-؛ bisanya meniru atau mendekati (taqarrub) sifat-sifat'؛ Allah tersebut. Tentunya, dalam kapasitasnya sebagai؛؛ manusia. Itu artinya, manusia harus memiliki sema-,!؛ ngat unmk kaya sekaligus semangat unmk mengaya-‘؛ kan orang lain. Begimlah kurang-lebih. Sekali lagi, ke- ؛ kayaan tidak membawa mudharat bagi orangorang؛ yang bertapa. Inilah pelajaran keempat di buku ini, ' melengkapi pelajaran sebelumnya.
n

إ أ ؤ ;;kian ;ahun berkiprah sebagai Si; telah entrepreneur) kami pun merasa ter panggil unmk mengembalikan makna entrepreneurship I pada prinsip-prinsip fitrahnya. Lagi pula di dalam Al- ؛ Quran ada sepenggal kalimat yang berbunyi, ‘Allahا telah menghalalkan jual-beli.” Im artinya, Allah mem-J bolehkan entrepreneurship. Allah membolehkan marke- i ting. (Jamak kita ketahui, aslinya definisi marketing im selalu dibarengi dengan istilah solusi dan kepuasan.)
Kendati pengalaman dan pem-| belajaran kami tidak seberapa, tetapi kami percaya sepenuhnya bahwa؛ prinsip-prinsip entrepreneurship im ti- daklah berseberangan dengan nilai-؛؛ nilai agama. Sama sekali tidak. Na- mun kami juga tidak bisa menump ؛ mata, cukup banyak “oknum” entre- ■
/)rfiyang mengingkari prinsip-prinsip dasar entrepre- neurship, sehingga ujung-ujungnya menjauhkan dirinya dari nilai-nilai agama. Ini patut disesalkan. Yah, con- lohnya saja, pernak-pernik penipuan dalam kontrak, presentasi, promosi, penetapan harga, dan lain seba- gainya.
Seperti yang kami paparkan di seminar-seminar tli seluruh penjuru tanah air, niat adalah sam hal, sedangkan amalan adalah hal yang lainnya. Oleh karena niat merupakan sesuam yang absttak, maka niat lintuk beroleh keberkahan im hendaknya dikonkretkan melalui perbuatan. Mesti membumi, tidak mengawang- itwang. Nah, yang menjadi pertanyaan selanjurnya ؛lilalah bagaimana bentuk perbuatannya? Tentulah, ilengan praktik-praktik bisnis yang jujur terpercaya iilias bersih dari segala pernak-pernik penipuan', ter- masuk melebih-lebihkan (over-positionim). 
Unmk im, dengarlah baik-baik perintah dan Muhammad, "Katakanlah kepada pihak yang engkau ajak berjual-beli, tidak boleh menipu.” lainnya menegaskan, ‘؛Berhati-hatilah paaa yang berlebihan. Meskipun im akan meningkatkan, penjualan, tetapi im akan menghilangkan keberkahan.’.
Peringatan berikutnya, “Tidak dihalalkan bagi, seorang Muslim menjual barang dalam keadaan cacat, ؛ kecuali ia memberitahukannya.” Ada pula peringatan, yang berbunyi, “Para saudagar akan dibangkitka. sebagai pelaku kejahatan pada Hari Kebangkitan,''؛ kecuali mereka yang bertapa kepada Allah dan. berkata jujur.” Manakala Al-Quran membingkainya^! dengan perumpamaan yang indah, yaitu sempurnaka. takaran dan luruskan timbangan.
terpercaya, apa unmngnya? Rupa, .bi menjanjikan ganjaran (remrd) yang.
 
lldak
؛letapa _٠.   ...
entrepreneur yang sedemikian juga dijanjikan surga (,،•kali^rs kedudukan yang setara dengan para syuhada. Sungguh, ini sebuah ganjaran yang tidak main-main.
Berbeda dengan nabi-nabi lainnya. Nabi Muham- mad tidak saja mengajarkan (preach), tetapi juga menga- lualkan (practice) entrepreneurship. Dengan kata lain, ia menempatkan dirinya sebagai teladan sejati. Dan seja- t؛،h pun mengakuinya sebagai entrepreneur yang benar- benar jujur terpercaya semenjak usia 12 tahun. Lambat Inin beredarlah buah bibir (word-of-mouth), Muhammad 1111 ,Al-Amin. Melebihi gelar Mr. Trusty atau Mr. Clean.
Dalam buku Marketing mth Uve, kami juga meng- giirisbawahi poin yang sama: pertama-tama dan paling utama, binalah kepercayaan. Pendek kata, masarkan diri itu mutlak didahuluka
n
masarkan produk. Apa pun produknya. Diriwayatkan pula, selain menguasai seluk-beluk kota-kota yang ia singgahi. Nabi Muhammad juga tidak pernah ber-1 selisih dengan mitra-mitra bisnisnya. Pada akhirnya,أ im semua membuat bisnisnya berkembang pesat dan إ melesat.
Dan dalam rfr: ؛snis^ sepenuh hati bahwa kepercayaa^ memang tak ternilai hamanv adalah akar dari segala-gata kepercayaan-cepat atau entrepreneur akan ditinggatk: pelanggan-pelanggannya. Ti kecuali oleh pihak-pihak lainnya, im. Lihat saja, punahnya raksasa- raksasa sebesar Arthur Andersen, Kmart, Enron,
 
Worldcom, kretnya.
Suatu ketika seorang ulama pernah berpesan, "bukankah dengan kelicikan, anak dan istti kita tidak ،،kan menikmati apa pun dari kita, kecuali harta yang haram? Bukankah dengan kelicikan, oran^ua dan '.:،udara-saudara kita tidak bisa membanggakan apa pun dari kita, kecuali menanggung malu? Bukankah dengan kelicikan, kelak ketika mati, kita sama sekali tidak akan membawa apa pun, kecuali menyandang i،،b?” Akhirnya, mengulangi sabda Nabi Muhammad, "Katakanlah kepada pihak yang engkau ajak berjual- beli, tidak boleh menipu.” Dan inilah pelajaran kelima di buku ini.
cHan؟a (٧n tuk.lMji
Anáaíusfeat/Kííaíífaíi
٠mendambakan rafimat'£%٠ dia mendambakan rahmaí~ík, kami mendambakan segafa rafimat٠£%١ ifan menantikan captaba..
Wahai pifian semesta afam. Jafan furus kami harapkan. Satnjafan pg &entimpak nikmat, dan bukannya jatann٣ ^ang sesat.
(Hidupku kan^afak untuk-., ^tiku kan^afafi untufc'٤٠... q&arfakku ftanya untufc-'£M؛i٠♦♦ ^nimafak sujudku...
 
(Pciajaran #6 '|rang Siapa ^ang (.asa q^aftagia gifca ^D؛fc٤í١í١kan ؛llmur dan CRezefcin?, ؛Heáii qa q^crsifaturaftim; 
Di ?:t: يأس٠يت jelaskan sekilasا
Dlbahwa orientasi terhadap kepercayaanbukanا terhadap materi-akan membawa keberkahan. Itulah إ manfaat vertikalnya. Hebatnya, kepercayaan juga, membuahkan manfaat horizontal, yakni pengukuhan؛ silaturahim. Karena, sesungguhnya kepercayaan akan ؛ menumbuhkan rasa aman dan nyaman bagi kedua ا belah pihak untuk menjalin serta ؛ melanggengkan hubungan.
Istilahnya, kepercayaan dulu, baru silaturahim. Dalam konteks bisnis, ,؛ konsumen pun tidak segan-segan un-, tuk membeli ulang (continuouspurchase) dan membeli silang (cross-purchase) ¡ dengan perusahaan yang terpercaya. Contoh sederhana saja, seandainya seseomg sudah percaya dengan se
 
patu bermerek Nike, maka bukan mustahil ia mau me- Itgenakan produk Nike yang lain, semisal t-shirt, topi, dan kacamatanya. Iya ‘kan?
Oleh karena itulah, Nike meluncurkan beraneka produk. Dengan harapan, pelanggannya akan membeli silang. Kebemlan, fenomena ini kami ulas dan bahas pula dalam buku kami sebelumnya. Marketing mth \jove. Dengan kata lain, kepercayaan akan menciptakan silamrahim dan secara tidak langsung silaturahim akan mendatangkan manfaat materi-selain keberkahan.
Disadari atau tidak, entrepreneur modern kerap me-
;   silaturahim dalam praktik Customer Rela-
iionsbif) Management, Community Marketing, Multilevel Marketing, Co-branding Public Kelation, Testimonial Adver- tisement, Referential Selling, dan sebagainya. Sedangkan entrepreneur tradisional sering menerjemahkan silam- rahim itu dengan terminologi relasi, akses, ataupun
jaringan. Tenm, ini bukan bermaksud kolusi dan nepo-j j tisme yang negatif.
Sewakm kami mengikuti teleconference-^[)^ Bapakا Pemasaran Philip Kotler di Singapura, ia berpetuahj^ “Bisnis akan lebih mudah apabila didukung oleh'؛ relasi—terutama di Asia.” Seorang pengamat bisnis di tanah air j tiga sempat wanti-wanti, “Zaman sekarang yang paling diburu adalah akses, bukan semata-mata؛ aset.” Apalagi kini masyarakat dunia makin terkoneksi؛ sam sama lain (interconnected).
Simak pula wasiat Guru of the Rich Robert Kiyo-1 saki, “Orang-orang terkaya di dunia mencari dan membangun jaringan, sedangkan orang lain mencari' pekerjaan.” Kenapa? Sesuai dengan Hukum Metcalf, ؛ nilainya akan menanjak secara eksponensial. Di man. mana telah terbukti, melalui jaringan kita dapat men. create apa pun. Apakah im proyek kemanusiaan, gerak.
1قءا11ا1؛1لا٠.>! .
 
اوا؛ moral, penggalian potensi, peningkatan prestasi, maupun ekspansi bisnis.
Pantaslah Nabi Muhammad pernah bersabda, "liarang siapa yang merasa bahagia jika dilebihkan timur dan rezekinya, hendaklah ia bersilaturahim.” Untaian kata-kata 14 abad yang silam im terbukti benar hingga detik ini. Tercannrm pula di Al-Quran, "Kami jadikan engkau bersuku-suku dan berbangsa- bangsa supaya saling mengenal.” Sekali lagi, supaya '-;iling mengenal. Unmk kesekian kalinya, tautkan dan eratkan silaturahim.
Berbicara soal kehidupan duniawi. Islam tidak pernah menghalangi entrepreneur untuk mendapatkan rezeki dalam benmk materi. Paradigma ini perlu Ipahami sungguh-sungguh. Apa yang kami ketahui, pencapaian materi im adalah output akhir, setelah melintasi proses yang menitikberatkan

KcuciKaira.il, KiCpereaya.au, uari Sltaturamm. Kurang-؛ lebih seperti inr.
Tak ubahnya seperti bunga dan rumput. Dengan menanam rum- put, maka kita hanya akan menikmati rumput semata. Akan tetapi, denga. menanam bunga, niscaya kelak' kita, akan memetik bunga dan rumput sekaligus. Pasti im. Karena, rumput akan tumbuh dengan sendirinya. Hik- mahnya, keberkahan, kepercayaan^ dan silaturahim im adalah bunga, sedangkan pencapah؛ an materi im adalah rumput. Begimlah, kira-kira. 1 Semasa kami berjumpa dengan Robert Kiyosaki di Singapura, tak henti-hentinya ia menawarkan nilai ma- teri yang menyilaukan mata dengan Cashflow Quadrant- nya. Begim pula dengan para motivator di sekitar kita.
« Last Edit: 17 Mar, 2018, 17:23:44 by Admin »

Admin

  • Administrator
  • Abadan fi Ma'had
  • ***
  • Admin No Reputation.
  • Join: 2013
  • Posts: 2615
  • Logged
Re: Nabi Muhammad SAW Sebagai Seorang Pedagang Part 1
« Reply #1 on: 17 Mar, 2018, 17:22:57 »
Salahkah? Bagi kami, im sih sah-sah saja. Syaratnya? Patuhi aturan mainnya.
Namun demikian, bukankah dengan meneladani en- trepreneurship ala Nabi Muhammad, kita akan mengan- fon^ lebih daripada im? Sekarang pilihan ada di tangan kita. Rumput, bunga, atau kedua-duanya. Renungkan- lah. "Barang siapa yang merasa bahagia jika dilebih- kan umur dan rezekinya, hendaklah ia bersilamrahirn.” Sekali lagi, inrlah sabda Sang Nabi.
49
Clndafmya CKebersamaan
oiebj pifafusJeat.CKbaiiJab cpbai intfab kebersamaan, (iengan segafa perbetfaan. ®ubai intfab persaudaraan, terasa sebuab kedamaian. CKarena cínta.^Hu...
،Kgrena rabmat٠٤٠... CKarena kasib-sa۴ng-٤٠... .fas asib-^1...
.fas asib-٨٤...
^rgo wefas asib-٤٠...


antara keberanian (C#1, Couragej) kemahiran (C#2,1 Competence), dan kepekaan .nurani (C#3,Conscience)¡ Tripod kerja ini juga boleh diistilahkan dengan kerja إ keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas. Dalam artian,؛ keras AQ-nya, cerdas EQ dan IQ-. nya, serta ikhlas SQ-nya. Dengan, bermmpu pada ttipod kerja ini, maka .ا jadilah kombinasi paripurna antara' band, bead, di beari
Untuk lebih jelasnya, mari kita tilik samper sam. Di sini,keberanian yang؛ kami maksudkan adalah keberanian؛ unmk mencoba dan terus mencoba. Kerja keras. Menyempurnakan ikhtiar.
 
Di buku 10 Jurus Terlarang} kami juga mengimbau untuk bersikap sedemikian. Apa urgensinya? Seperti yang kita maklumi bersama, profesi entrepreneur itu bukanlah profesi yang gampang. Dibandingkan profesi yang lain, nyata-nyata profesi ini jauh lebih dinamis dan menyimpan ketidakpastian.
Apa yang telah dihadapi kemarin tidaklah sama dengan apa yang dihadapi sekarang. Apa yang di- hadapi sekarang tidaklah sama dengan apa yang akan dihadapi besok. Entah apalagi yang akan dihadapi lusa. Begimlah, hari demi hari. Iya ‘kan? Mau tidak mau, entrepreneur kudu berani menyongsong segala ketidakpastian yang kadang kala tidak menyenangkan.
Rupa-rupanya tentang kebemian ini, jauh-jauh hari Allah telah melontarkan kalimat motivasi di dalam Al- (^uran, "Mengapa engkau takut kepada selain Allah?” Sewaktu kami bertemu dengan World’s 1st Failure Guru

Billi Lim dan pengusaha belia Roger Konopasek pada dua kesempatan yang berbeda, mereka juga ؛ menyarankan hal serupa. Bahkan, bukan sekadar؟ ‘berani mencoba’ tetapi juga ‘berani gagal’. Im kata, mereka.
Nah, keberanian semata, cukupkah? Sering ter- '؛ dengar, keberanian mestilah diiringi dengan kemahir. an. Kerja keras mestilah diiringi dengan kerja cerdas. Tanpanya, im sama saja dengan jalan di tempat. Unmk itulah, memperkaya pengetahuan menjadi suatu kenis-؛؛ cayaan. Betapa tidak? Kalangan paling awam sekalipun sadar bahwa pengetahuan adalah kekuatan (knowledge I power). Tidak terkecuali dalam bisnis.
Yah, bukan semata-mata pengetahuan terhadap^ produk (product knowledge), tetapi juga pengetahuan ؛ yang mendalam mengenai pelanggan (customer knowl- edge), pesaing (competitor knowledge), dan lingkungan Ml
man،
intelligence, market research, dan seumpamanya.1 ع رع\UÜ.
Islam sendiri telah berulang kali mengulas dan membahas pentingnya ilmu pengetahuan. Misalnya saja, belasan abad yang silam, wahyu yang pertama kali dimrunkan adalah perintah unmk menggah ilmu pengetahuan dengan mencantumkan kata ‘baca’ di sana. Tak cukup sampai di sim, menunrnt ilmu penge- tahuan pun diwajibkan, baik bagi laki-laki maupun bagi perempuan, mulai dari buaian ibu sampai ke liang la- hat. Apa ganjarannya? Selain diangkat derajatnya, me- reka yang berbekal ilmu pengetahuan juga lebih mu- ،lah meraih dunia, akhirat, maupun kedua-duanya.
Usai m؛ mari ki
جل|

iii
Simaklah anjuran dan ajaran Sang Nabi, “Sampaikan. ؛! lah kabar gembira dan jangan menakut-nakuti. Per- mudahlah dan jangan mempersulit.” Anjuran dan ajaran lainnya, “Penjual dan pembeli masing-masing''إ menyandang hak pilih (untuk mengesahkan atau mera- ا batalkan jual-beli) selama belum berpisah.” Ada pula larangan terhadap wajib-beli saat menyenmh barang. اي
Manakala Al-Quran jelas-jelas menyerukan, “Ja- nganlah engkau mengambil harta sesama dengan cara yang batil, kecuali dengan' perniagaan yang berdasar-؛! kan kesukarelaan antara sam sama lainnya.” Dalil-dalil tersebut menunjukkan bahwa kesukarelaan merupa- kan asas mutlak bagi entrepreneur dan konsumen dalam' bertransaksi. Yap, nurani mesti berbicara di sini.
Namun pada kenyataannya, betapa sering entre-1 preneur memainkan kolusi termasuk “sttrat sakti” dari penguasa, hanya semata-mata untuk memenangka.؛
inilah yang disebut dengan penyalah- gunaan Political Power yang merupakan P kelima dalam Mega Marketing usulan Philip Kotler. Padahal ia sih tidak me- nyarankan begihi. Ujung-ujungnya, konsumen pun membeli, kendati tanpa kesukarelaan.
Barangkali, im terhitung berhasil dalam jangka pendek. Namun, dalam jangka panjang, yakinlah tidak ada sam entitas bisnis pun yang sanggup survive dan sustain jika semata-mata mengandalkan pemaksaan berupa perpanjangan tangan penguasa sedemikian. Sadarlah, kini roda politik berputar dengan cepat. Walhasil, penguasa bisa naik dan mrun dalam wakm sekejap. Lha, apa jadinya kelangsungan entitas bisnis kalau bertopang pada penguasa? 
Lagi pula, bukankah seorang entrepreneur sejati, ketika mencari materi, ia sangat menjaga nilai-nilai? لآ Dengan demikian sewakm ia menerima materi, dirinya akan jauh lebih berharga daripada materi tersebut. Seandainya hartanya dirampas sekalipun, kantornya ؛ dihancurkan sekalipun, gelarnya dicopot sekalipun, ؛ sungguh ia tidak akan kehilangan satu apa pun. ؛ Sebabnya, nilai-nilai itu sudah telanjur melekat pada j dirinya.
Akhirnya, tegakkanlah ttipod, kerja yang seimbang. Dan kepekaan nurani, salah samnya. Mengulangi pesan Sang Nabi, “Sampaikanlah kabar gembira dan jangan ؛ menakut-nakuti.”
 
(؛Pelajaran “(-Karcna pingan أ٤ء/Atas adalah (Jebifi ([[tama daripada Ringan di

U111 ل y. a menjadi persoalan bukan keuntung- annya, melainkan jenis keunmngannya. Inilah yang I mesti diluruskan. Sebagian besar orang memandang, keunnmgan im adalah soal materi belaka. Mohon maaf, apabila hanya sesempit im, maka bisa jadi materi dia dapatkan, tetapi banyak hal lain yang tidak dia da- - patkan. Kalau sekadar materi, yah kita Betapa banyak orang tidak jauh berbeda dengan garong, ™:X pelaeut, dan kotuptotiteka juga sekali. PadUbal wwstahil mencuat toaá
Allah menciptakan Selanjutnya, sesuam im pantas di- ٠٠“اء: katakan untung seandainya semaki. Dikutip dari Al-Quran, mmbuh bisnis kita, semakin mmbuh .تء pula potensi kita. Maksudnya, baik'. jadikan manusia dalam   ٤   n
sebaik-baik bentuk/' pengalaman maupun pembelajaran؛؛ kita kian bertambah. Ingatlah sabda
 
Sang Nabi, “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari- pada hari kemarin, maka ia merupakan orang yang berunmng.” Kalau sama saja? Dia adalah orang yang merugi. Kalau lebih buruk? Dia adalah orang yang celaka.
Sekali lagi, sesuam im pantas dikatakan untung se- andainya semalrin tumbuh bisnis kita, semakin mmbuh pula potensi kita. Bagi kami, menggali potensi diri dan menikmati potensi im bersama yang lain merupakan salah sam mjuan hidup yang utama. Namun ironisnya, betapa banyak orang yang merasa dirinya tidak dibeka- li potensi sama sekali. Padahal, mana mungkin begitu? Adalah mustahil Allah menciptakan seseorang im sia- sia belaka.
;
[

nranusia im adalah wakil-Nya di muka bumi iui. Isti- . lahnya, khalifah. Lazimnya, orang hanya belum mene- J mukan potensi atau salah menemukan potensi. Cuma im.
Nah, setelah potensi ditemukan, lantas apalagi? Ber- bagilah. Sekonyong-konyong terbayang film spiderman■;,! di benak kami. Suam ketika, Peter Parker akas spider, man ditegur oleh pamannya, “Sesungguhnya di dalam kekuatan yang besar, tersimpan tanggung jawab yang besar. Menyadari akan hal im, maka spiderman pun memberdayakan kekuatan yang ia mi semata-mata 1 unmk kepentingan khalayak (dalam film, tenmnya).
Nah, bilamana seorang entrepreneur menerapkan semaiat berbagi ini dalam kr،nt4-<؛kicoic «j,„ واذل „ذ ia spiritual entrepreneur) di mana ia senatitiasa menyebar
 
kabar gembha dan menebar manfaat (benefit)) bukan sekadar cari unmng (profit). Selanjurnya, mungkin sebagian dari kita akan bertanya-tanya, di manakah korelasi antara berbagi dan keberhasilan bisnis? Di sini kami coba mengemukakan penjelasannya.
Pertama, melalui pendekatan spiritual. Pendekatan ini lebih menekankan keberadaan Hidden Stakeholder. Sepengetahuan kita, stakeholder im adalah pihak yang mesti kita ladeni sembari kita menggeluti bisnis. Selama ini, kita mengakui pelanggan, pemasok, karyawan, dan investor sebagai stakeholder primer. Sementara im, pemerintah, media massa, dan masyarakat umum, kita kenal sebagai stakeholdersekunki
Terns siapa im Hidden Stakeholder? Jawabannya tidak dlah Yang Maha Kuasa. Bukan cuma umat ---- -- nun percava. Hidden 
termasuk balasan bagi mereka yang berbagi. Bahkan؛؛ Al-Quran mengisyaratkan, bukan sekadar balasan lini- er, melainkan balasan eksponensial hingga 700 kah li- pat. Inilah yang kami sebut dengan spiritual investment.
Kedua, melalui pendekatan rasional. Sebenarnya, setiap kah kita memberi maka pada wakm yang sama kita akan membuang ‘energi negatif’ keluar dari diri kita, sekaligus menghimpun ‘energi positif’ ke dalam.,؛ diri kita. Kami ulan^ lagi, membuang ‘energi negatif؛, sekahgus menghimpun ‘energi positif’. Coba saja perhatian. Selepas memberi, ada semacam perasaan ق plong. Iya ‘kan?
Kemudian akumulasi ‘energi positif’ im membuat kitafeelgood, dm feel good im pun memancar. Demikian, halnya, ketika kita berhubungan dengan pelanggan, pemasok, atau siapa pun, mereka juga merasakan hal yang sama, yakni feelgood. Dengan kondisi sedemikian,إ
 
maka urusan-urusan kita dengan mereka pun dimu- dahkan. Dan cepat atau lambat itu semua akan melan- catkan, bahkan melipatgandakan pendapatan kita, dengan seizin Hidden Stakeholdertentmyi
Pantaslah Jim Rohn selaku mentor pernah menasihati Anthony Robbins,
“Biasakanlah untuk berbagi dan bia- sakanlah unmk berba^ dalam jumlah yang lebih." Alasannya? Lanjut Jim Rohn, “Im bukan saja baik bagi orang lain, tetapi im juga baik bagi diri kita sendiri.” Perasaan seperti dilapang- kan.
Inilah yang kami labeli dengan spiritual happiness— di mana seseorang mengalami kebahagiaan setelah memberi—bukannya menerima. Kebalikannya adalah rational happiness—di mana seseorang mengalami
kebahasaan setelah menerima sesuafti. Sayangnya, rational happiness yang jamak terjadi.
Boleh juga kita dengarkan wejangan Phytagoras, “Bilamana ingin melipatgandakan kebahagiaan, maka bagikanlah.” Tidak ketinggalan, wejangan Robert Kiyosaki, “Jika Anda membangun bisnis yang melayani ribuan orang, maka sebagai timbal-baliknya. Anda akan menjadi jutawan. Jika Anda bisa membangun bisnis yang melayani jutaan orang, maka sebagai لأ timbal-baliknya. Anda akan menjadi miliarder.”
Dan di atas segalanya, bukankah Allah im Yang Maha Memberi Manfaat? Sudah seyogianya manusia sebagai hamba Allah meniru atau mendekati (taqarrub)]: sifat Allah tersebut. Lha, janggal ‘kan kalau manusia malah segan dan enggan unmk berbagi. Iya ‘kan? Akhirnya, renungkanlah baik-baik sabda Sang Nabi, “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang membawa
manfaat sebanyak-banyaknya.” Disambung dengan, “Karena tangan di atas adalah lebih utama daripada tangan yang di bawah.” Yap, itulah pelajaran kedelapan di buku ini
،،|á pak 4ا q^cr&cías CKasifi kepaaa Seseorana, /Apainfa Orai١0 qtu gicfak ؛Mpfsiki Sesamanya;

Al-Quran nyata-nyata tersurat, “Tidak ada sam Dl makhluk pun yang diciptakan, kecUli telah lenj kap dengan rezekinya.” Penafstiannya menurut dullah Gymnastiar, kita sama sekali tidak disurut rezeki, melainkan w..¿ rezeki. Karena, sudah ada begim kita diciptakan. Setidak-tidaknya auajjj tiga macam rezeki, y aim rezeki yang dijamin, rezeki i yang diganmngkan, dan rezeki yang dijanjikan.
Terus, apa bedanya mencari dan menjemput? Jelas beda. Kalau men- cari, bisa ada, bisa tidak. Akan tetapi kalau menjemput, yah sudah pasti ada. Masalahnya, belum tentu ketemu ، saja. Semuanya berganmng pada kete- rampilan kita dalam menjemput rezeki tersebut. Menyadari Allah im Maha ؛ Kaya dan Maha Mengayakan, tenm
 
Itita percaya bahwa rezeki sama sekali tidak akan hilang atau terhalang oleh pesaing. Bukan apa-apa. Sungguh nikmat rasanya, bilamana kita berbisnis dengan mental berkelimpahan.
Sidang pembaca sekalian, meneruskan pelajaran sebelumnya, sekarang tibalah saatnya untuk mencintai pesaing. Kami ulangi lagi, mencintai pesaing. Ajakan unmk mencintai pesaing im memang ideal. Tetapi, apa masuk akal? Apalagi mengingat lanskap bisnis yang kian sengit dan rumit. Nah, simpanlah segala kekhawatiran im, karena kami punya segudang alasan unmk mencintai pesaing.
Educating the Customers
Lebih dari 20 tahun yang silam pelopor positioning Al oernah wanti-wanti, bersikap bersahabatlah ter- terus mencontohkan. Coca
i

 

Cola sebenarnya berutang budi kepada Pepsi Cola.: ؛ Apa alasannya? Karena perseteruan antara Coke dan Pepsi membuat konsumen semakin sadar akan ke- beradaan minuman kola.
Al Ries tidak mengada-ada. Sama sekali tidak. Ingat,؛ konsumen selalu memiliki pilihan. Mengapa harus ؤ kola? Toh, konsumen bisa saja memesan air mineral, ؛ teh botol, jus buah, energy drink, atau yang lain. Kalau ؛ bermain sendiri. Coke akan kelabakan dalam mendidik atau mengedukasi konsumen unmk menyukai kola. Untunglah, kemudian Pepsi muncul (kendati saat im 'J Coke langsung menyeret Pepsi ke pengadilan). Gathering the Customers
Dalam bahasa yang lugas dan cerdas. Marketing Guru ¡ Hermawan Kartajaya pernah mengumpamakan, peda, 1 gang martabak akan kelimpungan jika jualan sendirian. .
 
Ia akan sangat terbantu jika pedagang martabak yang lain ikut jualan di sampingnya. Begitu para pedagang martabak berkumpul, maka pastilah pembeli akan ber- bondong-bondong menghamphi tempat tersebut.
Oleh karena itulah di Jakarta para pedagang barang antik mangkal di Ciputat. Restoran-restoran unmk kalangan menengah ke atas berjejer di Citos. Bahkan kampus Trisakti dan Untar berdiri berdekat-dekatan. Contoh lain, penjaja suvenir di Yogyakarta mengelom- pok di Malioboro. Lebih dari serams mkang nasi gore- ng di Palembang berbaris di dekat Stadion Olahraga.
Fenomena ini tidak jauh berbeda dengan kota-kota di beberapa negara di Asia yang sempat kami kunjung. Di mana berkumpulnya penjual dengan barang sejenis di suam kawasan akan menyedot para konsumen untuk datang dan .bertandang, lantaran berjubelnya pilihan yang tersedia. Di Entrepreneur University dan 
Young Enttepreneur Academy, mentor-mentor juga sharing hikmah yang sama.
Expanding the Market
Salah seorang dari kami pernah mengungkapkan, “Ka-؛
lau makan kue sendirian, bisa enek. Mendingan makan ؛
kue bareng-bareng.” Selama ini kita khawatir, muncul- ؛
nya pesaing dapat memperkecil irisan kue (market sbanJk
yang selama ini kita nikmati. Itu memang betul. Tetapi.'I
mohon dicatat baik-baik. Pada waktu yang sama, j
hadirnya pesaing turut memperbesar ukuran kue (mar-
ket size). Inilah manfaat utama dari persaingan, yakni؛
mengedukasi dan menghimpun konsumen, sehingga؛
pada akhirnya memperluas pasar secara keseluruhan, i
Pernah mendengar cerita sedih Polaroid? Pada
akhir 90-an, mereka gagal mengedukasi konsumen ؛
akan pentingnya foto instan. Salah satu penyebab
 
kegagalan mereka adalah minusnya
. ق ٠فل .£   .   Munculnya pesaing dupa
pesaing di industri foto instan—yang   ۶ .لم ؛ ة . ؛
P g   y g memperkecil irisan hue.
seharusnya menjadi mitra mereka Tetapi, pada ivaktuyang dalam mengedukasi konsumen. Kini, sama, hadirnya pesaing
علتت€£ؤءق:
: koteks Indonesia, m^sih vvJvv ingat nasi goreng instan Taranasiku? Perihal kegagalan, mereka adalah Polaroid-nya Indonesia. Persis seperti itu. Nah, coba kita bandingkan pasar nasi goreng instan dengan pasar mi instan. Terbukti, maraknya pemain mi instan malah memperluas pasar mi instan secara keseluruhan.
Improving Self-Performance
Ada pepatah bijak yang menasihati, "Semakin ting^ pohon, semakin kuat anginnya." Im pula yang berlaku tlalam rimba bisnis. Namun demikian, kami mengan-

jurkan dan mengajarkan: jangan takut, jangan benci, dan jangan pula meremehkan pesaing. Karena, di satu sisi memang Allah-lah yang menciptakan pesaing. Im sudah sunamllah.
Malah, sesungguhnya persaingan im adalah anuge- rah, bukan musibah. Secara sederhana Abdullah Gym- nastiar mengambil analogi, ‘Apa gunanya jadi juara umum, kalau ternyata balap karung sendirian? Apa gu- nanya jadi juara dunia, kalau ternyata lawannya hanya anak TK?” Petarung-petarung zaman kerajaan pun sangat bangga apabila dipertemukan dengan petarung ؛ paling tangguh. Yah, gampang unmk dipahami. Pesa- ing yang sedemikian akan menggedor potensi diri. Bu- kankah im anugerah?
Sewakm kami menyusun buku dan menggelar semi- j nar bersama presenter kondang Tantowi Yahya, ia pun punya dalil serupa. “Saya percaya, persainganlah yang memicu dan memacu adrenalin. Dengan demikian.
 
dari waktu ke waktu kita akan selalu up to date, selalu berkembang, dan pada akhirnya selalu menemukan hal-hal yang baru.” Kami pikir im benar adanya, sera- ms persen.

Nitili, Niroafee, Nibabi, Nempiii.M\2،S2،.ةلا!أ.لألأهةع‘. ATM. Apa im? Amati, Tiru, Modifikasi. Sesederhana' im.
Creating Positive Image Manfaat berikutnya, persaingan akan mencurahkan citra yang positif kepa- da seluruh pemain. Cermatilah PLN. Apakah mereka disukai? Yah, bukan rahasia lagi, masyarakat cenderung' emoh terhadap pemain monopoli. Se- andainya PLN didampingi oleh pesa- ing yang riil, pastilah kisahnya bakal berbeda. Karena, belum tenm kerja dan kinerja pesa- ing tersebut lebih memuaskan ketimbang PLN. De- ngan demikian, serta-merta kita akan lebih menghargai PLN, karena kita sudah punya pembanding.
 
٠؛«*؟
Perkenankan kami mengambil polisi sebagai pe- rumpamaan. Tidak sedikit polisi yang naik pangkat gara-gara adanya penjahat. Im artinya, polisi butuh penjahat. Begitu pula dengan nahkoda. Tidak sedikit nahkoda diberi penghargaan gara-gara adanya badai. Im artinya, nahkoda bumh badai. Makanya, kalau per- lu, pesaing malah harus diciptakan. Pantaslah ada rang- kaian kata-kata yang apik dan menarik, ‘!e are born to complete, not to compete:’
Akhirnya, kami imbuhkan dan bubuhkan sabda Nabi Muhammad, “Allah tidak akan berbelas kasih kepada seseorang, apabila orang im tidak mengasihi sesamanya.” Dan Allah berfirman, “Tidaklah Kami mengums engkau melainkan rahmat bagi semesta alam.” Sekali lagi, menjadi rahmat bagi semesta alam, tidak terkecuali terhadap pesaing.
CRaRmat Siesta 4ا
Ofcfi: Anííafus/cat.íKriaííJaíi |afi fimpafifcantafi rafimat'SHu seiafu kepada semesta afam, kepada hamba-٤٠ Agah curahkaniah karunia.lMji sefafu kepada utusan-£Mu, kepada rasuf-^1
|an berikanlah hidayah.iMji selalu Mudahkan kami ‘tuk menemukan jalan-٤٠ |ah bukakanlah ampunan.^, sefatu Selamatkan kami saat kembali kepada.^1

arifluqman682

  • Qudama
  • *
  • arifluqman682 No Reputation.
  • Join: 2016
  • Posts: 126
  • Logged
Re: Nabi Muhammad SAW Sebagai Seorang Pedagang
« Reply #2 on: 25 Jun, 2018, 12:20:20 »
ane nyimak dengan khusu' dulu gan

Admin

  • Administrator
  • Abadan fi Ma'had
  • ***
  • Admin No Reputation.
  • Join: 2013
  • Posts: 2615
  • Logged
Re: Nabi Muhammad SAW Sebagai Seorang Pedagang
« Reply #3 on: 26 Jun, 2018, 16:06:23 »
ane nyimak dengan khusu' dulu gan

siap gan

arifluqman682

  • Qudama
  • *
  • arifluqman682 No Reputation.
  • Join: 2016
  • Posts: 126
  • Logged
Re: Nabi Muhammad SAW Sebagai Seorang Pedagang
« Reply #4 on: 08 Aug, 2018, 13:31:15 »
siap gan

ada kisah para pedagang yang dari sahabat gak sul?
seperti Abdurrahman bin 'Auf