Hujroh - Forum Pesantren Indonesia Alumni Pesantren Indonesia Forum      Misi Hujroh
 

Main juga kesini sul:
The Ghurfah Kisah Sukses Alumni Alumni di Luar Negeri Bisnis Online Hikayah fi Ma'had Railfans Dunia Pesantren Ekonomi Islam
Forum  Hujroh  The Ghurfah 
STUDI KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA PERKEBUNAN APEL ORGANIK DAN ANORGANIK
Pages: [1]

(Read 1265 times)   

liaapri

  • Abadan fi Ma'had
  • ***
  • liaapri No Reputation.
  • Join: 2020
  • Posts: 579
  • Logged

8.   Teori Sumber Daya Terbatas

Keanekaragaman tanaman yang tinggi di daerah hutan tropis disebabkan oleh ketidakmampuan spesies untuk berkembang dominan di tanah dengan status nutrisi yang sangat rendah. Status nutrisi yang rendah ditentukan oleh suhu dan curah hujan yang tinggi dengan konsekuensi daur ulang atau pencucian nutrisi yang cepat. Karena terbatasnya nutrisi, spesialisasi niche ditingkatkan dan sebagai hasilnya lebih banyak spesies yang berkoeksistensi.
9.   Teori Binatang Polinator

Di daerah tropis penyerbukan dengan bantuan angin tidak efektif, sehingga sebagian besar tanaman diserbuk oleh binatang, misalnya serangga, burung dan kelelawar. Penyerbukan dengan bantuan serangga, terutama lebah madu dapat memungkinkan terjadinya isolasi di antara populasi tanaman, dengan demikian dapat meningkatkan laju spesiasi. Peningkatan laju spesiasi di daerah tropis karena peran serangga polinator dapat menghasilkan tingkat keanekaragaman spesies yang lebih tinggi.
Soegianto (1994) menambahkan bahwa keanekaraman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi, karena dalam komunitas itu terjadi interaksi spesies yang tinggi pula. Jadi dalam suatu komunitas yang mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi akan terjadi interaksi spesies yang melibatkan transfer energi, predasi, kompetisi, dan pembagian relung yang secara teoritis lebih kompleks.
 





Para ahli ekologi setuju bahwa konsep keanekaragaman jenis dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas. Beberapa ahli ekologi lain ada yang menggunakan keanekaragaman jenis sebagai suatu indeks kematangan komunitas, dengan alasan bahwa komunitas menjadi matang bila lebih kompleks dan lebih stabil.


   Tanaman Apel (Pyrus malus)

Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat Daya dengan iklim sub tropis (Ashari, 1995). Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini. Soelarso (1996) mengklasifikasikan tanaman apel sebagai berikut:
Divisi   : Spermatophyta Anak divisi : Angiospermae Kelas   : Dicotyledonae
Bangsa : Rosales

Suku   : Rosaceae

Marga   :   Pyrus Spesies : Pyrus malus
Dari spesies Pyrus malus ini, terdapat bermacam-macam varietas yang memiliki ciri-ciri atau kekhasan tersendiri. Beberapa varietas apel unggulan antara lain: Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo. Apel mengandung banyak vitamin C dan B, selain itu apel sering dijadikan sebagai makanan substitusi oleh para pelaku diet.
 





Di Indonesia, apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra produksi apel adalah di Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nongkojajar), Jatim. Di daerah ini apel telah diusahakan sejak tahun 1950, dan berkembang pesat pada tahun 1960 hingga saat ini. Selain itu daerah lain yang banyak dinanami apel adalah Jawa Timur (Kayumas-Situbondo, Banyuwangi), Jawa Tengah (Tawangmangu), Bali (Buleleng dan Tabanan), Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Sedangkan sentra penanaman dunia berada di Eropa, Amerika, dan Australia (Prihatman, 2000).
Prihatman (2000) selanjutnya menjelaskan bahwa apel memerlukan syarat tumbuh tertentu agar dapat tumbuh dan berproduksi optimal, yaitu:
A.   Iklim

1.   Curah hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110- 150 hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah.
2.   Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan.
3.   Suhu yang sesuai berkisar antara 16-27 derajat C.

4.   Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%.


B.   Media Tanam

1.   Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam, mempunyai lapisan organik tinggi, dan struktur tanahnya remah dan gembur,
 





mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas baik, sehingga pertukaran oksigen, pergerakan hara dan kemampuan menyimpanan airnya optimal.
2.   Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol dan Regosol.

3.   Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7 dan kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia.
4.   Dalam pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang cukup.
5.   Kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak ditanami.
C.   Ketinggian Tempat

Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl. dengan ketinggian optimal 1000-1200 m dpl.