Hujroh - Forum Pesantren Indonesia Alumni Pesantren Indonesia Forum      Misi Hujroh
 

Main juga kesini sul:
The Ghurfah Kisah Sukses Alumni Alumni di Luar Negeri Bisnis Online Hikayah fi Ma'had Railfans Dunia Pesantren Ekonomi Islam
Forum  Hujroh  The Ghurfah 
STUDI KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA PERKEBUNAN APEL ORGANIK DAN ANORGANIK
Pages: [1]

(Read 1394 times)   

liaapri

  • Abadan fi Ma'had
  • ***
  • liaapri No Reputation.
  • Join: 2020
  • Posts: 579
  • Logged

30.   Spesies 30




Gambar 30. Famili: Tiphiidae Sumber: www. Bugguide.net


Warna hitam, kebanyakan berukuran sedang, panjang kira-kira 25 mm. agak   berambut   dengan  tungkai-tungkai  berduri   yang pendek. Duri yang melengkung ke atas pada ujung mesotoma yang jantan kelihatan sangat ganas, tetapi tidak berbahaya. Yang betina tidak bersayap dan tidak sesering yang jantan (Borror dkk., 1996). Adapun taksonomi dari serangga ini adalah sebagai berikut: Kelas      : Insekta
SubKelas   : Pterygota

Ordo   : Hymenoptera

Famili   : Tiphiidae
 





31.   Spesies 31



Gambar 31. Famili: Braconidae


Umumnya berwarna oranye, kecoklatan atau hitam tidak cerah. Mempunyai 1 recurrent vena (RV) atau tidak mempunyai. Panjang tubuh 2-15 mm, antenna 17 ruas atau lebih, pinggang pendek, ovipositor panjang (Borror dkk., 1996). Sebagai bagian penting dalam pengendalian biologi, memparasit berbagai jenis larva hama tanaman. Adapun taksonomi dari serangga ini adalah sebagai berikut:
Kelas   : Insekta

SubKelas   : Pterygota

Ordo   : Hymenoptera

Famili   : Braconidae
 





32.   Spesies 32



Gambar 32. Famili: Culicidae Sumber: www. Bugguide.net

Sayap panjang, sempit dengan sisik sepanjang vena/tepi sayap. Berantena plumose, betina dengan sedikit rambut-rambut pada antenna. Proboscis panjang, tidak mempunyai ocelli.saat istirahat ada yang tubuh dan proboscis  hampir  seperti garis lurus, ada yang proboscis mengarah ke bawah dengan tubuh hampir sejajar dengan permukaan yang dihinggapi (Borror dkk., 1996). Adapun taksonomi dari serangga ini adalah sebagai berikut:
Phylum   : Arthropoda

Kelas   : Insekta

SubKelas   : Pterygota

Ordo   : Diptera

Famili   : Culicidae
 





33.   Spesies 33



Gambar 33. Famili: Bombinae Sumber: www. Bugguide.net


Dapat dikenali oleh bentuknya yang kokoh dan berwarna hitam dan  kuning atau oranye, ukuran relatif besar kebanyakan berukuran 20 mm atau lebih. Sayap belakang tidak mempunyai gelambir jugum. Mereka adalah penyerbuk yang penting karena lidah mereka panjang (Borror dkk., 1996). Adapun taksonomi dari serangga ini adalah sebagai berikut:
Phylum   : Arthropoda

Kelas   : Insekta

SubKelas   : Pterygota

Ordo   : Hymenoptera

Famili   : Bombinae

   Pembahasan

   Proporsi Serangga Menurut Taksonomi

Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, ditemukan beberapa macam serangga pada areal pertanaman apel dilahan organik dan anorganik, serangga- serangga yang didapat pada umumnya adalah serangga kosmopolit. Meskipun
demikian banyak serangga yang belum dapat dikenali sampai pada tingkat spesies. Untuk menyeragamkan hasil identifikasi serangga-serangga yang didapat tersebut, maka semua serangga yang diidentifikasi hanya sampai pada tingkat famili, kecuali untuk spesies tertentu yang sudah dikenali secara pasti.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada lahan organik ditemukan 1385 individu serangga yang mencakup 30 famili, sedangkan pada lahan anorganik ditemukan 1794 individu serangga yang mencakup 22 famili.
Serangga yang berasosiasi dengan tanaman tanaman apel baik yang berada pada lahan organik maupun yang terdapat pada lahan anorganik akan dikelompokkan berdasarkan peran dan urutan taksonominya sesuai hasil identifikasi dengan menggunakan buku kunci identifikasi Borror dkk., (1996) dan Kalshoven (1981).
Lebih tingginya kelimpahan serangga pada lahan apel organik disebabkan pertanian organik lebih mempertimbangkan kelestarian ekologis dalam prosesnya. Untung (1996) mengemukakan bahwa pertanian organik memiliki konsep pengelolaan hama yang lebih menekankan pada penjagaan dan pemantapan keseimbangan ekosistem yang dapat mempertahankan populasi hama selama satu musim tanam tetap berada di ambang ekonomi sehingga tidak memerlukan pestisida sintetik.
Adanya pemberian bahan organik, mulsa jerami, pengelolaan gulma dan penggunaan pestisida nabati yang bijaksana sebagai bagian dari strategi dan taktik pertanian organik pada pertanaman apel, secara langsung dan tidak langsung akan membantu perkembangan populasi serangga dalam agroekosistem. Murtanti


(2005) mengemukakan bahwa pengelolaan pada pertanaman apel organik pada lokasi penelitian di desa Bumiaji kota Batu meliputi: pemupukan menggunakan pupuk kasting, bokashi, kompos, guano, pupuk kandang dan pupuk organik lainnnya. Sementara hormon penumbuh daun dan buah menggunakan ekstrak daun sirih, air kelapa, agro hayati dll. Bahan ini diolah dan difermentasikan serta dikombinasikan dengan bubuk tumbukan daun mimba.
Penyemprotan dilakukan 1 minggu 2 kali atau 1 kali selama lima bulan. Tambahan bahan lainnya adalah pestisida organik seperti agro hayati, agro mimba, pestisida nabati serbuk biji mimba (SBM).
Pemupukan pada tanaman apel organik bertujuan untuk mengoptimalkan ketersediaan serta keseimbangan unsur hara dan kegiatan biologi tanah yang dilakukan dengan cara menambahkan bahan organik dalam jumlah yang memadai dan sedapat mungkin berasal dari tanah yang ditanamai tanaman apel organik tersebut.
4.2.2. Proporsi Serangga Menurut Peran Ekologisnya

Serangga yang berasosiasi dengan tanaman apel organik maupun anorganik diidentifikasi dan diklasifikasikan sesuai dengan perannya dalam ekosistem pertanaman apel. Pada lahan organik didapatkan serangga hama (19 jenis), predator (6 jenis), parasitoid (4 jenis) dan polinator sebanyak 2 jenis. Pada lahan anorganik komunitas serangga terdiri dari hama (16 jenis), predator (3 jenis), parasitoid (1 jenis) dan polinator sebanyak (1 jenis). Akumulasi dari jumlah serangga pada lahan organik dan anorganik disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Proporsi Serangga Berdasarkan Peran Ekologisnya

No   Jenis serangga berdasarkan peran ekologis   Organik   Anorganik
1   Herbivora   19   16
2   Predator   6   3
3   Parasitoid   4   1
4   Polinator   2   1


Secara umum dapat diketahui bahwa lahan organik memiliki jenis serangga yang lebih banyak dari lahan anorganik. Hal ini merupakan salah satu indikasi meningkatnya stabilitas agroekosistem pada lahan organik. Oka (1995) menjelaskan bahwa semakin banyak jenis yang membentuk komunitas maka makin beragam komunitas tersebut. Jenis-jenis serangga dalam populasi akan berinteraksi satu dengan yang lain membentuk suatu jaring-jaring makanan tersendiri. Lebih lanjut Price (1997) mengemukakan bahwa adanya interaksi yang berkesinambungan dan mekanisme kontrol antara masing-masing populasi merupakan faktor penting untuk menjaga stabilitas ekosistem.
Penggunaan pestisida dapat menjadi faktor utama menurunnya kelimpahan serangga pada lahan organik. Flint dan Bosch (1990) mengemukakan bahwa pestisida tidak hanya bersifat merusak biosfer melalui peracunan langsung dan tidak langsung terhadap organisme tetapi juga dapat mempengaruhi kelimpahan khas populasi jenis melalui penyederhanaan jaring-jaring makanan dari hewan pada jenjang tropik yang lebih tinggi.
Kelimpahan relatif serangga hama pada lahan organik yaitu 83% lebih rendah dari lahan anorganik 93%. Famili serangga herbivora yang dominan adalah Coccidae, Thripidae dan Tephritidae. Rendahnya populasi serangga herbivora pada lahan organik disebabkan kelimpahan musuh alami di lahan organik cukup
tinggi, sehingga mampu menekan secara alami populasi serangga herbivora. Flint dan Bosch (1990) mengemukakan bahwa aktivitas makan-memakan banyak herbivora tidak pernah menimbulkan masalah karena banyaknya jumlah karnivora yang membatasi jumlah herbivora tersebut.
Ada enam famili predator yang ditemukan pada lahan pertanian apel, yakni Formicidae, Specidae, Macromiidae, Libellulidae, Coccinellidae, Chrysopidae. Menurut Untung (1996) Predator dapat memangsa lebih dari satu inang dalam menyelesaikan satu siklus hidupnya dan pada umumnya bersifat polyphagous, sehingga predator dapat melangsungkan hidupnya tanpa tergantung satu inang.
Keberadaan predator dalam agroekosistem akan sangat membantu peningkatan stabilitas dalam komunitas serangga melalui proses predasi yang dilakukannya. Price (1995) mengemukakan bahwa predator memainkan peran menonjol dalam aliran energi melalui komunitas, merupakan pengatur populasi mangsanya, mendorong populasi mangsa untuk memiliki kemampuan bertahan hidup dan mewariskan pada keturunannya serta merupakan agen dalam proses evolusi mangsanya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa serangga predator cukup tinggi dalam komunitas serangga. Kelimpahan relatif predator pada lahan organik 14% dan pada lahan anorganik 4%. Serangga predator yang memiliki kelimpahan relatif cukup tinggi pada lahan organik adalah ordo Hymenoptera famili Formicidae dengan KR 63% dan famili Coccinellidae sejumlah 14%. Pada lahan anorganik juga didominasi oleh famili Formicidae dan Libellulidae dengan masing-masing KR 60% dan 35%. Lebih tingginya kelimpahan relatif predator
 





pada lahan organik disebabkan tidak adanya perlakuan pestisida serta cukup tingginya diversitas gulma pada agroekosistem (Altieri dan Nicholls, 2004)
Melimpahnya predator dari famili Formicidae menurut Maftuah et al. (2002) berhubungan dengan nitrogen (N) total dan kelembapan tanah. Adanya seresah daun yang telah kering dan penambahan pupuk organik yang secara langsung memiliki korelasi dengan kelimpahan semut (Formicidae) dalam agroekosistem.
Famili Libellulidae dan Coccinellidae juga cukup berpotensi dalam ekosistem. Pada famili Cocinellidae seringkali jenis makanan imago sama dengan larvanya. Jenis pada famili Coccinellidae biasa ditemukan satu atau beberapa jenis pada satu tanaman (Irsan, 2003). Coccinellid merupakan predator yang umum ditemukan pada pertanaman apel. Hal ini karena Coccinellid merupakan pemangsa spesialis kutu daun (Aphids), selain serangga-serangga kecil lain dan telur serangga lain (Sunarto, 2003). Kutu daun banyak ditemukan pada tanaman apel, oleh karena itu coccinellidae juga banyak ditemukan pada lahan apel.
Menurut Hasibuan dkk (2003) pada populasi mangsa yang tinggi akan didapatkan bahwa presentase daya mangsa predator larva mangsa nyata lebih rendah dari imago sedangkan pada populasi kutu daun yang rendah kemampuan memangsa predator imago sama dengan larva.
Seperti halnya predator, parasitoid juga mempunyai peran yang sangat penting dalam agroekosistem. Sebagai agensia pengendali hayati, parasitoid sangat baik digunakan dan selama ini paling sering berhasil mengendalikan
 





serangga herbivora bila dibandingkan dengan kelompok agensia pengendali lainnya (Untung, 1993).
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa kelimpahan relatif parasitoid pada lahan organik 2% lebih tinggi dari lahan anorganik. Proporsi serangga parasitoid pada lahan apel didominasi oleh famili Myrmicinae dan Famili Tachinidae.
Rendahnya populasi parasitoid pada kedua lahan disebabkan adanya ketergantungan yang tinggi dari serangga parasitoid akan keberadaan hama dan adanya kompetisi intraspesifik dengan serangga lainnya. Godfray (1994) mengemukakan bahwa rendahnya populasi parasitoid dapat disebabkan secara tidak langsung oleh predator melalui persaingan untuk mendapatkan inang, khususnya semut yang merupakan kompetitor penting di daerah tropis.
Salah satu prinsip pertanian organik adalah dengan upaya pelestarian atau konservasi predator dan parasitoid yaitu dengan mengembangkan predator dan parasitoid secara alami dan meningkatkan perannya dalam mengendalikan hama. Usaha tersebut dilakukan pada areal pertanaman komoditas utama dengan memanfaatkan faktor biotik dan abiotik di sekitar tanaman. Gulma atau rumput- rumputan dan tanaman yang mengandung polen yang dapat dimanfaatkan untuk pelestarian predator dan parasitoid sebagai sumber makanan, tempat berlindung dan berkembang biak, sebelum inang utama hadir di pertanaman.
 





4.2.3 Analisis Komunitas Serangga

Analisis komunitas bertujuan untuk menganalisis beberapa dinamika dalam populasi serangga yang mencakup jenis serangga (S), jumlah serangga (N), koefisien kesamaan komunitas (Qs). Data selengkapnya disajikan dalam tabel 2 dan 3.