Menjaga Kesucian Diri Bagi yang Belum Mampu Menikah
Semua sepakat bahwa harta bisa menjadi sumber kebahagiaan. Di saat seseorang memiliki keluasan harta, hal itu dapat membantunya untuk menyelesaikan masalah dan kesulitan, serta menyampaikannya kepada keinginannya.
Tidak jarang kita menemukan seseorang yang berilmu dan berakhlak mulia, berada di lingkungan masyarakat yang congkak, yang menganggap harta adalah segalanya, maka ia tidak akan dianggap dan dipandang sebelah mata karena keadaannya yang miskin. Walaupun ia seorang imam di Al-Haramain (dua masjid suci) dan yang berilmu di antara dua alam (jin dan manusia)
Maka dari itu, sebagaimana yang sudah kita saksikan bersama bahwa harta adalah alat dan sarana asasi untuk bisa menyampaikan kepada keinginan. Namun, itu adalah anggapan yang dipegang oleh mereka yang masih jahil. Lantas, apa yang harus dilakukan pemuda ketika mereka ingin menikah, sedangkan mereka tidak punya cukup harta dan tidak ada yang menanggung atau membantu mereka?
Mereka ingin menjaga diri dengan menikah, tapi sayangnya mereka tidak menemukan cara untuk mencapainya. Banyak masalah yang menghalangi tujuan mereka yang mulia ini. Padahal mereka ingin menjalankan seruan Rasulullah
0. yang mengajak para pemuda untuk menikah, jika demikian, apa yang harus dilakukan para pemuda untuk menjaga diri dan mengekang syahwat mereka yang menyala-nyala?
Caranya adalah mengikuti apa yang telah diserukan oleh Al-Qur’an untuk bisa menahan diri. Karena, itu adalah satu- satunya cara untuk menjaga kebaikan diri mereka, menjaga kemaluan mereka, dan bisa mengekang nafsu amarah mereka yang selalu mendorong kepada kejelekan. Allah berfirman:
"Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian (dirijnya, sehingga Allah memampukan
mereka dengan karunia-Nya... "(QS. An- Nur [24]: 33)
Ajakan Al-Qur’an untuk menahan diri :ni merupakan pendidikan keji-waan/ nental yang mulia, yang dapat menguatkan <einginan dan tekad yang baik di dalam >iati, sehingga membuat manusia menjadi oak malaikat, selain menjadikannya selalu merasa tenang. Lalu apakah manhaj yang telah diletakkan Islam agar para pemuda dapat mencapai puncak 'iffah (menjaga kesucian diri)?
Sebenarnya kami telah menunjukkan pokok-pokok manhaj untuk menanggulangi fenomena masturbasi, pada pasal ketiga dari buku ini. Maka dari itu, pada pembahasan ini saya hanya akan menunjukkan secara ringkas pokok-pokok manhaj tersebut, ditambah beberapa hal yang baru untuk melengkapinya. Berikut ini pokok-pokok manhaj tersebut:
1. Menikah dini
2. Melakukan puasa sunah secara rutin
3. Menjauhi hal-hal yang merangsang nafsu seksual
4. Mengisi waktu luang dengan hal yang bermanfaat
5. Berteman dengan teman yang baik
6. Mencari informasi yang berkaitan dengan kesehatan
7. Memunculkan rasa takut yang kuat kepada Allah
Sedangkan tambahan barunya ada dua poin. Pertama, menundukkan pandangan dari yang diharamkan. Kedua, memperkuat kesadaran beragama.
a. Menundukkan pandangan dari yang diharamkan
Sudah diyakini bersama bahwa melihat perempuan yang bukan mahram merupakan salah satu dari anak panah iblis. Maka dari itu, siapa yang dapat meninggalkannya karena takut kepada Allah, Dia pasti akan menggantikannya dengan keimanan sehingga ia dapat merasakan manis-nya di dalam hati.
Sudahdipastikanbahwaterus-menerus melihat, baik kepada perempuan maupun laki-laki dapat memancing ketertarikan. Dari ketertarikan mendorong timbulnya senyuman, dari senyuman diikuti sapaan, dari sapaan terus kepada obrolan, sampai membuat janji untuk bertemu. Pada pertemuan tersebut tidak mustahil dapat mengarah kepada hal yang tidak baik.
Pandangan yangpenuhsyahwatkepada perempuan yang bukan mahram begitu berbahaya, karena dapat menghilangkan akal sehat, melalaikan dari kewajiban, dan parahnya dapat mengakibatkan perilaku menyimpang pada diri umat. Para pemuda menjadi senangbersantai-santai menjalani hidup tanpa tujuan. Mereka menjadi lebih berbahaya terhadap keamanan dan lebih berbahaya terhadap akhlak yang mulia.
Oleh karena itulah, Al-Qur’an memerintahkan kaum mukminin dan mukminat agar mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka. Allah berfirman:
"Katakanlah kepada laki-laki yang beiiman, 'Hendaklah mereka menahan pandanganya dan memelihara kemaluannya,yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.' Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan kemaluannya...’." (QS. An-Nur [24]: 30- 31!
Maka satu-satunya solusi untuk dapat mencapai puncak 'iffah adalah menundukkan pandangan dari yang haram untuk dilihat.
b. Memperkuat kesadaran beragama
Dalam beberapa pembahasan dalam buku ini, sudah berulang kali saya ulang mengenai cara-cara dan sarana-sarana untuk menanamkan akidah yang benar dalam diri anak. Begitu juga tentang fase- fase yang bertahap untuk menguatkan pendidikan keimanan pada diri anak. Sehingga ketika anak telah mencapai usia remaja, masa balig, dan pemuda, keshalihannya bisa terjaga dan akhlaknya semakin baik. Seolah ia seperti malaikat yang berjalan di muka bumi dan seperti seorang ahli ibadah yang berjalan di tengah orang-orang.
Telah kita ketahui bahwa mengika: anak dengan akidah yang benar dan mendidiknya untuk selalu merasa diawasi Allah, baik ketika sendirian maupun bersama orang lain, mendatangi majelis- majelis ilmu dan dzikir, selalu melakukan shalat wajib dan menjaga shalat sunnah, tidak pernah terlewat membaca Al-Qur’an, melakukan tahajjud pada malam hari saat orang-orang terlelap tidur, selalu melakukan puasa sunnah, mendengarkan kisah-kisah para shahabat dan salafus shalih, selalu mengingat mati dan alam setelahnya, berteman dengan teman- teman yang baik dan bergabung dengan kelompok yang mukmin.
Jika semua itu dilakukan oleh seorang pemuda, maka kesadaran beragamanya akan semakin kuat, la akan terjauh dari hal-hal yang dapat merusak dirinya dan berhasil mencapai puncak 'iffah. Berikut ini dua contoh dari sifat 'iffah untuk diteladani:
Pertama, Yusuf seorang pemuda gagah dan tampan. Ia diajak oleh seorang perempuan yang memiliki kedudukan dan cantik jelita. Pada saat itu, pintu-pintu sudah terkunci rapat dan kesempatan pun sudah sangat mudah, sebagaimana yang dikisahkan Al-Qur’an:
“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan ia menutup pintu- pintu, seraya berkata, 'Marilah ke sini'." [QS. Yusuf [12]: 23)
Bagaimana sikapnya menghadapi godaan tersebut dan ujian yang sudah mencuri pandangan? Apakah ia menyerah terhadap ajakan itu dan mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan kepadanya? Tentu tidak, ia berkata:
"...Yusuf berkata, 'Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.’ Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung." (QS. Yusuf [12]: 23)
Istri AI-'Aziz berusaha untuk memperdayanya dengan segala godaan dan ancaman. Ia juga mengumumkan hal itu kepada para istri pejabat.
"...Dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku), tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak menaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina." [QS. Yusuf [12]: 32)
Akan tetapi, Yusuf menyerahkan semuanya kepada Allah. Ia meminta kepada-Nya pertolongan dan penjagaan:
"Yusuf berkata, 'Wahai Rabbku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dariku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf [12]: 33)
Itulah ujian yang terletak antara nurani seorang mukmin dan rasa takut-nya kepada Allah, dengan godaan-godaan dosa yang menggiurkan. Namun, akhirnya godaan itu gagal dan imanlah yang menang.
Kedua, seorang perempuan yang hidup pada zaman ‘Umar bin Al-Khathab Ia ditinggal pergi suaminya berjihad dalam waktu yang lama, sehingga pada suatu hari hasratnya mulai membara. Syahwatnya menggebu-gebu, tapi ia sama sekali tidak melakukan perkara yang haram karena ada iman yang menghalanginya dan perasaan selalu diawasi Allah. Pada suatu malam, ia bersenandung sampai terdengar oleh Umar :
"Malam begitu panjang dan mencekam, tapi aku sendirian tanpa ada kekasih temanku bermesraan. Demi Allah, seandainya Allah yang siksa-Nya sangat ditakuti itu tidak ada, pasti ranjang ini sudah bergerak-gerak.”
Pada hari berikutnya, Umar m menemui putrinya, Hafshah Ummul Mukminin ^ dan bertanya kepadanya, "Be rapa lama seorang istri dapat bersabar ketika ditinggal pergi suaminya?" Hafshah menjawab, "Empat bulan."
Maka Khalifah Umar mengirim surat kepada para pemimpin pasukannya yarg bersiaga di kamp-kamp garis depan untuk memerintahkan mereka agar tidak menahan tentaranya kembali ke keluarganya lebih dari empat bulan.
Ujian yang berada di antara perasaan takut perempuan tersebut kepada Allah dan dorongan syahwat untuk melakukan dosa, namun dorongan itu kalah di hadapan iman yang kuat.
Itulah hal-hal penting manhaj/ cara untuk mencapai puncak 'iffah. Sehsngga bisa dipastikan, jika seorang pemuda mengikuti manhaj tersebut dan menjalankan semua penjabarannya dengan penuh ketekunan, maka ia pasti bisa menang dalam menghadapi setiap godian setan yang dibisikkan ke dalam dirinya. Ia pasti dapat menguasai semua dorongan nafsu yang menyala-nyala dalam jiwanya. Bahkan, ia menjadi seperti pan nabi dari segi akhlaknya, seperti para malaikat dari segi kesuciannya, dan seperti sala :us shalih dalam sifat 'iffahnya. Sampai tiba waktunya Allah memberinya keluasar harta, memudahkan untuknya sebab-se:ai memperoleh rezeki dan penghidupar. Allah juga selalu melin-dungi orang-orarii yang bertakwa dan memberi mereka ja ai keluar dari setiap masalah yang dihada:. karena Dia telah berfirman:
"...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan bagin_.: jalan keluar dan memberinya rezeki dc- arah yang tiada disangka-sangkanyc. (QS. Ath-Thalaq [65]: 2-3)
“Dan orang-orang yang tidak mamp. menikah hendaklah menjaga kesucic- (diri)nya, sehingga Allah memampukc' mereka dengan karunia-Nya..." (QS. Ar> Nur [24]: 33)
Sifat 'iffah (menjaga kesucian dir: bukanlah dalam artian represi (dalar. istilah psikologi) -seperti yang dianggap oleh sebagian orang-karena repres: didefinisikan oleh para ahli psikologi dar. pendidikan sebagai sikap menganggap kotor hubungan seks dan merasa berdosa ketika melakukannya walaupun melalu: pernikahan yang sah. Secara khusus kami telah membuat pembahasan khusus dengan judul Pernikahan dan Hubungan Seks, dan Anda sebagai pendidik telah melihat bagaimana Islam mencela sikap membujang dan selibat. Islam telah mensyariatkan pernikahan sebagai pemenuhan terhadap kebutuhan fitrah manusia dan hasrat manusiawinya. Maka bagaimana mungkin 'iffah bisa disebut sebagai represi, sedangkan Islam dengan prinsip dan kenyataannya yang seperti itu (mensyariatkan pernikahan)?
Berdasarkan hal ini, maka ketika seorang pemuda merasakan adanya hasrat tersebut, ia tidak perlu meminta perlindungan kepada Allah dari perasaan tersebut, karena Islam sendiri mengakui perasaan tersebut sebagai hal yang alami yang tidak ada seorang pun yang menyelisihinya. Karenanya, ia tidak perlu bersikap represi terhadap perasaan tersebut untuk menjadi suci di hadapan manusia dan dirinya sendiri. Ia juga tidak perlu merasa berdosa hanya karena munculnya perasaan tersebut, sehingga hilanglah segala guncangan kejiwaan sebagai akibat dari perasaan berdosa tadi dan bisa juga mengarah kepada perilaku kriminal saat diri sudah tidak mampu menahannya.
Namun, kita tahu bahwa Islam tidak membolehkan seseorang untuk mengikuti hawa nafsunya begitu saja. Oleh karena itu, ia meletakkan batasan- batasan syar'i (hukum) terhadap hal yang terlihat mubah pada lahiriahnya, tetapi dapat mengakibatkan yang haram. Ini benar, tetapi hal tersebut (adanya batasan) berbeda dengan sikap represi. Pengharaman terhadap akibat buruk dari mengikuti hawa nafsu tersebut hanya untuk mengendalikannya dan bukan untuk menghancurkannya. Islam tidak mengharamkan adanya perasaan dan keinginan (seks) kapan pun juga.
Maka dari itu, sudah bisa dipastikan bahwa represi sama sekali tidak ada dalam kamus pendidikan Islam. Karenanya, ketika seseorang sudah tidak mampu lagi menahan hasrat dan syahwatnya yang dapat mendorongnya melakukan perbuatan zina, maka secara syar'i ia boleh melakukan masturbasi untuk meringankan hasratnya tersebut. Hal ini berdasar kepada kaidah ushuliyah yang mengatakan, "Memilih madharat yang paling ringan di antara dua madharat yang ada.”
Oleh sebab itu, para ahli fikih mengatakan bahwa masturbasi (onani) hukumnya haram jika hanya untuk memancing syahwat yang pada asalnya sedang tidak menggebu-gebu. Adapun jika syahwat yang sudah menyala- nyala sehingga menyibukkan pikiran dan mendorong untuk melakukan zina, maka masturbasi boleh dilakukan untuk meredakannya. Si pelaku dalam kondisi seperti itu tidak mendapatkan pahala juga tidak mendapatkan dosa.
Dengan ini maka tertolaklah opini yang mengatakan bahwa Islam adalah agama yang represif dan menganut ajaran kerahiban. Pandangannya terhadap seks adalah pandangan yang menganggap kotor dan hina. Anda sendiri sudah melihat bahwa tuduhan itu sama sekali tidak pada tempatnya di dalam prinsip-prinsip Islam yang abadi.
Kesimpulan
Ada kata-kata indah yang diucapkan oleh Ali Ath-Thanthawi yang mencerminkan kesadaran keislaman yang sesuai dengan tuntutan zaman bagi para pemuda. Kata-katanya tersebut juga merupakan model dari pemahaman yang mendalam yang mengajak kepada kebenaran dengan penuh hikmah dan nasihat yang baik.
Ia berkata, "Wahai anakku, mengapa engkau begitu ragu dan merasa malu untuk mengadu kepadaku. Apakah engkau mengira hanya engkau saja yang merasakan gejolak syahwat? Apakah hanya engkau saja yang memilikinya dan bukan orang lain?
Tidak anakku, tenanglah. Apa yang engkau rasakan itu bukan penyakitmu sendiri, tetapi juga penyakityang dirasakan oleh semua pemuda. Ketika gejolak itu memouatmu, yang sudah berusia 17 tahun ini, tidak bisa tidur, maka begitu juga yang dirasakan oleh orang lain. Yang membuat seorang pelajar lalai dari pelajarannya, seorang pekerja malas dari pekerjaannya, dan seorang pedagang berpaling dari perniagaannya.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh seora ng p emuda di tahun-tahun seperti ini, ketika syahwatnya sedang menggejolak di seusia itu, apa yang harus dilakukannya?
Inilah masalahnya. Ketika sunnatullah dan tuntutan fisiknya mengatakan harus menikah, tapi kondisi masyarakat dan cara pandang pendidikan yang berlaku mengatakan, pilihlah satu dari tiga pilihan yang semuanya jelek, namun jangan sekali-kali kamu mengambil pilihan yang keempat (yang sebenarnya itulah satu- satunya pilihan yang baik) yaitu menikah.
1. Kamu bisa saja menenggelamkan dirimu dalam syahwat dengan membaca cerita-cerita panas, menonton film-film porno, dan melihat gambar- gambar telanjang di setiap waktumu. Dan kamu tidak akan berhenti sampai kamu menjadi gila.
2. Atau kamu bisa melampiaskannya dengan melakukan masturbasi. Walaupun ini adalah madharat yang paling ringan, tapi jika telah melebihi batas jiwa pun akan terganggu dan fisik menjadi rusak. Pemuda tetapi terlihat tua, tampang lusuh, merasa takut bertemu dengan orang-orang, dan lari dari kehidupan.
3. Atau tenggelam dalam kenikmatan yang diharamkan dengan mendatangi tempat-tempat terlarang. Dengan membuang teman, masa muda, masa depan, dan agama demi kelezatan sesaat. Akhirnya sia-sia semuanya, pekerjaanmu yang telah susah payah kamu dapatkan, ilmu yang selama ini kamu cari, sampai tidak tersisa lagi kekuatanmu untuk bekerja.
Dan jangan kamu kira setelah itu kamu akan merasa puas. Tidak sama sekali, satu kali kamu lakukan, maka terus akan ketagihan. Seperti orang yang meminum air laut, setiap kali diminum semakin bertambah hausnya. Ketika kamu sudah mencoba ratusan perempuan, lalu ada perempuan baru yang kamu lihat dan belum kamu dapatkan, maka kamu akan tergila-gila mengejarnya untuk mendapatkannya. Kamu merasa sakit sekali ketika kehilangannya, seperti orang yang belum pernah bertemu perempuan sebelumnya.
Mungkin dengan uang dan kedudukan yang kamu miliki, kamu bisa memperoleh perempuan yang kamu inginkan, tetapi apakah tubuhmu bisa terus kuat, dapat terus sehat, dan bisa terus bertahan mengikuti syahwat yang terus menggebu? Tidak sedikit laki-laki yang kuat dan berprestasi dalam berbagai bidang olahraga, namun ketika mereka mengikuti hawa nafsu, mereka menjadi lemah dan loyo.
DiantarahikmahAllahyangmenakjubkan adalah, Dia jadikan bersama akhlak yang baik pahalanya berupa kesehatan dan semangat. Dia juga jadikan bersama akhlak yang buruk hukumannya berupa kerusakan dan penyakit. Tidak jarang laki-laki yang berusia 30 tahun namun tampak seperti 60 tahun, sedangkan sebaliknya ada yang sudah berusia 60 tahun namun tampak seperti yang masih muda, seusia 30 tahun.
Ada pepatah Prancis yang sesuai dengan kenyataan ini yang mengatakan, ‘Siapa yang menjaga masa mudanya, maka masa tuanya pasti menjaga dirinya.’
Seolah aku mendengarmu berkata, 'Ini adalah penyakit, lalu apakah obatnya?’
Obatnya adalah kembali kepada sunnatullah dan tabiat segala hal yang telah Allah tetapkan. Allah tidak akan mengharamkan sesuatu kecuali telah Dia berikan gantinya yang halal. Allah mengharamkan riba dan menghalalkan jual beli. Dia haramkan zina dan halalkan pernikahan. Maka obatnya adalah menikah.
Adapun jika tidak mampu menikah, tidak ada jalan lain kecuali menahan diri dan meningkatkan keimanan. Saya tidak ingin mempersulit pembahasan ini, yang sebelumnya sudah dibahas dengan jelas, dengan istilah-istilah psikologi. Oleh karena itu, saya akan langsung memberi contoh.
Bukankah kamu sering melihat satu teko teh yang dididihkan di atas api? Kamu lihat asapnya/uapnya, jika kamu menahan asapnya supaya tidak keluar, maka teko itu bisa meledak karena uap panasnya yang tertahan. Tapi jika kamu biarkan tak terkendali, airnya akan meluap ketika mendidih dan membuat tekonya hangus terbakar karena apinya membesar. Dan jika kamu dapat mengendalikannya, sehingga jadilah cara kerja mesin uap yang dengan mesin itu kamu bisa menjalankan sebuah pabrik, menjalankan lokomotif, dan pekerjaan berat lainnya.
Maka, keadaan yang pertama adalah orang yang mengekang dirinya terhadap gejolak syahwatnya. Kedua, orang yang mengikuti syahwatnya dengan jalan yang haram. Dan ketiga adalah keadaan orang yang mengendalikan diri (menjaga kesucian dirinya).
Maksud dari meningkatkan pengendalian diri yaitu berusaha sekuat tenaga, baik jiwanya, akalnya, hati, dan jasadnya untuk mengendalikan kekuatan yang tersimpan tersebut dengan berlindung kepada Allah, tenggelam dalam ibadah, atau menghabiskan waktu dengan bekerja, melakukan penelitian, menyalurkan hobi dalam seni, meluapkan gejolak jiwa dengan kata-kata dalam puisi atau dengan warna-warna cat di kanvas, atau men/alurkan kekuatan yang tersimpan itu dengan kegiatan fisik dalam bentuk olahraga, konsentrasi dengan pendidikan keagamaan, dan lainnya.
Wahai anakku, jika manusia telah mencintai dirinya, ia tidak akan mendahulukan orang lain. Saat ia bercermin melihat tubuhnya yang kekar dan ototnya yang kuat membentuk tubuh atletis, ia pasti akan lebih menyukai tubuhnya daripada tubuh perempuan. Ia pasti tidak akar; mau mengorbankan tubuhnya yang bagus itu, membuang kekuatannya, hanya demi melampiaskan syahwatnya terhadap perempuan (yang tidak halal).
Inilah obatnya. Menikah adalah solusi yang sempurna. Namun jika tidak mampu, meningkatkan pengendalian diri dan menyalurkannya pada kegiatan yang positif adalah ‘obat pereda rasa sakit’ sementara. Meski demikian, ini adalah obat penghilang rasa sakit yang efektif dan tida < memiliki efek samping.
Sedangkan mereka yang keliru dalam berpikir, menganggap bahwa solusi masalah di atas adalah dengan membiasakan pembauran antara laki- laki dan perempuan, sehingga karena terbiasa berbaur syahwat pun menjadi menurun dan juga membuka ‘tempat umum’ (pelacuran) untuk melampiaskan syahwat dengan para pelacur terselubung. Itu semua adalah omong kosong. Orang- orang nonmuslim telah mencoba cara- cara itu, namun semua itu justru malah meningkatkan syahwat dan kerusakan. Jika kita mengakui cara seperti itu, membuka lokalisasi yang menjadi tempat transaksi pelacuran, berarti kita harus menyediakan puluhan ribu pelacur, karena di Kairo saja saat ini jumlah pemudanya sudah mencapai ratusan ribu.
Jika kita membolehkan para pemuda kita untuk berkencan dengan para pelacur, maka mereka tidak akan lagi menganggap perlunya menikah. Lalu apa yang harus kita lakukan dengan para gadis? Apakah kita juga harus membuka lokalisasi pelacuran untuk mereka agar dikencani para laki- laki? Demi Allah, ini semua omong kosong, wahai anakku.
Mereka berkata bukan atas dasar nalar/akal mereka, tetapi berdasar kepada nafsu. Mereka tidak menginginkan perbaikan akhlak. Apa yang mereka lakukan bukanlah memajukan perempuan, bukan untuk menyebarkan semangat sportivitas, apalagi kehidupan yang universal. Semua itu hanya permainan kata belaka yang biasa mereka buat istilah baru setiap harinya, untuk mengelabui orang-orang dan menyebarkan dakwah mereka. Yang mereka inginkan adalah agar anak-anak perempuan kita dan saudara- saudara perempuan kita keluar kepada mereka, sehingga mereka dapat menikmati melihat tubuh mereka yang seharusnya tertutup. Mereka bisa mendapatkan yang halal sekaligus yang haram dari diri para perempuan kita. Mereka bisa menemani kaum perempuan kita saat di perjalanan, mengajaknya menari di pesta-pesta. Dan keadaan itu telah membuat sebagian orang tua tertipu. Mereka menggadaikan harga dirinya hanya demi dikatakan modern dan berperadaban.
Wahai ' anakku, hendaklah kamu menikah walaupun kamu masih duduk di bangku kuliah. Namun jika kamu tidak mampu, jagalah dirimu dengan takut kepada Allah, tenggelam dalam ibadah dan sibuk dengan studi, seni, serta olahraga. Karena itu semua adalah obat yang muiarab.
Wahai pemuda pemudi, inilah satu- sati inya solusi untuk menyelesaikan masalah seks kalian. Janganlah kalian dengarkan ajakan-ajakan yang mengaku kemajuan yang sebenarnya adalah kemungkaran yang mereka hias. Dosa yang mereka perindah dengan mengatakan bahwa solusi masalah seks adalah mendidik hasrat dengan membaurkan antaralaki-lakidanperempuan sedari kecil atau melampiaskannya dengan cara apapun (termasuk yang haram). Mereka inilah yang berbicara serampangan dengan hal yang tidak mereka pahami. Mereka membual dengan sesuatu yang tidak mereka mengerti. Mereka ini tidak lain adalah para kaki tangan Yahudi dan salibis, serta konspirasi freemasomy dan komunis, baik mereka sadari maupun tidak. Untuk menarik para pemuda dan pemudi di dalam masyarakat Islam menuju eksistensialisme yang nista dan hedonisme yang hina. Tahukan kalian mengapa?
Untuk memalingkan para pemuda Islam dari jihad memerangi ketidakadilan, supaya mereka menuruti hukum thaghut dan mereka yang diktator, menerima pemerintahan setiap mereka yang menentang Tuhan, supaya generasi Islam menjadi terpecah belah sampai potongan- potongan kecil yang mudah untuk dikendalikan. Maka dari itu, waspadailah slogan-slogan bohong mereka, jagalah diri kalian dengan kesabaran, ikatlah hati kalian dengan Allah, dan hadapkanlah kepala kalian dengan kemuliaan Islam. Tolaklah semua ajakan kaum hedonis itu dan dengarkanlah firman Allah ini:
"...Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan mayoritas (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus." (QS. Al-Ma’idah [5]: 77)
7. Bolehkah Menjelaskan Seks Secara Terang-terangan Kepada Anak?
Banyak orang tua yang bertanya, bolenkan pendidik menerangkan dengan terang-terangan kepada anak tentang segala hal yang berkaitan dengan ciri- ciri pubertas dan usia balig? Bolehkan menerangkan kepada anak tentang alat reproduksi dan fungsi-fungsinya, tentang kehamilan, melahirkan, dan cara- caranya? Bolehkah menerangkan kepada anak tentang cara melakukan hubungan seks ketika ia sudah memasuki ambang pernikahan?
Namun mereka tidak mendapatkan jawabannya, mereka masih bingung di antara boleh dan tidak. Sedangkan yang tampakdari dalil-dalil syar'iyangnanti akan kam paparkan, adalah bolehnya pendidik menielaskan secara gamblang kepada anak laki-laki atau perempuannya tentang perkara-perkara yang berhubungan dengan seks dan hasratnya yang alami. Bahkan, terkadang penjelasan yang terang- terangan itu diwajibkan ketika berkaitan dengan hukum syar'i sebagaimana yang akan dijelaskan berikut.
Berikut ini dalil-dalil yang dimaksud:
a. Banyak ayat yang menceritakan tentang hubungan seks, penciptaan manusia, dan perbuatan keji (zina):
"Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri- istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-Mukminun [23]: 5-7)
"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu..." (QS. Al-Baqarah [2]: 187)
"Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, 'Haid itu adalah suatu kotoran.' Oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu...." (QS. Al-Baqarah [2]: 222)
"Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki..." [QS. Al-Baqarah [2]: 223)
"jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu..." [QS. Al- Baqarah [2]: 237)
"Dan sesungguhnya Kami telah men- ciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)"{QS. Al-Mukminun [23]: 13)
"Sesungguhnya Kami telah mencipta- kan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat." (QS. Al-Insan [76]: 2)
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya
adalah tiga puluh bulan....'' (QS. Al- Ahqaf [46]: 15)
"Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra’ [17]: 32]
"Laki-lakiyang berzina tidak menikahi melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik. Dan perempuan yang berzina tidak dinikahi melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang- orang yang mukmin."{QS. An-Nur [24]:3]
"Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya), (ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"
' Sesung-guhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas." (Al-A'raf [7]: 80-81]
Ayat-ayat Al-Qur'an di atas dengan jelas membicarakan tentang orang yang dapat menjaga kemaluannya dan tidak. Ada juga ayat yang menjelaskan tentang berhubungan suami istri pada malam bulan Ramadhan, tentang haid dan menjauhi istri saat haid, tentang tempat yang menjadi tempat keluarnya anak, tentang menceraikan istri sebelum digauli, tentang nutfah dan perkembangannya di dalam rahim perempuan, tentang penciptaan manusia dari campuran dua macam nutfah, sperma laki-laki dan sel telur perempuan, tentang dikandungnya anak dalam perut ibu dan lama masa menyusui, tentang zina dan keadaannya yang termasuk perbuatan keji, tentang laki-laki yang melampiaskan syahwatnya bukan kepada istrinya, serta perkara lainnya yang berhubungan dengan seks dan hasratnya.
Bagaimana mungkin anak yang sudah memasuki usia masa kanak-kanakakhir dan sudah dapat berpikir ini dapat memahami tafsir ayat-ayat tersebut jika tidak dijelaskan dengan gamblang oleh gurunya atau pendidiknya tentang hakikat semua hal tersebut dan maksud-maksudnya?
Seorang yang berakal tidak akan mengatakan, "Setiap pendidik atau guru harus mengartikan ayat-ayat tersebut dengan tidak vulgar, atau lewat saja dengan penuh penghormatan tanpa dijelaskan makna atau tafsir yang terkandung di dalamnya.” Cara seperti itu sama sekali
tidak benar dan bertentangan dengan kaidah pendidikan Islam yang orisinal, selain berseberangan dengan dakwah AI-Qur'an untuk memahami dan mentadabbur-i makna yang terkandung di dalamnya. Allah berfirman:
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mem-perhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran bagi orang-orang yang berpikir."(QS. Shad [38]: 29)
Bahkan, kita mendapatkan Al-Qur’an mengingkari orang yang hanya membaca Al-Qur’an saja tanpa men-tadabbur-i ayat-ayatnya. Al-Qur’an menganggap orang yang seperti itu sebagai orang yang kosong ruhnya, tertutup hatinya, dan keras jiwanya.
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Ai-Qur'an atau hati mereka terkunci?" (QS. Muhammad [47]: 24)
Dari sini kita dapat mengetahui bahwa Al Qur’an meliputi juga sejumlah wawasan yang berkaitan dengan seks yang tidak apa- apa untuk diungkapkan dan dijelaskan ciri-
cirinya. Wawasan ini harus dipahami oleh semua orang, yang kecil dan dewasa, yang masih muda maupun tua, dan perempuan juga laki-laki.
Adapun manfaat yang bisa didapatkan dari wawasan tersebut adalah:
O Seorang muslim mengetahui apa yang halal dan haram baginya, mengenal apa yang boleh dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan ketika ia ingin menyalurkan hasrat dan syahwatnya yang natural.
O Menambah sikap qana’ah dan keimanan kepada Allah Yang Maha Pencipta, ketika membaca ayat-ayat yang membahas tentang penciptaan manusia, pembentukannya, dan fase-fase yang dilaluinya di dalam rahim ibunya, mulai dari . nutfah (sperma laki-laki dan sel telur perempuan), menjadi 'alaqah (zygot), segumpal daging, sampai menjadi manusia yang sempurna bentuknya
O Membuat keimanan seseorang h,>> demi hari menjadi lebih kuat dan lebih yakin terhadap kebenaran Islam dan kekekalan prinsip-prinsipnya yang menyeluruh. Bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang dapat memenuhi kebutuhan jiwa manusia dan menyertai fase-fase perkembangan peradabannya, sampai Allah mengambil alih bumi ini dan seisinya (kiamat).
b. Argumen kuat yang menunjukkan bahwa menjelaskan secara gamblang tentang perkara-perkara yang berkaitan dengan seks adalah hal yang penting untuk anak, yaitu bahwa
mengajarkan anak saat memasuki usia masa kanak-kanak akhir mengenai hukum-hukum yang berkaitan dengan usia balig dan ciri-ciri pubertas adalah sangat penting. Sehingga ketika tampak pada dirinya ciri-ciri tersebut, ia sudah tahu apa yang wajib ia lakukan dan apa yang wajib ia tinggalkan. Bahkan, ia pun mengetahui apa yang halal dan haram (yang berkaitan dengan pubertas).
Kami telah menjelaskan permasalahan tersebut sebelumnya dengan judul Mengajarkan anak hukum-hukum yang berkaitan dengan pubertas dan usia balig. Silakan Anda rujuk kembali agar mendapatkan penjelasan yang lebih memuaskan.
c. Pentingnya mengajarkan anak ketika ia berusia balig dan memasuki ambang pernikahan, tentang prinsip-prinsip (Islam) hubungan seks dan etika- etika dalam menyalurkan hasrat alamiahnya.
Kami juga sudah menjelaskan mengenai permasalahan ini dalam pembahasan Pernikahan dan Hubungan Seks. Silakan Anda rujuK kembali untuk mendapatkan pen-jelasan yang lengkap.
Itulah argumen-argumen mengenai bolehnya menjelaskan secara gamblang kepada anak saat ia sudah berusia remaja, tentang perkara-perkara yang berhubungan dengan sei<s dan masalah-masalah yang berhubungan dengan hasrat alaminya itu. Setelah penjelasan ini, hendaknya para pendidik melaksanakan kewajibannya dalam memberikan kesadaran mengenai seks kepada anak-anaknya. Karena, syariat telah memberikan Anda tanggung jawab untuk menjelaskan perkara-perkara tersebut kepada anak sehingga mereka tidak terjatuh ke jurang kebodohan, perbuatan dosa, dan kerusakan.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengingatkan Anda tentang dua hal penting:
a. Sesuaikan pengajaran dan informasi yang Anda berikan kepada anak dengan fase usianya. Tentu tidak masuk akal mengajarkan hubungan seks kepada anakyangmasih berusia 10 tahun. Tetapi juga jangan sampai lupa mengajarkan anak seusia itu tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan pubertas dan usia balig.
b. Sebaiknya anak perempuan diajarkan dan diawasi oleh ibunya tentang perkara-perkara yang berkaitan dengan seks. Sebab, anak perempuan lebih tepat dan lebih sesuai mengambil pelajaran dari ibunya. Sedangkan ketika tidak ada ibu, maka fungsinya bisa digantikan oleh pendidik perempuan yang lain yang bisa menggantikan peran ibu.
Demikianlah garis-garis besar yang telah diletakkan Islam mengenai pendidikan seks untuk anak dan aturan untuk mengendalikan hasratnya. Alangkah perlunya para ahli pendidikan untuk menjadikan Islam sebagai manhaj dalam pendidikan dan berjalan di atas petunjuk AI-Qur’an dalam mengendalikan hasrat seks pada diri manusia yang bersifat natural. Agar kita mendapatkan anak- anak generasi Islam yang memiliki kepribadian yang utuh, akhlak yang baik, serta terlepas dari penyakit-penyakit jiwa dan kerusakan sosial. Sehingga dengan oegitu, mereka dapat bangkit mengemban tugas, menjalankan tanggung jawab, serta meninggikan panji tauhid dan syiar Islam.
Dan saya ingin memahamkan kepada mereka yang memiliki akal bahwa Islam yang agung ini ketika memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi manusia dan penyakit-penyakit yang menjangkit di tubuh masyarakat, adalah solusi yang meliputi setiap sisi dan aspek yang ada. Karena, Islam adalah syariat Allah yang kekal yang Allah turunkan untuk memberi petunjuk, pemberi kabar gembira, dan peringatan untuk seluruh alam. Siapa saja yang berhukum dengan hukum Islam, pasti adil. Siapa yang mengambil Islam sebagai petunjuk, pasti ia bahagia. Dan siapa yang mengajak kepada Islam, ia telah mendapatkan petunjuk ke jalan yang benar.
Dunia ini tidak bisa diselamatkan dari kekacauan yang disebabkan gejolak syahwat dan dekadensi moral, kecuali dengan menggunakan pandangan seks yang telah digariskan Islam agar semua diletakkan pada tempatnya, dan memberikan kehidupan yang seimbang bagi manusia yang benar-benar mewujudkan arti kemanusiaan yang sesungguhnya dan memenuhi kebutuhan manusia secara paripurna.
Semoga kaum muslimin memamahi agama mereka dan hidup di bawah aturannya dengan aman dan tenteram. Agar mereka bisa mendapatkan kembali kedudukannya di tengah-tengah umat manusia di dunia ini dan mendapatkan kembali kemuliaannya di bawah matahari. Hal itu sama sekali tidak sulit untuk Allah.
Selanjutnya, apakah Anda telah mengetahui sejauh mana tanggung jawab besar yang harus dipikul di pundak Anda? Sudahkah Anda tahu bahwa tanggung jawab pendidikan keimanan adalah inti yang paling mendasar yang harus benar- benar mendapatkan perhatian penuh?
Sudahkah Anda mengenal bahwa tanggung jawab pendidikan akhlak adalah salah satu tanggung jawab penting yang benar-benar harus Anda perhatikan? Sudahkah Anda semua mengetahui bahwa tanggung jawab pendidikan jasmani adalah salah satu sarana membangun kekuatan yang harus menjadi perhatian Anda? Apakah Anda sudah tahu bahwa tanggung jawab pendidikan intelektual adalah salah satu inti dari kejayaan dan peradaban umat dan tanah air Anda?
Apakah Anda tahu bahwa tanggung jawab pendidikan mental adalah faktor yang membantu kematangan dan keseimbangan dalam mempersiapkan anak-anak Anda? Sudahkah Anda mengetahui bahwa tanggung jawab pendidikan sosial adalah di antara tanggung jawab yang paling penting yang harus selalu dicamkan dalam hati?
Apakah Anda sudah mengenal bahwa tanggung jawab pendidikan seks adalah perkara penting yang harus menjadi perhatian serius bagi mereka yang memiliki tanggung jawab pendidikan?
Jika Anda sudah mengetahui semua, hal di atas, maka mulailah Anda berlari
di lintasan dengan mengemban tanggung jawab yang sedang Anda pikul. Sehingga Anda sendiri bisa melihat buah hati Anda menjadi seperti malaikat yang suci, seperti para shahabat Nabi yang bertekad kuat, seperti singa gagah berani, dan seperti bulan purnama dengan cahayanya yang putih bersih. Melalui usaha dan tanggung jawab yang Anda emban tersebut, terwujudlah kebaikan untuk umat, keshalehan untuk anak-anak Anda, dan pendidikan ideal untuk keturunan dan generasi penerus Anda kelak.
Lantas, tahukan Andabagaimanasemua itu bisa terwujud? Dan bagaimana semua itu bisa mencapai puncak pendidikan yang mulia? Sejauh pengetahuan saya, semua itu bisa terwujud dengan dua perkara penting, yaitu:
a. Pengawasan dan perhatian
Melalui pengawasan dan perhatian, anak akan terdidik keimanannya, terbentuk akhlaknya, fisiknya menjadi terlatih, pikirannya menjadi matang, serta mental dan sosialnya menjadi sempurna. Dengan pengawasan dan perhatian, anak akan selamat dari pengaruh teman-teman yang buruk, ikhtlath yang merusak, dan selamat dari hal-hal yang menyimpang.
Dengan pengawasan dan perhatian, anak akan terlepas dari setiap faktor-faktor yang mengarah kepada penyimpangan, terjauh dari keinginan untuk menonton film di bioskop dan televisi yang mempertontonkan adegan-adegan yang telanjang, dari cerita-cerita panas, selamat dari membaca majalah-majalah porno, cerita- cerita seks yang merenggut kemuliaan dan mencela akhlak Islam yang luhur.
Dengan pengawasan dan perhatian, anak akan sampai kepar'r puncak pendidikan Islam yang muha menjadi sempurna ruh, akal, akhlak dar pengetahuannya. Kepada yang lain bisa menjadi teladan dan contoh yang baik dar. segi akhlak dan pergaulannya.
b. Memanfaatkan waktu luang
Memanfaatkan waktu luang ini terpusa: pada usaha dalam mengarahkan potensi kesempatan yang ada ketika pendidik pulang ke rumahnya, duduk bersama keluarga dan anak-anaknya. Pada waktu luang tersebut, pendidik harus membuat program yang cocok untuk mendidik anak baik dari segi pengetahuannya, akidahnya maupun akhlaknya.
Alangkah baiknya seorang ayah, atau seorang ibu ketika dapat menghabiskan waktu luang mereka di sore hari bersama anak-anaknya. Membuat kegiatan yang bertujuan mendidikanak-anaknya. Bahkan, alangkah besar pahala orang tua di sisi Allah ketika dapat duduk bersama anak- anaknya untuk mendengarkan pelajaran yang mereka hafalkan, atau memahamkan kepada anak-anaknya permasalahan atau pekerjaan rumah yang sedang mereka kerjakan. Atau mungkin menyaksikan kisah yang sedang mereka pelajari, menerangkan tentang akhlak yang terpuji, membaguskan bacaan Al-Qur’an mereka, atau bermain yang mendidik tetapi menyenangkan.
Melalui cara seperti ini-demi Allah- dapat mewujudkan semua kebaikan untuk anak, selain dapat membentuk akhlak anak Bahkan dapat menjadikannya manusia yang utuh, orang yang bijaksana, dan seorang muslim yang memiliki keutamaan. Dan ini sebenarnya merupakan metode pendidikan yang ideal untuk mempersiapkan anak dalam menghadapi kehidupan, menguatkannya untuk dapat menjadi bagian dari bangunan masyarakat yang baik, dan selanjutnya membentuk generasi yang shalih dan beriman. Tidak sedikit orang tua atau pendidik yang zalim terhadap anaknya, melalaikan haknya, membunuh potensinya, ketika mereka menghabiskan waktu luangnya dengan begadang bersama kolega- koleganya, ngobrol di cafe, atau nongkrong bersama teman-temanya yang tidak baik.
Padahal siapa lagi yang memiliki tanggung jawab mendidik anak dari segi keimanan dan akidah yang benar dan kuat selain ibu dan ayahnya? Siapa yang harus memperhatikan pendidikan akhlak anak selain orang tua? Siapa yang harus bertanggung jawab mendidik anak agar memiliki pikiran yang lurus dan fisik yang kuat kalau bukan ayah dan ibunya? Siapa yang harus mendidik anak untuk memperoleh pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat, selain orang tuanya? Siapakah yang mesti bertanggung jawab terhadap pendidikan mental anak, kalau bukan orang tuanya? Siapa lagi yang harus mendidik anak agar memperhatikan hak-hak orang lain dan berpegang pada norma-norma masyarakat, selain ayah dan ibunya? Siapakah yang mendidik anak dengan berbagai macam pendidikan tersebut dan menanamkan pada diri anak berbagai jenis kebaikan, jika ayahnya lalai dan ibunya tidak perhatian?
Semoga Allah merahmati Syauqi yang telah mengatakan:
Bukanlah anak yatim itu seorang anak yang kedua orang tuanya telah pergi Dari kesusahan hidup dan meninggalkannya dalam keadaan hina Sesungguhnya anak yatim itu adalah anak yang mendapatkan Berupa seorang ibu yang mengabaikannya atau seorang ayah yang sibuk.
Kedua orang tua adalah orang yang bertanggung jawab utama dalam mempersiapkan keimanan dan akhlak anak, membentuk kematangan berpikirnya, dan keseimbangan mentalnya. Selain mengarahkannya agar dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat. Sungguh benar sabda Rasulullah Saw:
"Laki-laki itu bertanggung jawab mengenai keluarganya dan ia akan ditanyai tentang tanggung jawabnya itu. Perempuan bertanggung jawab mengenai rumah suaminya dan ia akan ditanyai tentang tanggung jawabnya itu." [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Rasulullah Saw bersabda:
"Sesungguhnya Allah akan menanyakan setiap pemimpin atas tanggung jawab yang diberikan kepadanya, apakah ia menjaganya atau menyia- nyiakannya." (HR. Ibnu Hibban)
Beliau juga bersabda:
"Tidak ada pemberian yang paling baik dari seorang ayah kepada anaknya daripada pendidikan yang baik." (HR. At-Tirmidzi)
Maka tidak ada kewajiban yang harus dilakukan orang tua melainkan menyadari tanggung jawab mereka dengan sebaik- baiknya, memanfaatkan waktu luang mereka untuk bangkit melakukan semua kewajiban dan menjalankan semua tar ggung jawabnya.
Mereka harus mengetahui semua targgung jawabnya sebagai pendidik, baik sec ara global maupun rinci-sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya-yang bisa mengakibatkan hukuman bagi yang tidak menjaganya di hadapan Allah pada hari yang sudah tidak bermanfaat lagi pa ianya harta maupun anak kecuali yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.
Hendaknya setiap orang tua selalu teringat firman Allah Swt ini:
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (QS. At-Tahrim [66]: 6)
Sudah bisa dipastikan jika semua orang tua mengingat ayat tersebut, mereka pasti langsung menyadari bahwa diri mereka sedang dan selalu diawasi Allah. Maka perasaan tersebut dapat menjadi pendorong mereka untuk lebih perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya. Ingatlah, hendaknya para pendidik mengetahui kewajiban mereka dan memanfaatkan waktu luang mereka untuk mendidik anak-anaknya.
Mereka harus tahu bahwa waktu itu seperti pedang, jika mereka tidak bisa memotongnya, maka waktu itu yang akan memotong mereka. Padahal kewajiban itu lebih banyak dari waktu yang tersedia, umur yang mereka miliki lebih cepat berlalu. Maka jika mereka tidak mampu mengemban amanah yang sudah ada di pundak mereka itu dengan semestinya, lalu tiba-tiba mereka dijemput kematian, maka siksaan yang akan menunggu. Mahabenar Allah yang berfirman:
"Dan kembalilah kamu kepada Rabbrnu, dan berserah dirilah kepada- Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong [lagi) Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Rabbrnu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya(QS. Az- Zumar [39]: 54-55)
Terai hir, saya ingin menunjukkan kepada semua pendidik dengan perbedaan tingkatan mereka dan tanggung jawabnya, terutama para ayah dan ibu, bahwa metode-metode yang telah saya jelaskan di dalam pendidikan-terutama pendidikan sosial-cocok untuk diterapkan pada orang dewasa dan anak kecil, yang masih muda maupun yang sudah tua, laki- laki ataupun perempuan.
Bersemangatlah wahai para pendidik, untuk berpegang teguh terhadap manhaj Islam dalam pendidikan untuk diri Anda sendiri dahulu sebelum diterapkan dan diajarkan kepada anak-anak, agar Anda memberikan teladan yang baik untuk mereka tentang pendidikan dan tanggung jawab yang sebenarnya. Baru selanjutnya Anda curahkan usaha Anda untuk mengajarkannya kepada anak-anak, sehingga mereka tumbuh besar dengan akidah yang benar, dengan Islam yang paripurna, dan akhlak yang mulia. Dengan demikian, Anda telah menyiapkan mereka untuk mengarungi samudra kehidupan, mengemban beratnya tanggung jawab dengan hati yang selalu beriman, dan jiwa yang selalu sabar, ruh yang bersih lagi suci, akal pikiran yang matang, dan fisik yang sehat serta kuat.
Berusahalah dengan sungguh-sungguh dan jalanilah semua dengan berkah Allah, maka Allah pasti akan memberikan untuk Anda generasi penerus yang menjadi berkah untuk Anda atas usaha dan amal yang telah Anda lakukan. Allah juga akan memberikan Anda pahala berupa kebaikan dan menyimpankan untuk Anda ganjaran di hari kiamat kelak. Allah Swt berfirman:
"Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah] yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepadamu apayang telah kamu kerjakan’.” (QS. At- Taubah [9]: 105)
Dan akhir doa kami, alhamdulillahi rabbil 'alamin.
Semua sepakat bahwa harta bisa menjadi sumber kebahagiaan. Di saat seseorang memiliki keluasan harta, hal itu dapat membantunya untuk menyelesaikan masalah dan kesulitan, serta menyampaikannya kepada keinginannya.
Tidak jarang kita menemukan seseorang yang berilmu dan berakhlak mulia, berada di lingkungan masyarakat yang congkak, yang menganggap harta adalah segalanya, maka ia tidak akan dianggap dan dipandang sebelah mata karena keadaannya yang miskin. Walaupun ia seorang imam di Al-Haramain (dua masjid suci) dan yang berilmu di antara dua alam (jin dan manusia)
Maka dari itu, sebagaimana yang sudah kita saksikan bersama bahwa harta adalah alat dan sarana asasi untuk bisa menyampaikan kepada keinginan. Namun, itu adalah anggapan yang dipegang oleh mereka yang masih jahil. Lantas, apa yang harus dilakukan pemuda ketika mereka ingin menikah, sedangkan mereka tidak punya cukup harta dan tidak ada yang menanggung atau membantu mereka?
Mereka ingin menjaga diri dengan menikah, tapi sayangnya mereka tidak menemukan cara untuk mencapainya. Banyak masalah yang menghalangi tujuan mereka yang mulia ini. Padahal mereka ingin menjalankan seruan Rasulullah
0. yang mengajak para pemuda untuk menikah, jika demikian, apa yang harus dilakukan para pemuda untuk menjaga diri dan mengekang syahwat mereka yang menyala-nyala?
Caranya adalah mengikuti apa yang telah diserukan oleh Al-Qur’an untuk bisa menahan diri. Karena, itu adalah satu- satunya cara untuk menjaga kebaikan diri mereka, menjaga kemaluan mereka, dan bisa mengekang nafsu amarah mereka yang selalu mendorong kepada kejelekan. Allah berfirman:
"Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian (dirijnya, sehingga Allah memampukan
mereka dengan karunia-Nya... "(QS. An- Nur [24]: 33)
Ajakan Al-Qur’an untuk menahan diri :ni merupakan pendidikan keji-waan/ nental yang mulia, yang dapat menguatkan <einginan dan tekad yang baik di dalam >iati, sehingga membuat manusia menjadi oak malaikat, selain menjadikannya selalu merasa tenang. Lalu apakah manhaj yang telah diletakkan Islam agar para pemuda dapat mencapai puncak 'iffah (menjaga kesucian diri)?
Sebenarnya kami telah menunjukkan pokok-pokok manhaj untuk menanggulangi fenomena masturbasi, pada pasal ketiga dari buku ini. Maka dari itu, pada pembahasan ini saya hanya akan menunjukkan secara ringkas pokok-pokok manhaj tersebut, ditambah beberapa hal yang baru untuk melengkapinya. Berikut ini pokok-pokok manhaj tersebut:
1. Menikah dini
2. Melakukan puasa sunah secara rutin
3. Menjauhi hal-hal yang merangsang nafsu seksual
4. Mengisi waktu luang dengan hal yang bermanfaat
5. Berteman dengan teman yang baik
6. Mencari informasi yang berkaitan dengan kesehatan
7. Memunculkan rasa takut yang kuat kepada Allah
Sedangkan tambahan barunya ada dua poin. Pertama, menundukkan pandangan dari yang diharamkan. Kedua, memperkuat kesadaran beragama.
a. Menundukkan pandangan dari yang diharamkan
Sudah diyakini bersama bahwa melihat perempuan yang bukan mahram merupakan salah satu dari anak panah iblis. Maka dari itu, siapa yang dapat meninggalkannya karena takut kepada Allah, Dia pasti akan menggantikannya dengan keimanan sehingga ia dapat merasakan manis-nya di dalam hati.
Sudahdipastikanbahwaterus-menerus melihat, baik kepada perempuan maupun laki-laki dapat memancing ketertarikan. Dari ketertarikan mendorong timbulnya senyuman, dari senyuman diikuti sapaan, dari sapaan terus kepada obrolan, sampai membuat janji untuk bertemu. Pada pertemuan tersebut tidak mustahil dapat mengarah kepada hal yang tidak baik.
Pandangan yangpenuhsyahwatkepada perempuan yang bukan mahram begitu berbahaya, karena dapat menghilangkan akal sehat, melalaikan dari kewajiban, dan parahnya dapat mengakibatkan perilaku menyimpang pada diri umat. Para pemuda menjadi senangbersantai-santai menjalani hidup tanpa tujuan. Mereka menjadi lebih berbahaya terhadap keamanan dan lebih berbahaya terhadap akhlak yang mulia.
Oleh karena itulah, Al-Qur’an memerintahkan kaum mukminin dan mukminat agar mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka. Allah berfirman:
"Katakanlah kepada laki-laki yang beiiman, 'Hendaklah mereka menahan pandanganya dan memelihara kemaluannya,yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.' Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan kemaluannya...’." (QS. An-Nur [24]: 30- 31!
Maka satu-satunya solusi untuk dapat mencapai puncak 'iffah adalah menundukkan pandangan dari yang haram untuk dilihat.
b. Memperkuat kesadaran beragama
Dalam beberapa pembahasan dalam buku ini, sudah berulang kali saya ulang mengenai cara-cara dan sarana-sarana untuk menanamkan akidah yang benar dalam diri anak. Begitu juga tentang fase- fase yang bertahap untuk menguatkan pendidikan keimanan pada diri anak. Sehingga ketika anak telah mencapai usia remaja, masa balig, dan pemuda, keshalihannya bisa terjaga dan akhlaknya semakin baik. Seolah ia seperti malaikat yang berjalan di muka bumi dan seperti seorang ahli ibadah yang berjalan di tengah orang-orang.
Telah kita ketahui bahwa mengika: anak dengan akidah yang benar dan mendidiknya untuk selalu merasa diawasi Allah, baik ketika sendirian maupun bersama orang lain, mendatangi majelis- majelis ilmu dan dzikir, selalu melakukan shalat wajib dan menjaga shalat sunnah, tidak pernah terlewat membaca Al-Qur’an, melakukan tahajjud pada malam hari saat orang-orang terlelap tidur, selalu melakukan puasa sunnah, mendengarkan kisah-kisah para shahabat dan salafus shalih, selalu mengingat mati dan alam setelahnya, berteman dengan teman- teman yang baik dan bergabung dengan kelompok yang mukmin.
Jika semua itu dilakukan oleh seorang pemuda, maka kesadaran beragamanya akan semakin kuat, la akan terjauh dari hal-hal yang dapat merusak dirinya dan berhasil mencapai puncak 'iffah. Berikut ini dua contoh dari sifat 'iffah untuk diteladani:
Pertama, Yusuf seorang pemuda gagah dan tampan. Ia diajak oleh seorang perempuan yang memiliki kedudukan dan cantik jelita. Pada saat itu, pintu-pintu sudah terkunci rapat dan kesempatan pun sudah sangat mudah, sebagaimana yang dikisahkan Al-Qur’an:
“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan ia menutup pintu- pintu, seraya berkata, 'Marilah ke sini'." [QS. Yusuf [12]: 23)
Bagaimana sikapnya menghadapi godaan tersebut dan ujian yang sudah mencuri pandangan? Apakah ia menyerah terhadap ajakan itu dan mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan kepadanya? Tentu tidak, ia berkata:
"...Yusuf berkata, 'Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.’ Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung." (QS. Yusuf [12]: 23)
Istri AI-'Aziz berusaha untuk memperdayanya dengan segala godaan dan ancaman. Ia juga mengumumkan hal itu kepada para istri pejabat.
"...Dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku), tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak menaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina." [QS. Yusuf [12]: 32)
Akan tetapi, Yusuf menyerahkan semuanya kepada Allah. Ia meminta kepada-Nya pertolongan dan penjagaan:
"Yusuf berkata, 'Wahai Rabbku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dariku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf [12]: 33)
Itulah ujian yang terletak antara nurani seorang mukmin dan rasa takut-nya kepada Allah, dengan godaan-godaan dosa yang menggiurkan. Namun, akhirnya godaan itu gagal dan imanlah yang menang.
Kedua, seorang perempuan yang hidup pada zaman ‘Umar bin Al-Khathab Ia ditinggal pergi suaminya berjihad dalam waktu yang lama, sehingga pada suatu hari hasratnya mulai membara. Syahwatnya menggebu-gebu, tapi ia sama sekali tidak melakukan perkara yang haram karena ada iman yang menghalanginya dan perasaan selalu diawasi Allah. Pada suatu malam, ia bersenandung sampai terdengar oleh Umar :
"Malam begitu panjang dan mencekam, tapi aku sendirian tanpa ada kekasih temanku bermesraan. Demi Allah, seandainya Allah yang siksa-Nya sangat ditakuti itu tidak ada, pasti ranjang ini sudah bergerak-gerak.”
Pada hari berikutnya, Umar m menemui putrinya, Hafshah Ummul Mukminin ^ dan bertanya kepadanya, "Be rapa lama seorang istri dapat bersabar ketika ditinggal pergi suaminya?" Hafshah menjawab, "Empat bulan."
Maka Khalifah Umar mengirim surat kepada para pemimpin pasukannya yarg bersiaga di kamp-kamp garis depan untuk memerintahkan mereka agar tidak menahan tentaranya kembali ke keluarganya lebih dari empat bulan.
Ujian yang berada di antara perasaan takut perempuan tersebut kepada Allah dan dorongan syahwat untuk melakukan dosa, namun dorongan itu kalah di hadapan iman yang kuat.
Itulah hal-hal penting manhaj/ cara untuk mencapai puncak 'iffah. Sehsngga bisa dipastikan, jika seorang pemuda mengikuti manhaj tersebut dan menjalankan semua penjabarannya dengan penuh ketekunan, maka ia pasti bisa menang dalam menghadapi setiap godian setan yang dibisikkan ke dalam dirinya. Ia pasti dapat menguasai semua dorongan nafsu yang menyala-nyala dalam jiwanya. Bahkan, ia menjadi seperti pan nabi dari segi akhlaknya, seperti para malaikat dari segi kesuciannya, dan seperti sala :us shalih dalam sifat 'iffahnya. Sampai tiba waktunya Allah memberinya keluasar harta, memudahkan untuknya sebab-se:ai memperoleh rezeki dan penghidupar. Allah juga selalu melin-dungi orang-orarii yang bertakwa dan memberi mereka ja ai keluar dari setiap masalah yang dihada:. karena Dia telah berfirman:
"...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan bagin_.: jalan keluar dan memberinya rezeki dc- arah yang tiada disangka-sangkanyc. (QS. Ath-Thalaq [65]: 2-3)
“Dan orang-orang yang tidak mamp. menikah hendaklah menjaga kesucic- (diri)nya, sehingga Allah memampukc' mereka dengan karunia-Nya..." (QS. Ar> Nur [24]: 33)
Sifat 'iffah (menjaga kesucian dir: bukanlah dalam artian represi (dalar. istilah psikologi) -seperti yang dianggap oleh sebagian orang-karena repres: didefinisikan oleh para ahli psikologi dar. pendidikan sebagai sikap menganggap kotor hubungan seks dan merasa berdosa ketika melakukannya walaupun melalu: pernikahan yang sah. Secara khusus kami telah membuat pembahasan khusus dengan judul Pernikahan dan Hubungan Seks, dan Anda sebagai pendidik telah melihat bagaimana Islam mencela sikap membujang dan selibat. Islam telah mensyariatkan pernikahan sebagai pemenuhan terhadap kebutuhan fitrah manusia dan hasrat manusiawinya. Maka bagaimana mungkin 'iffah bisa disebut sebagai represi, sedangkan Islam dengan prinsip dan kenyataannya yang seperti itu (mensyariatkan pernikahan)?
Berdasarkan hal ini, maka ketika seorang pemuda merasakan adanya hasrat tersebut, ia tidak perlu meminta perlindungan kepada Allah dari perasaan tersebut, karena Islam sendiri mengakui perasaan tersebut sebagai hal yang alami yang tidak ada seorang pun yang menyelisihinya. Karenanya, ia tidak perlu bersikap represi terhadap perasaan tersebut untuk menjadi suci di hadapan manusia dan dirinya sendiri. Ia juga tidak perlu merasa berdosa hanya karena munculnya perasaan tersebut, sehingga hilanglah segala guncangan kejiwaan sebagai akibat dari perasaan berdosa tadi dan bisa juga mengarah kepada perilaku kriminal saat diri sudah tidak mampu menahannya.
Namun, kita tahu bahwa Islam tidak membolehkan seseorang untuk mengikuti hawa nafsunya begitu saja. Oleh karena itu, ia meletakkan batasan- batasan syar'i (hukum) terhadap hal yang terlihat mubah pada lahiriahnya, tetapi dapat mengakibatkan yang haram. Ini benar, tetapi hal tersebut (adanya batasan) berbeda dengan sikap represi. Pengharaman terhadap akibat buruk dari mengikuti hawa nafsu tersebut hanya untuk mengendalikannya dan bukan untuk menghancurkannya. Islam tidak mengharamkan adanya perasaan dan keinginan (seks) kapan pun juga.
Maka dari itu, sudah bisa dipastikan bahwa represi sama sekali tidak ada dalam kamus pendidikan Islam. Karenanya, ketika seseorang sudah tidak mampu lagi menahan hasrat dan syahwatnya yang dapat mendorongnya melakukan perbuatan zina, maka secara syar'i ia boleh melakukan masturbasi untuk meringankan hasratnya tersebut. Hal ini berdasar kepada kaidah ushuliyah yang mengatakan, "Memilih madharat yang paling ringan di antara dua madharat yang ada.”
Oleh sebab itu, para ahli fikih mengatakan bahwa masturbasi (onani) hukumnya haram jika hanya untuk memancing syahwat yang pada asalnya sedang tidak menggebu-gebu. Adapun jika syahwat yang sudah menyala- nyala sehingga menyibukkan pikiran dan mendorong untuk melakukan zina, maka masturbasi boleh dilakukan untuk meredakannya. Si pelaku dalam kondisi seperti itu tidak mendapatkan pahala juga tidak mendapatkan dosa.
Dengan ini maka tertolaklah opini yang mengatakan bahwa Islam adalah agama yang represif dan menganut ajaran kerahiban. Pandangannya terhadap seks adalah pandangan yang menganggap kotor dan hina. Anda sendiri sudah melihat bahwa tuduhan itu sama sekali tidak pada tempatnya di dalam prinsip-prinsip Islam yang abadi.
Kesimpulan
Ada kata-kata indah yang diucapkan oleh Ali Ath-Thanthawi yang mencerminkan kesadaran keislaman yang sesuai dengan tuntutan zaman bagi para pemuda. Kata-katanya tersebut juga merupakan model dari pemahaman yang mendalam yang mengajak kepada kebenaran dengan penuh hikmah dan nasihat yang baik.
Ia berkata, "Wahai anakku, mengapa engkau begitu ragu dan merasa malu untuk mengadu kepadaku. Apakah engkau mengira hanya engkau saja yang merasakan gejolak syahwat? Apakah hanya engkau saja yang memilikinya dan bukan orang lain?
Tidak anakku, tenanglah. Apa yang engkau rasakan itu bukan penyakitmu sendiri, tetapi juga penyakityang dirasakan oleh semua pemuda. Ketika gejolak itu memouatmu, yang sudah berusia 17 tahun ini, tidak bisa tidur, maka begitu juga yang dirasakan oleh orang lain. Yang membuat seorang pelajar lalai dari pelajarannya, seorang pekerja malas dari pekerjaannya, dan seorang pedagang berpaling dari perniagaannya.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh seora ng p emuda di tahun-tahun seperti ini, ketika syahwatnya sedang menggejolak di seusia itu, apa yang harus dilakukannya?
Inilah masalahnya. Ketika sunnatullah dan tuntutan fisiknya mengatakan harus menikah, tapi kondisi masyarakat dan cara pandang pendidikan yang berlaku mengatakan, pilihlah satu dari tiga pilihan yang semuanya jelek, namun jangan sekali-kali kamu mengambil pilihan yang keempat (yang sebenarnya itulah satu- satunya pilihan yang baik) yaitu menikah.
1. Kamu bisa saja menenggelamkan dirimu dalam syahwat dengan membaca cerita-cerita panas, menonton film-film porno, dan melihat gambar- gambar telanjang di setiap waktumu. Dan kamu tidak akan berhenti sampai kamu menjadi gila.
2. Atau kamu bisa melampiaskannya dengan melakukan masturbasi. Walaupun ini adalah madharat yang paling ringan, tapi jika telah melebihi batas jiwa pun akan terganggu dan fisik menjadi rusak. Pemuda tetapi terlihat tua, tampang lusuh, merasa takut bertemu dengan orang-orang, dan lari dari kehidupan.
3. Atau tenggelam dalam kenikmatan yang diharamkan dengan mendatangi tempat-tempat terlarang. Dengan membuang teman, masa muda, masa depan, dan agama demi kelezatan sesaat. Akhirnya sia-sia semuanya, pekerjaanmu yang telah susah payah kamu dapatkan, ilmu yang selama ini kamu cari, sampai tidak tersisa lagi kekuatanmu untuk bekerja.
Dan jangan kamu kira setelah itu kamu akan merasa puas. Tidak sama sekali, satu kali kamu lakukan, maka terus akan ketagihan. Seperti orang yang meminum air laut, setiap kali diminum semakin bertambah hausnya. Ketika kamu sudah mencoba ratusan perempuan, lalu ada perempuan baru yang kamu lihat dan belum kamu dapatkan, maka kamu akan tergila-gila mengejarnya untuk mendapatkannya. Kamu merasa sakit sekali ketika kehilangannya, seperti orang yang belum pernah bertemu perempuan sebelumnya.
Mungkin dengan uang dan kedudukan yang kamu miliki, kamu bisa memperoleh perempuan yang kamu inginkan, tetapi apakah tubuhmu bisa terus kuat, dapat terus sehat, dan bisa terus bertahan mengikuti syahwat yang terus menggebu? Tidak sedikit laki-laki yang kuat dan berprestasi dalam berbagai bidang olahraga, namun ketika mereka mengikuti hawa nafsu, mereka menjadi lemah dan loyo.
DiantarahikmahAllahyangmenakjubkan adalah, Dia jadikan bersama akhlak yang baik pahalanya berupa kesehatan dan semangat. Dia juga jadikan bersama akhlak yang buruk hukumannya berupa kerusakan dan penyakit. Tidak jarang laki-laki yang berusia 30 tahun namun tampak seperti 60 tahun, sedangkan sebaliknya ada yang sudah berusia 60 tahun namun tampak seperti yang masih muda, seusia 30 tahun.
Ada pepatah Prancis yang sesuai dengan kenyataan ini yang mengatakan, ‘Siapa yang menjaga masa mudanya, maka masa tuanya pasti menjaga dirinya.’
Seolah aku mendengarmu berkata, 'Ini adalah penyakit, lalu apakah obatnya?’
Obatnya adalah kembali kepada sunnatullah dan tabiat segala hal yang telah Allah tetapkan. Allah tidak akan mengharamkan sesuatu kecuali telah Dia berikan gantinya yang halal. Allah mengharamkan riba dan menghalalkan jual beli. Dia haramkan zina dan halalkan pernikahan. Maka obatnya adalah menikah.
Adapun jika tidak mampu menikah, tidak ada jalan lain kecuali menahan diri dan meningkatkan keimanan. Saya tidak ingin mempersulit pembahasan ini, yang sebelumnya sudah dibahas dengan jelas, dengan istilah-istilah psikologi. Oleh karena itu, saya akan langsung memberi contoh.
Bukankah kamu sering melihat satu teko teh yang dididihkan di atas api? Kamu lihat asapnya/uapnya, jika kamu menahan asapnya supaya tidak keluar, maka teko itu bisa meledak karena uap panasnya yang tertahan. Tapi jika kamu biarkan tak terkendali, airnya akan meluap ketika mendidih dan membuat tekonya hangus terbakar karena apinya membesar. Dan jika kamu dapat mengendalikannya, sehingga jadilah cara kerja mesin uap yang dengan mesin itu kamu bisa menjalankan sebuah pabrik, menjalankan lokomotif, dan pekerjaan berat lainnya.
Maka, keadaan yang pertama adalah orang yang mengekang dirinya terhadap gejolak syahwatnya. Kedua, orang yang mengikuti syahwatnya dengan jalan yang haram. Dan ketiga adalah keadaan orang yang mengendalikan diri (menjaga kesucian dirinya).
Maksud dari meningkatkan pengendalian diri yaitu berusaha sekuat tenaga, baik jiwanya, akalnya, hati, dan jasadnya untuk mengendalikan kekuatan yang tersimpan tersebut dengan berlindung kepada Allah, tenggelam dalam ibadah, atau menghabiskan waktu dengan bekerja, melakukan penelitian, menyalurkan hobi dalam seni, meluapkan gejolak jiwa dengan kata-kata dalam puisi atau dengan warna-warna cat di kanvas, atau men/alurkan kekuatan yang tersimpan itu dengan kegiatan fisik dalam bentuk olahraga, konsentrasi dengan pendidikan keagamaan, dan lainnya.
Wahai anakku, jika manusia telah mencintai dirinya, ia tidak akan mendahulukan orang lain. Saat ia bercermin melihat tubuhnya yang kekar dan ototnya yang kuat membentuk tubuh atletis, ia pasti akan lebih menyukai tubuhnya daripada tubuh perempuan. Ia pasti tidak akar; mau mengorbankan tubuhnya yang bagus itu, membuang kekuatannya, hanya demi melampiaskan syahwatnya terhadap perempuan (yang tidak halal).
Inilah obatnya. Menikah adalah solusi yang sempurna. Namun jika tidak mampu, meningkatkan pengendalian diri dan menyalurkannya pada kegiatan yang positif adalah ‘obat pereda rasa sakit’ sementara. Meski demikian, ini adalah obat penghilang rasa sakit yang efektif dan tida < memiliki efek samping.
Sedangkan mereka yang keliru dalam berpikir, menganggap bahwa solusi masalah di atas adalah dengan membiasakan pembauran antara laki- laki dan perempuan, sehingga karena terbiasa berbaur syahwat pun menjadi menurun dan juga membuka ‘tempat umum’ (pelacuran) untuk melampiaskan syahwat dengan para pelacur terselubung. Itu semua adalah omong kosong. Orang- orang nonmuslim telah mencoba cara- cara itu, namun semua itu justru malah meningkatkan syahwat dan kerusakan. Jika kita mengakui cara seperti itu, membuka lokalisasi yang menjadi tempat transaksi pelacuran, berarti kita harus menyediakan puluhan ribu pelacur, karena di Kairo saja saat ini jumlah pemudanya sudah mencapai ratusan ribu.
Jika kita membolehkan para pemuda kita untuk berkencan dengan para pelacur, maka mereka tidak akan lagi menganggap perlunya menikah. Lalu apa yang harus kita lakukan dengan para gadis? Apakah kita juga harus membuka lokalisasi pelacuran untuk mereka agar dikencani para laki- laki? Demi Allah, ini semua omong kosong, wahai anakku.
Mereka berkata bukan atas dasar nalar/akal mereka, tetapi berdasar kepada nafsu. Mereka tidak menginginkan perbaikan akhlak. Apa yang mereka lakukan bukanlah memajukan perempuan, bukan untuk menyebarkan semangat sportivitas, apalagi kehidupan yang universal. Semua itu hanya permainan kata belaka yang biasa mereka buat istilah baru setiap harinya, untuk mengelabui orang-orang dan menyebarkan dakwah mereka. Yang mereka inginkan adalah agar anak-anak perempuan kita dan saudara- saudara perempuan kita keluar kepada mereka, sehingga mereka dapat menikmati melihat tubuh mereka yang seharusnya tertutup. Mereka bisa mendapatkan yang halal sekaligus yang haram dari diri para perempuan kita. Mereka bisa menemani kaum perempuan kita saat di perjalanan, mengajaknya menari di pesta-pesta. Dan keadaan itu telah membuat sebagian orang tua tertipu. Mereka menggadaikan harga dirinya hanya demi dikatakan modern dan berperadaban.
Wahai ' anakku, hendaklah kamu menikah walaupun kamu masih duduk di bangku kuliah. Namun jika kamu tidak mampu, jagalah dirimu dengan takut kepada Allah, tenggelam dalam ibadah dan sibuk dengan studi, seni, serta olahraga. Karena itu semua adalah obat yang muiarab.
Wahai pemuda pemudi, inilah satu- sati inya solusi untuk menyelesaikan masalah seks kalian. Janganlah kalian dengarkan ajakan-ajakan yang mengaku kemajuan yang sebenarnya adalah kemungkaran yang mereka hias. Dosa yang mereka perindah dengan mengatakan bahwa solusi masalah seks adalah mendidik hasrat dengan membaurkan antaralaki-lakidanperempuan sedari kecil atau melampiaskannya dengan cara apapun (termasuk yang haram). Mereka inilah yang berbicara serampangan dengan hal yang tidak mereka pahami. Mereka membual dengan sesuatu yang tidak mereka mengerti. Mereka ini tidak lain adalah para kaki tangan Yahudi dan salibis, serta konspirasi freemasomy dan komunis, baik mereka sadari maupun tidak. Untuk menarik para pemuda dan pemudi di dalam masyarakat Islam menuju eksistensialisme yang nista dan hedonisme yang hina. Tahukan kalian mengapa?
Untuk memalingkan para pemuda Islam dari jihad memerangi ketidakadilan, supaya mereka menuruti hukum thaghut dan mereka yang diktator, menerima pemerintahan setiap mereka yang menentang Tuhan, supaya generasi Islam menjadi terpecah belah sampai potongan- potongan kecil yang mudah untuk dikendalikan. Maka dari itu, waspadailah slogan-slogan bohong mereka, jagalah diri kalian dengan kesabaran, ikatlah hati kalian dengan Allah, dan hadapkanlah kepala kalian dengan kemuliaan Islam. Tolaklah semua ajakan kaum hedonis itu dan dengarkanlah firman Allah ini:
"...Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan mayoritas (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus." (QS. Al-Ma’idah [5]: 77)
7. Bolehkah Menjelaskan Seks Secara Terang-terangan Kepada Anak?
Banyak orang tua yang bertanya, bolenkan pendidik menerangkan dengan terang-terangan kepada anak tentang segala hal yang berkaitan dengan ciri- ciri pubertas dan usia balig? Bolehkan menerangkan kepada anak tentang alat reproduksi dan fungsi-fungsinya, tentang kehamilan, melahirkan, dan cara- caranya? Bolehkah menerangkan kepada anak tentang cara melakukan hubungan seks ketika ia sudah memasuki ambang pernikahan?
Namun mereka tidak mendapatkan jawabannya, mereka masih bingung di antara boleh dan tidak. Sedangkan yang tampakdari dalil-dalil syar'iyangnanti akan kam paparkan, adalah bolehnya pendidik menielaskan secara gamblang kepada anak laki-laki atau perempuannya tentang perkara-perkara yang berhubungan dengan seks dan hasratnya yang alami. Bahkan, terkadang penjelasan yang terang- terangan itu diwajibkan ketika berkaitan dengan hukum syar'i sebagaimana yang akan dijelaskan berikut.
Berikut ini dalil-dalil yang dimaksud:
a. Banyak ayat yang menceritakan tentang hubungan seks, penciptaan manusia, dan perbuatan keji (zina):
"Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri- istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-Mukminun [23]: 5-7)
"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu..." (QS. Al-Baqarah [2]: 187)
"Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, 'Haid itu adalah suatu kotoran.' Oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu...." (QS. Al-Baqarah [2]: 222)
"Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki..." [QS. Al-Baqarah [2]: 223)
"jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu..." [QS. Al- Baqarah [2]: 237)
"Dan sesungguhnya Kami telah men- ciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)"{QS. Al-Mukminun [23]: 13)
"Sesungguhnya Kami telah mencipta- kan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat." (QS. Al-Insan [76]: 2)
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya
adalah tiga puluh bulan....'' (QS. Al- Ahqaf [46]: 15)
"Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra’ [17]: 32]
"Laki-lakiyang berzina tidak menikahi melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik. Dan perempuan yang berzina tidak dinikahi melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang- orang yang mukmin."{QS. An-Nur [24]:3]
"Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya), (ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"
' Sesung-guhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas." (Al-A'raf [7]: 80-81]
Ayat-ayat Al-Qur'an di atas dengan jelas membicarakan tentang orang yang dapat menjaga kemaluannya dan tidak. Ada juga ayat yang menjelaskan tentang berhubungan suami istri pada malam bulan Ramadhan, tentang haid dan menjauhi istri saat haid, tentang tempat yang menjadi tempat keluarnya anak, tentang menceraikan istri sebelum digauli, tentang nutfah dan perkembangannya di dalam rahim perempuan, tentang penciptaan manusia dari campuran dua macam nutfah, sperma laki-laki dan sel telur perempuan, tentang dikandungnya anak dalam perut ibu dan lama masa menyusui, tentang zina dan keadaannya yang termasuk perbuatan keji, tentang laki-laki yang melampiaskan syahwatnya bukan kepada istrinya, serta perkara lainnya yang berhubungan dengan seks dan hasratnya.
Bagaimana mungkin anak yang sudah memasuki usia masa kanak-kanakakhir dan sudah dapat berpikir ini dapat memahami tafsir ayat-ayat tersebut jika tidak dijelaskan dengan gamblang oleh gurunya atau pendidiknya tentang hakikat semua hal tersebut dan maksud-maksudnya?
Seorang yang berakal tidak akan mengatakan, "Setiap pendidik atau guru harus mengartikan ayat-ayat tersebut dengan tidak vulgar, atau lewat saja dengan penuh penghormatan tanpa dijelaskan makna atau tafsir yang terkandung di dalamnya.” Cara seperti itu sama sekali
tidak benar dan bertentangan dengan kaidah pendidikan Islam yang orisinal, selain berseberangan dengan dakwah AI-Qur'an untuk memahami dan mentadabbur-i makna yang terkandung di dalamnya. Allah berfirman:
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mem-perhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran bagi orang-orang yang berpikir."(QS. Shad [38]: 29)
Bahkan, kita mendapatkan Al-Qur’an mengingkari orang yang hanya membaca Al-Qur’an saja tanpa men-tadabbur-i ayat-ayatnya. Al-Qur’an menganggap orang yang seperti itu sebagai orang yang kosong ruhnya, tertutup hatinya, dan keras jiwanya.
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Ai-Qur'an atau hati mereka terkunci?" (QS. Muhammad [47]: 24)
Dari sini kita dapat mengetahui bahwa Al Qur’an meliputi juga sejumlah wawasan yang berkaitan dengan seks yang tidak apa- apa untuk diungkapkan dan dijelaskan ciri-
cirinya. Wawasan ini harus dipahami oleh semua orang, yang kecil dan dewasa, yang masih muda maupun tua, dan perempuan juga laki-laki.
Adapun manfaat yang bisa didapatkan dari wawasan tersebut adalah:
O Seorang muslim mengetahui apa yang halal dan haram baginya, mengenal apa yang boleh dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan ketika ia ingin menyalurkan hasrat dan syahwatnya yang natural.
O Menambah sikap qana’ah dan keimanan kepada Allah Yang Maha Pencipta, ketika membaca ayat-ayat yang membahas tentang penciptaan manusia, pembentukannya, dan fase-fase yang dilaluinya di dalam rahim ibunya, mulai dari . nutfah (sperma laki-laki dan sel telur perempuan), menjadi 'alaqah (zygot), segumpal daging, sampai menjadi manusia yang sempurna bentuknya
O Membuat keimanan seseorang h,>> demi hari menjadi lebih kuat dan lebih yakin terhadap kebenaran Islam dan kekekalan prinsip-prinsipnya yang menyeluruh. Bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang dapat memenuhi kebutuhan jiwa manusia dan menyertai fase-fase perkembangan peradabannya, sampai Allah mengambil alih bumi ini dan seisinya (kiamat).
b. Argumen kuat yang menunjukkan bahwa menjelaskan secara gamblang tentang perkara-perkara yang berkaitan dengan seks adalah hal yang penting untuk anak, yaitu bahwa
mengajarkan anak saat memasuki usia masa kanak-kanak akhir mengenai hukum-hukum yang berkaitan dengan usia balig dan ciri-ciri pubertas adalah sangat penting. Sehingga ketika tampak pada dirinya ciri-ciri tersebut, ia sudah tahu apa yang wajib ia lakukan dan apa yang wajib ia tinggalkan. Bahkan, ia pun mengetahui apa yang halal dan haram (yang berkaitan dengan pubertas).
Kami telah menjelaskan permasalahan tersebut sebelumnya dengan judul Mengajarkan anak hukum-hukum yang berkaitan dengan pubertas dan usia balig. Silakan Anda rujuk kembali agar mendapatkan penjelasan yang lebih memuaskan.
c. Pentingnya mengajarkan anak ketika ia berusia balig dan memasuki ambang pernikahan, tentang prinsip-prinsip (Islam) hubungan seks dan etika- etika dalam menyalurkan hasrat alamiahnya.
Kami juga sudah menjelaskan mengenai permasalahan ini dalam pembahasan Pernikahan dan Hubungan Seks. Silakan Anda rujuK kembali untuk mendapatkan pen-jelasan yang lengkap.
Itulah argumen-argumen mengenai bolehnya menjelaskan secara gamblang kepada anak saat ia sudah berusia remaja, tentang perkara-perkara yang berhubungan dengan sei<s dan masalah-masalah yang berhubungan dengan hasrat alaminya itu. Setelah penjelasan ini, hendaknya para pendidik melaksanakan kewajibannya dalam memberikan kesadaran mengenai seks kepada anak-anaknya. Karena, syariat telah memberikan Anda tanggung jawab untuk menjelaskan perkara-perkara tersebut kepada anak sehingga mereka tidak terjatuh ke jurang kebodohan, perbuatan dosa, dan kerusakan.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengingatkan Anda tentang dua hal penting:
a. Sesuaikan pengajaran dan informasi yang Anda berikan kepada anak dengan fase usianya. Tentu tidak masuk akal mengajarkan hubungan seks kepada anakyangmasih berusia 10 tahun. Tetapi juga jangan sampai lupa mengajarkan anak seusia itu tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan pubertas dan usia balig.
b. Sebaiknya anak perempuan diajarkan dan diawasi oleh ibunya tentang perkara-perkara yang berkaitan dengan seks. Sebab, anak perempuan lebih tepat dan lebih sesuai mengambil pelajaran dari ibunya. Sedangkan ketika tidak ada ibu, maka fungsinya bisa digantikan oleh pendidik perempuan yang lain yang bisa menggantikan peran ibu.
Demikianlah garis-garis besar yang telah diletakkan Islam mengenai pendidikan seks untuk anak dan aturan untuk mengendalikan hasratnya. Alangkah perlunya para ahli pendidikan untuk menjadikan Islam sebagai manhaj dalam pendidikan dan berjalan di atas petunjuk AI-Qur’an dalam mengendalikan hasrat seks pada diri manusia yang bersifat natural. Agar kita mendapatkan anak- anak generasi Islam yang memiliki kepribadian yang utuh, akhlak yang baik, serta terlepas dari penyakit-penyakit jiwa dan kerusakan sosial. Sehingga dengan oegitu, mereka dapat bangkit mengemban tugas, menjalankan tanggung jawab, serta meninggikan panji tauhid dan syiar Islam.
Dan saya ingin memahamkan kepada mereka yang memiliki akal bahwa Islam yang agung ini ketika memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi manusia dan penyakit-penyakit yang menjangkit di tubuh masyarakat, adalah solusi yang meliputi setiap sisi dan aspek yang ada. Karena, Islam adalah syariat Allah yang kekal yang Allah turunkan untuk memberi petunjuk, pemberi kabar gembira, dan peringatan untuk seluruh alam. Siapa saja yang berhukum dengan hukum Islam, pasti adil. Siapa yang mengambil Islam sebagai petunjuk, pasti ia bahagia. Dan siapa yang mengajak kepada Islam, ia telah mendapatkan petunjuk ke jalan yang benar.
Dunia ini tidak bisa diselamatkan dari kekacauan yang disebabkan gejolak syahwat dan dekadensi moral, kecuali dengan menggunakan pandangan seks yang telah digariskan Islam agar semua diletakkan pada tempatnya, dan memberikan kehidupan yang seimbang bagi manusia yang benar-benar mewujudkan arti kemanusiaan yang sesungguhnya dan memenuhi kebutuhan manusia secara paripurna.
Semoga kaum muslimin memamahi agama mereka dan hidup di bawah aturannya dengan aman dan tenteram. Agar mereka bisa mendapatkan kembali kedudukannya di tengah-tengah umat manusia di dunia ini dan mendapatkan kembali kemuliaannya di bawah matahari. Hal itu sama sekali tidak sulit untuk Allah.
Selanjutnya, apakah Anda telah mengetahui sejauh mana tanggung jawab besar yang harus dipikul di pundak Anda? Sudahkah Anda tahu bahwa tanggung jawab pendidikan keimanan adalah inti yang paling mendasar yang harus benar- benar mendapatkan perhatian penuh?
Sudahkah Anda mengenal bahwa tanggung jawab pendidikan akhlak adalah salah satu tanggung jawab penting yang benar-benar harus Anda perhatikan? Sudahkah Anda semua mengetahui bahwa tanggung jawab pendidikan jasmani adalah salah satu sarana membangun kekuatan yang harus menjadi perhatian Anda? Apakah Anda sudah tahu bahwa tanggung jawab pendidikan intelektual adalah salah satu inti dari kejayaan dan peradaban umat dan tanah air Anda?
Apakah Anda tahu bahwa tanggung jawab pendidikan mental adalah faktor yang membantu kematangan dan keseimbangan dalam mempersiapkan anak-anak Anda? Sudahkah Anda mengetahui bahwa tanggung jawab pendidikan sosial adalah di antara tanggung jawab yang paling penting yang harus selalu dicamkan dalam hati?
Apakah Anda sudah mengenal bahwa tanggung jawab pendidikan seks adalah perkara penting yang harus menjadi perhatian serius bagi mereka yang memiliki tanggung jawab pendidikan?
Jika Anda sudah mengetahui semua, hal di atas, maka mulailah Anda berlari
di lintasan dengan mengemban tanggung jawab yang sedang Anda pikul. Sehingga Anda sendiri bisa melihat buah hati Anda menjadi seperti malaikat yang suci, seperti para shahabat Nabi yang bertekad kuat, seperti singa gagah berani, dan seperti bulan purnama dengan cahayanya yang putih bersih. Melalui usaha dan tanggung jawab yang Anda emban tersebut, terwujudlah kebaikan untuk umat, keshalehan untuk anak-anak Anda, dan pendidikan ideal untuk keturunan dan generasi penerus Anda kelak.
Lantas, tahukan Andabagaimanasemua itu bisa terwujud? Dan bagaimana semua itu bisa mencapai puncak pendidikan yang mulia? Sejauh pengetahuan saya, semua itu bisa terwujud dengan dua perkara penting, yaitu:
a. Pengawasan dan perhatian
Melalui pengawasan dan perhatian, anak akan terdidik keimanannya, terbentuk akhlaknya, fisiknya menjadi terlatih, pikirannya menjadi matang, serta mental dan sosialnya menjadi sempurna. Dengan pengawasan dan perhatian, anak akan selamat dari pengaruh teman-teman yang buruk, ikhtlath yang merusak, dan selamat dari hal-hal yang menyimpang.
Dengan pengawasan dan perhatian, anak akan terlepas dari setiap faktor-faktor yang mengarah kepada penyimpangan, terjauh dari keinginan untuk menonton film di bioskop dan televisi yang mempertontonkan adegan-adegan yang telanjang, dari cerita-cerita panas, selamat dari membaca majalah-majalah porno, cerita- cerita seks yang merenggut kemuliaan dan mencela akhlak Islam yang luhur.
Dengan pengawasan dan perhatian, anak akan sampai kepar'r puncak pendidikan Islam yang muha menjadi sempurna ruh, akal, akhlak dar pengetahuannya. Kepada yang lain bisa menjadi teladan dan contoh yang baik dar. segi akhlak dan pergaulannya.
b. Memanfaatkan waktu luang
Memanfaatkan waktu luang ini terpusa: pada usaha dalam mengarahkan potensi kesempatan yang ada ketika pendidik pulang ke rumahnya, duduk bersama keluarga dan anak-anaknya. Pada waktu luang tersebut, pendidik harus membuat program yang cocok untuk mendidik anak baik dari segi pengetahuannya, akidahnya maupun akhlaknya.
Alangkah baiknya seorang ayah, atau seorang ibu ketika dapat menghabiskan waktu luang mereka di sore hari bersama anak-anaknya. Membuat kegiatan yang bertujuan mendidikanak-anaknya. Bahkan, alangkah besar pahala orang tua di sisi Allah ketika dapat duduk bersama anak- anaknya untuk mendengarkan pelajaran yang mereka hafalkan, atau memahamkan kepada anak-anaknya permasalahan atau pekerjaan rumah yang sedang mereka kerjakan. Atau mungkin menyaksikan kisah yang sedang mereka pelajari, menerangkan tentang akhlak yang terpuji, membaguskan bacaan Al-Qur’an mereka, atau bermain yang mendidik tetapi menyenangkan.
Melalui cara seperti ini-demi Allah- dapat mewujudkan semua kebaikan untuk anak, selain dapat membentuk akhlak anak Bahkan dapat menjadikannya manusia yang utuh, orang yang bijaksana, dan seorang muslim yang memiliki keutamaan. Dan ini sebenarnya merupakan metode pendidikan yang ideal untuk mempersiapkan anak dalam menghadapi kehidupan, menguatkannya untuk dapat menjadi bagian dari bangunan masyarakat yang baik, dan selanjutnya membentuk generasi yang shalih dan beriman. Tidak sedikit orang tua atau pendidik yang zalim terhadap anaknya, melalaikan haknya, membunuh potensinya, ketika mereka menghabiskan waktu luangnya dengan begadang bersama kolega- koleganya, ngobrol di cafe, atau nongkrong bersama teman-temanya yang tidak baik.
Padahal siapa lagi yang memiliki tanggung jawab mendidik anak dari segi keimanan dan akidah yang benar dan kuat selain ibu dan ayahnya? Siapa yang harus memperhatikan pendidikan akhlak anak selain orang tua? Siapa yang harus bertanggung jawab mendidik anak agar memiliki pikiran yang lurus dan fisik yang kuat kalau bukan ayah dan ibunya? Siapa yang harus mendidik anak untuk memperoleh pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat, selain orang tuanya? Siapakah yang mesti bertanggung jawab terhadap pendidikan mental anak, kalau bukan orang tuanya? Siapa lagi yang harus mendidik anak agar memperhatikan hak-hak orang lain dan berpegang pada norma-norma masyarakat, selain ayah dan ibunya? Siapakah yang mendidik anak dengan berbagai macam pendidikan tersebut dan menanamkan pada diri anak berbagai jenis kebaikan, jika ayahnya lalai dan ibunya tidak perhatian?
Semoga Allah merahmati Syauqi yang telah mengatakan:
Bukanlah anak yatim itu seorang anak yang kedua orang tuanya telah pergi Dari kesusahan hidup dan meninggalkannya dalam keadaan hina Sesungguhnya anak yatim itu adalah anak yang mendapatkan Berupa seorang ibu yang mengabaikannya atau seorang ayah yang sibuk.
Kedua orang tua adalah orang yang bertanggung jawab utama dalam mempersiapkan keimanan dan akhlak anak, membentuk kematangan berpikirnya, dan keseimbangan mentalnya. Selain mengarahkannya agar dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat. Sungguh benar sabda Rasulullah Saw:
"Laki-laki itu bertanggung jawab mengenai keluarganya dan ia akan ditanyai tentang tanggung jawabnya itu. Perempuan bertanggung jawab mengenai rumah suaminya dan ia akan ditanyai tentang tanggung jawabnya itu." [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Rasulullah Saw bersabda:
"Sesungguhnya Allah akan menanyakan setiap pemimpin atas tanggung jawab yang diberikan kepadanya, apakah ia menjaganya atau menyia- nyiakannya." (HR. Ibnu Hibban)
Beliau juga bersabda:
"Tidak ada pemberian yang paling baik dari seorang ayah kepada anaknya daripada pendidikan yang baik." (HR. At-Tirmidzi)
Maka tidak ada kewajiban yang harus dilakukan orang tua melainkan menyadari tanggung jawab mereka dengan sebaik- baiknya, memanfaatkan waktu luang mereka untuk bangkit melakukan semua kewajiban dan menjalankan semua tar ggung jawabnya.
Mereka harus mengetahui semua targgung jawabnya sebagai pendidik, baik sec ara global maupun rinci-sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya-yang bisa mengakibatkan hukuman bagi yang tidak menjaganya di hadapan Allah pada hari yang sudah tidak bermanfaat lagi pa ianya harta maupun anak kecuali yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.
Hendaknya setiap orang tua selalu teringat firman Allah Swt ini:
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (QS. At-Tahrim [66]: 6)
Sudah bisa dipastikan jika semua orang tua mengingat ayat tersebut, mereka pasti langsung menyadari bahwa diri mereka sedang dan selalu diawasi Allah. Maka perasaan tersebut dapat menjadi pendorong mereka untuk lebih perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya. Ingatlah, hendaknya para pendidik mengetahui kewajiban mereka dan memanfaatkan waktu luang mereka untuk mendidik anak-anaknya.
Mereka harus tahu bahwa waktu itu seperti pedang, jika mereka tidak bisa memotongnya, maka waktu itu yang akan memotong mereka. Padahal kewajiban itu lebih banyak dari waktu yang tersedia, umur yang mereka miliki lebih cepat berlalu. Maka jika mereka tidak mampu mengemban amanah yang sudah ada di pundak mereka itu dengan semestinya, lalu tiba-tiba mereka dijemput kematian, maka siksaan yang akan menunggu. Mahabenar Allah yang berfirman:
"Dan kembalilah kamu kepada Rabbrnu, dan berserah dirilah kepada- Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong [lagi) Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Rabbrnu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya(QS. Az- Zumar [39]: 54-55)
Terai hir, saya ingin menunjukkan kepada semua pendidik dengan perbedaan tingkatan mereka dan tanggung jawabnya, terutama para ayah dan ibu, bahwa metode-metode yang telah saya jelaskan di dalam pendidikan-terutama pendidikan sosial-cocok untuk diterapkan pada orang dewasa dan anak kecil, yang masih muda maupun yang sudah tua, laki- laki ataupun perempuan.
Bersemangatlah wahai para pendidik, untuk berpegang teguh terhadap manhaj Islam dalam pendidikan untuk diri Anda sendiri dahulu sebelum diterapkan dan diajarkan kepada anak-anak, agar Anda memberikan teladan yang baik untuk mereka tentang pendidikan dan tanggung jawab yang sebenarnya. Baru selanjutnya Anda curahkan usaha Anda untuk mengajarkannya kepada anak-anak, sehingga mereka tumbuh besar dengan akidah yang benar, dengan Islam yang paripurna, dan akhlak yang mulia. Dengan demikian, Anda telah menyiapkan mereka untuk mengarungi samudra kehidupan, mengemban beratnya tanggung jawab dengan hati yang selalu beriman, dan jiwa yang selalu sabar, ruh yang bersih lagi suci, akal pikiran yang matang, dan fisik yang sehat serta kuat.
Berusahalah dengan sungguh-sungguh dan jalanilah semua dengan berkah Allah, maka Allah pasti akan memberikan untuk Anda generasi penerus yang menjadi berkah untuk Anda atas usaha dan amal yang telah Anda lakukan. Allah juga akan memberikan Anda pahala berupa kebaikan dan menyimpankan untuk Anda ganjaran di hari kiamat kelak. Allah Swt berfirman:
"Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah] yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepadamu apayang telah kamu kerjakan’.” (QS. At- Taubah [9]: 105)
Dan akhir doa kami, alhamdulillahi rabbil 'alamin.