Hujroh - Forum Pesantren Indonesia Alumni Pesantren Indonesia Forum      Misi Hujroh
 

Main juga kesini sul:
The Ghurfah Kisah Sukses Alumni Alumni di Luar Negeri Bisnis Online Hikayah fi Ma'had Railfans Dunia Pesantren Ekonomi Islam
Forum  Hujroh  The Ghurfah 
STUDI KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA PERKEBUNAN APEL ORGANIK DAN ANORGANIK
Pages: [1]

(Read 1219 times)   

liaapri

  • Abadan fi Ma'had
  • ***
  • liaapri No Reputation.
  • Join: 2020
  • Posts: 579
  • Logged

Ngengat Cydia pomonella (Lepidoptera:Tortricidae)

Serangga dewasa mempunyai panjang sekitar 3/8 inch. Tubuh imagonya berwarna cokelat keabu-abuan. Larvanya berwarna putih merah muda dan kepalanya berwarna cokelat.


   Pertanian organik

Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan (Anonim, 2006a).
Komponen pendukung praktek pertanian organik adalah:

1.   Lahan harus bebas dari cemaran bahan agrokimia dari pupuk dan pestisida.

Terdapat dua pilihan lahan: (1) lahan pertanian yang baru dibuka atau, (2) lahan pertanian intensif yang dikonversi untuk lahan pertanian organik. Lama masa konversi tergantung sejarah penggunaan lahan, pupuk, pestisida dan jenis tanaman.
2.   Menghindari benih/bibit hasil rekayasa genetika (Genetically Modified Organism-GMO). Sebaiknya benih berasal dari kebun pertanian organik.
3.   Minghindari penggunaan pupuk kimia sintetis dan zat pengatur tumbuh.

4.   Peningkatan kesuburan tanah dilakukan secara alami melalui penambahan pupuk organik, sisa tanaman, pupuk alam, dan rotasi dengan tanaman legum.
 





5.   Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis. Pengendalian hama, penyakit dan gulma dilakukan dengan cara mekanis, biologis dan rotasi tanaman.
6.   Penanganan pasca panen dan pengawetan bahan pangan menggunakan cara- cara yang alami.
Anonim (2006b) menyatakan bahwa kata kunci dari pertanian organik adalah organis, yang berarti menyadari bagian dari alam, baik dilihat dari sisi petaninya, tanaman, maupun pola budi dayanya. Sutanto (2006) menambahkan bahwa secara simultan petani organik harus memperhatikan kondisi ekosistem  dan lingkungan, dengan dikembangkan metode budidaya dan pengolahan yang dianggap berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Sistem usaha tani yang dikembangkan didasarkan atas interaksi tanah, tanaman, ternak, manusia, ekosistem, dan lingkungan. Sistem tersebut secara langsung diarahkan pada usaha meningkatkan proses daur-ulang alami daripada usaha merusak alam. Sistem ini mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi pada sumber daya lokal.
Setiap upaya pemberantasan hama dan penyakit harus didasari dengan pertimbangan ekologi yang saling berinteraksi. Beberapa faktor yang dipertimbangkan ialah: identifikasi jenis serangga yang menguntungkan, sifat biologi hama dan serangga yang menguntungkan, perilaku serangga menurut musim dan ketergantungannya pada kondisi alam, identifikasi daur hidup serangga untuk menentukan saat yang tepat untuk mengendalikannya, identifikasi masa pertumbuhan tanaman yang lemah terhadap serangan hama dan penyakit,
 
pemilihan tanaman yang menarik sebagai inang predator dan parasitoid (Sutanto, 2006)
Karena prinsip organis, maka pupuk dan pestisida kimia tidak digunakan lagi. Hama tidak dibasmi tetapi dikendalikan dengan pestisida botani yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan berlebihan pestisida botani juga akan mematikan musuh (predator) alami hama. Pestisida botani digunakan hanya jika populasi hama meningkat. Jika sudah terjadi lagi keseimbangan antara hama dengan predatornya atau pemangsanya, maka penggunaan pestisida botani dihentikan.
Apel organik telah dikembangkan di kota Batu, walaupun masih dalam lahan yang terbatas. Ghozali (2007) menjelaskan bahwa apel organik mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan apel anorganik, diantaranya adalah:
1.   Ramah lingkungan

2.   Kandungan gizinya mampu menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia

3.   Berdampak positif pada upaya konservasi dan rehabilitasi sumber daya alam

4.   Berpeluang untuk diekspor

5.   Biaya produksi apel lebih rendah

   Analisis Komunitas

Analisis komunitas bertujuan untuk mengetahui berbagai dinamika dalam agroekosistem yang mencangkup Indek Nilai Penting (INP), Indeks Diversitas (H`), Indeks Dominansi (C), Indeks Kemerataan (E), Kekayaan Jenis (R), Koefisien Kesamaan Komunitas (Qs). Fungsi keterangan sebagai berikut:


1.   Indeks Nilai Penting untuk mengetahui persentase atau besarnya pengaruh yang diberikan suatu jenis serangga tanah terhadap komunitasnya.

2.   Diversitas adalah jumlah total keseluruhan variasi yang terdapat pada mahluk hidup dari mulai gen, jenis hingga ekosistem disuatu tempat atau biosfer (Krebs, 1989). Indeks Deversitas yang mengkombinasikan antara kekayaan jenis dan kemerataan kedalam suatu nilai. Menurut Soegianto (1994), Nilai H` berkisar antara 0-4 yaitu:

H` 1 kategori sangat rendah,   H`  1-2 kategori rendah. H` 2-3 kategori sedang,   H`  3-4 kategori tinggi, H`  4 kategori sangat tinggi.

2.   Indeks dominasi (C) menunjukkan besarnya peranan suatu jenis organisme dalam hubungan dengan komunitas secara keseluruhan. Dalam suatu habitat, jenis dikatakan dominan jika indeks dominasinya 5% dan digolongkan subdominan bila 2% C 5% (Southwood, 1978).
3.   Indeks Pemerataan adalah nilai distribusi kelimpahan jumlah individu dalam tiap-tiap jenis (Southwood, 1978).

4.   Kekayaan Jenis adalah jumlah jenis dalam komunitas (Southwood, 1978).

5.   Koefisien kesamaan komunitas adalah ukuran kesamaan relatif dari dua lahan yang di dalamnya termasuk komposisi jenis (Southwood, 1978). Prosentase indeks kesamaan komunitas sebagai berikut.

Kemiripan sangat tinggi bila Qs  75% Kemiripan tinggi bila Qs  50%-75% Kemiripan rendah bila Qs  25%-50% Kemiripan sangat rendah bila Qs  25%