Hujroh - Forum Pesantren Indonesia Alumni Pesantren Indonesia Forum      Misi Hujroh
 

Main juga kesini sul:
The Ghurfah Kisah Sukses Alumni Alumni di Luar Negeri Bisnis Online Hikayah fi Ma'had Railfans Dunia Pesantren Ekonomi Islam
Forum  Info & Berita  Alumni di Luar Negeri 
Kisah Inspiratif Izdiyan Muttaqin Alumni Gontor Menempuh Pendidikan di Mesir
Pages: [1]

(Read 9429 times)   

Admin

  • Administrator
  • Abadan fi Ma'had
  • ***
  • Admin No Reputation.
  • Join: 2013
  • Posts: 2615
  • Logged

Siapakah nama Antum?
 Jawab:
Nama saya Mohammad Izdiyan Muttaqin. Mohammad adalah nama nabi, dan izdiyan berasal dari kata zayn (زين), kata ini memiliki arti perhiasan, dan muttaqin artinya orang-orang yang bertaqwa, maka jika digabung memiliki arti perhiasan orang-orang bertaqwa. Menurut ayah saya nama izdiyan hanya ada satu di dunia, dan sebenarnya kakek saya ingin menamai saya zainal muttaqin, maka agar nama saya tidak terlalu pasaran, dan banyak ditemui di masyarkat, maka saya pun diberi nama izdiyan.

Alumni Gontor tahun berapa nih?
Jawab: saya alumni Gontor tahun 2008, angkatan yang biasa disebut dengan forza filhaderfia. Kepanjangan dari fil hadharah kunturiyah fiatul ummah. Sedangkan kata forza mungkin diambil dari bahasa itali yang artinya maju. Meskipun nama ini tidak disebutkan langsung secara resmi oleh pondok, para asatidz biasa menyebut angkatan kami dengan sebutan Youth Generation.

Kelas apa saja yang dulu pernah Antum singgahi di Gontor?
Jawab: seperti saya sudah pernah menuliskan sebelumnya, alhamdulillah saya selalu mendapatkan kelas paling atas di angkatan. Kelas B. Yang biasa disebut oleh orang-orang pondok sebagai fashl fauq. Bukan bermaksud sombong sama sekali, mungkin ini memang sudah takdir, saya secara pribadi juga merasa lebih senang berada di kelas B, karena banyak asatidz yang berkualitas yang menjadi pengajar kelas ini, di samping saya dahulu juga terinspirasi oleh Pak Hidayat Nur Wahid yang dalam biografinya yang saya baca di majalah, beliau selalu berada di kelas B.

Kalau boleh tahu nih, prestasi terbaik apa yang Antum dapatkan di Gontor ?
Jawab:  mungkin prestasi terbaik saya adalah saat saya mampu menjadi alumni Gontor. Menjadi seorang alumni bagi saya adalah sebuah prestasi paling penting dan utama saat saya menjadi santri. Meskipun pada akhirnya banyak prestasi-prestasi menarik lainnya yang saya dapatkan. Seperti pengalaman mendapatkan kelas B. Kemudian mengantarkan asrama saya dahulu, Rayon Indonesia empat menjadi juara folksong, drama contest, dan juga komentator sepak bola berbahasa inggris. Yang kemudian membuat saya berkesempatan untuk menjadi salah seorang ketua penggerak Bahasa di asrama aligharh dan kemudian menjadi staff DCC, CLI, dan LAC.

Kalau boleh tahu nih, pelanggaran terunik apa yang pernah Antum lalukan di Gontor 
Jawab: sebagaimana santri biasa, saya juga banyak tersangkut pelanggaran-pelanggaran. Banyak sekali pelanggaran yang pernah saya lakukan, mulai dari telat berangkat ke sekolah, tidak membersihkan kelas, tidak datang saat mahkamah, goshob (mencuri) sendal/sepatu/piring, membuat kaos bersama, tajammu’ di kamar, keluar pondok tanpa izin, makan pecel yang dibeli dari orang kampung, dan lain sebagainya.
Mungkin yang paling unik adalah ketika saya keluar pondok tanpa izin untuk meminjam kostum drama kontes, saat saya menjadi ketua penggerak bahasa aligarh. Dan tanpa disangka, saat sedang menyamar dengan pakaian  kaos di luar pondok, sambil naik motor saya tertangkap polisi, karena tidak membawa stnk dan sim, akhirnya saya dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi. Dan di saat yang sama teman saya sesama pengurus asrama melihat kejadian tersebut dan saya pun dianggap tertangkap polisi. Maka kabar tersebut tersebar di pondok. Malam itu saya juga terpaksa menginap di tempat nenek saya di ponorogo, dan akhirnya saya pun baru pulang ke pondok keesokan subuhnya, dengan naik ojek bersama teman saya, farid hilal.
Akhirnya begitu pagi hari saya sampai di asrama teman-teman saya pun terkaget-kaget melihat saya. Mereka menyangka saya masih berada di penjara, karena tertangkap polisi. Untungnya, bagian keamanan tidak mengetahui kejadian tersebut. Sehingga status saya sebagai santri tetap aman terjaga. Dan akhirnya asrama kami pun meraih juara dua dalam kontes drama Bahasa Inggris di tahun tersebut, yaitu tahun 2007. Dan saat itu saya bersama Arif Syafa’atul Ula memimpin drama tersebut sebagai sutradara dan produser.

Ustadz siapa yang paling membuat Antum berkesan belajar di Gontor?
Jawab: Banyak sekali astidz yang berkesan bagi saya saat saya masih belajar di Gontor. Yang paling kuat pengaruhnya juga tentu saja kakak-kakak kelas yang membimbing saya saat masih menjadi anggota. Antara lain ustadz Mukhlis Ilyas (Ketua CLI Alumni 2007), Imam Matin (Ketua CLI Alumni 2005). Mereka yang membuat saya merasa termotivasi untuk bisa menjadi salah satu anggota CLI. 
Dari kalangan guru, yang paling berkesan bagi saya, karena keilmuannya antara lain Ustadz Dihyatun Masqon (pengajar Tarikh Adab Lughoh di 5B dan 6B), saya terinspirasi dari semangat beliau dalam mengajar dan menjalani kehidupan. kemudian Ustadz Suharto (pengajar Tauhid di 6B), saya terinspirasi dengan gaya bahasa beliau yang sangat lancar, sangat mudah dipahami, dan memiliki nilai seni bahasa yang tinggi, seperti al-Qur’an yang berjalan dalam bentuk manusia, lisan beliau begitu mudahnya menyusun kata-kata yang mengena maknanya, dengan pilihan kata yang indahnya menurut saya di luar kemampuan manusia biasa. Saja juga terinspirasi oleh ustadz Ali Syarqowi (Kepala KMI yang lalu). Karena kemampuan Bahasa Arab yang sangat baik, dengan kemampuan vokal intonasi yang mumpuni. Saya juga terinspirasi oleh kesabaran para wali kelas saya, ustadz Ikhwan Mahmudi, ustadz Junaidi Alamsyah, Ustadz Imanuddin Abil Fida, dan Ustadz Syahruddin.
Yang juga menginspirasi saya adalah ustadz Taufiq Affandi. Beliau mengajarkan kami Grammar dan Composition. Gaya mengajarnya yang santai dan teratur membuat saya sangat menikmati mata pelajaran tersebut. Beberapa tekhnik mengajarnya selanjutnya juga saya gunakan saat saya mengajar Grammar dan Composition di Gontor 9.

Bisa dijelaskan sekelumit pengalaman Antum ketika di gontor? dulu pernah nongkrong bagian apa ya?
Jawab: seperti saya sempat jelaskan, mungkin untuk menceritakan pengalaman di Gontor tidak lengkap jika kita tidak membahas tentang asramanya. Dahulu saya tinggal di asrama Aligarh lantai dua. Asrama anak baru untuk anak-anak lulusan SMP dan setingkatnya. Di asrama inilah kami menghabiskan tahun pertama kami di Gontor. Bagi saya tahun pertama di Gontor merupakan tahun terberat sepanjang hidup saya. Di sana saya dikenalkan dengan disiplin gontor yang ketat dan keras, baik dari segi kedisiplinan waktu, kedisiplinan diri, maupun kedisiplinan Bahasa Arab dan Inggris. Di sinilah saya banyak belajar tentang bagaimana mengatur waktu, tenaga, dan pikiran saya, untuk dapat bertahan hidup di pesantren kosmopolitan seperti Gontor.
Di tahun kedua, saya tinggal di asrama Indonesia 4. Asrama ini ditinggali oleh santri-santri senior. Mereka yang tidak berhasil naik kelas, banyak yang ditempatkan di asrama ini. Teman-teman kami di asrama ini biasanya merupakan santri-santri kelas 3 intensif dan kelas 4 yang teman-temannya sudah naik ke kelas 5 dan menjadi pengurus asrama, bahkan ada pula yang teman-temannya sudah naik ke kelas 6, atau bahkan sudah menjadi alumni. Dari mereka saya banyak belajar tentang mental berani dan ketenangan hidup di Pondok. Saya juga belajar tentang kekeluargaan dan kesetiakawanan, yang terjalin antara kami, sesama penghuni asrama. Di sana saya mulai belajar untuk mengikis perasaan egois dan mulai belajar untuk lebih berempati dan memahami situasi orang lain, bahkan melindungi teman kita sesama penghuni asrama agar sama-sama terhindar dari disiplin-disiplin pondok yang begitu banyak.
Di tahun ketiga saya tinggal di gedung Aligharh. Menjadi mudabbir juga merupakan pengalaman berharga yang cukup berat bagi saya. Dan lebih lagi, saya juga ditugaskan menjadi ketua bagian Bahasa di asrama terbesar di Gontor. Dalam waktu tiga bulan, kami diharuskan untuk menjalankan disiplin Bahasa kepada santri-santri baru lulusan SD dan yang setingkatnya. Tugasnya yang ternyata sangat berat bagi kami, santri-santri muda yang baru tinggal dua tahun di pondok, dengan emosi yang masih belum stabil.
Pada semester kedua, di tahun ketiga saya, saya dipilih sebagai salah satu staf Darussalam Computer Center. Di sana saya mendapatkan kesempatan untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang pegawai di warnet dan rental komputer yang dikelola oleh Gontor. Dan juga bisa mengakses internet dengan gratis. Sehingga bisa menambah wawasan dan memberikan kemudahan untuk berkomunikasi dengan dunia luar.
Setelah saya naik ke kelas 6, di tahun ke empat, saya diangkat menjadi salah satu staf Bagian Bahasa Pusat. Sebenarnya, saya tidak terlalu suka dengan tugas sebagai penegak disiplin Bahasa. Karena harus berhadapan dengan anggota-anggota yang melanggar disiplin-disiplin Bahasa. Namun karena sudah amanat yang diberikan dari Pondok, maka tugas itu saya jalankan sebaik mungkin. Hingga akhirnya, setelah terjadi sedikit masalah dalam tim kami di Bagian Bahasa, formasi kami pun dirombak, dan saya dipilih menjadi ketua penggerak Bahasa Pusat, menggantikan Faqih Nizhom dan Kurniawan Dwi Saputra. Tidak terlalu banyak perubahan yang saya lakukan dalam bagian bahasa. Saya hanya memperbanyak komunikasi antara anggota organisasi, meminimalisir kekerasan dalam penegakan disiplin, dan membuat jadwal keliling asrama bagi setiap staf Bagian Bahasa Pusat.
Pengalaman-pengalaman tersebut, membuat saya lebih terbiasa berbahasa Arab dan Inggris. Hingga saat ini, dua bahasa ini masih tersimpan cukup baik pada diri saya, sehingga bisa saya gunakan dengan cukup mudah untuk menambah ilmu pengetahuan, maupun untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada akhirnya apa yang kita berikan kepada Pondok, justru kembali lagi kepada kita dalam bentuk kebaikan-kebaikan yang menjadi bekal kita dalam kehidupan.

Antum mendapat tugas pengabdian dimana dan bagian apa?
Jawab:

Saya mengabdi di Gontor 9, Kalianda Lampung Selatan. Di sana saya menjadi staf LAC, pengawas Bahasa sekaligus sebagai pengawas bagian informasi (CID), dan sekaligus juga, sebagai salah satu penyiar Suargo FM, yang saat itu baru didirikan di Gontor 9.

Sekarang Antum melanjutkan kuliah dimana/ universitas apa?
Jawab: saya melanjutkan kuliah S1 di Universitas Al-azhar Kairo, Mesir. Dan kemudian S2 dan S3 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


Jurusan apa yang antum Ambil? Mengapa?
Jawab:

Dalam studi S1 saya mempelajari sejarah. Kenapa? Karena saya memiliki obsesi untuk menjadi seorang pemimpin politik atau Presiden Indonesia. Dan menurut saya, sejarah memiliki banyak nilai bagi seorang pemimpin politik, karena sejarah merupakan pelajaran-pelajaran politik yang diberikan oleh para pemimpin di masa lalu. Selain itu, di antara semua jurusan agama yang ada di Al-Azhar, jurusan sejarah adalah satu-satunya jurusan yang menurut saya netral, dan tidak murni agama. Selain itu, jurusan sejarah merupakan jurusan yang paling tidak diminati oleh Mahasiswa Indonesia. Kebanyakan dari Pelajar Indonesia merasa bahwa jurusan tersebut kurang memiliki prospek kerja, sekaligus dianggap sulit, karena memang faktanya, kebanyakan Mahasiswa yang mengambil kelas di Fakultas Bahasa Arab, apalagi untuk jurusan Sejarah, kebanyakan mendapatkan kesulitan. Maka, selain saya merasa senang dengan pelajaran tentang politik yang ada dalam sejarah, saya juga merasa menjadi bagian dari komunitas eksklusif yang langka, karena Mahasiswa Indonesia jurusan sejarah sangat jarang kita temui di Universitas Al-Azhar, kebanyakan lebih memilih jurusan Ushuluddin, tafsir, hadits, dan Syari’ah Islam.
Untuk studi S2 dan S3 saya memilih konsentrasi Bahsa Arab. Kenapa, karena ini adalah saran dari sponsor saya, yaitu ayah saya. Beliau memang merupakan dosen Bahasa Arab, dan melihat banyak peluang yang terbuka bagi para ahli Bahasa Arab. Alhamdulillah dengan mengikuti saran ayah saya, saya juga mendapatkan peluang untuk menggunakan ilmu yang saya pelajari untuk mengajar Bahasa Arab di Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta, dan di Pusat Bahasa dan Budaya UIN Jakarta.

Sudah berapa lama Antum belajar di sana?
Jawab:

Saya belajar di Mesir sejak awal 2010-2014, dan studi S2 saya berlangsung dari tahun 2015-2017. Sedangkan studi S3 saya saat ini masih berlangsung, sudah dimulai sejak paruh kedua tahun 2018.

Bagaimana sih proses perjalanan antum kog sampai bisa kuliah disana?
Jawab: saat saya ke mesir, itu diawali dengan ujian studi ke timur tengah yang dilaksanakan oleh Departemen Agama. Dan dari sana, setelah lulus, sebagai salah satu calon mahasiswa Al-Azhar saya bisa mengurus izin visa untuk berangkat ke Mesir. Dan selanjutnya di Mesir, saya mengikuti ujian masuk yang diadakan oleh Universitas Al-Azhar, dan setelah lulus, barulah saya bisa memulai studi saya di Al-Azhar.
Untuk studi S2 dan S3 saya daftar langsung ke UIN Jakarta. Dan bisa langsung mulai kuliah sesuai dengan jadwal kuliah yang telah ditentukan. Alhamdulillah orang tua saya juga tinggal di wilayah kampus UIN, sehingga untuk masalah akomodasi dan transportasi tidak ada kesulitan yang berarti.

Antum menggunakan biaya pribadi atau melalui beasiswa?
Jawab:
Saya menggunakan biaya dari keluarga, saat saya berangkat ke Mesir
Untuk studi ke Mesir, saya berangkat dengan bantuan dana dari Om saya, dan tentu saja dari orang tua saya. Sedangkan untuk kuliah, saya mendapatkan beasiswa, karena memang semua jurusan agama di Al-Azhar memang gratis, biayanya diambilkan dari dana wakaf al-Azhar yang datang dari donatur dari seluruh Dunia. Sedangkan untuk biaya hidup, saya masih mendapatkan kiriman dari orang tua. Sedangkan di tahun kedua, saya juga mendapatkan beasiswa on-going dari Bait Zakat Kuwait. Dan dari lembaga ini saya mendapatkan biaya hidup dan juga tiket untuk pulang kembali ke Indonesia.
Untuk studi di S2 saya menggunakan uang yang saya dapat dari honor mengajar Bahasa Arab di UIN, dan juga sebagian masih dibantu oleh ayah saya.
Untuk studi S3, saya juga menggunakan uang pribadi, dan juga bantuan dari ayah saya, dan untuk semester dua, saya mendapatkan beasiswa dari MUI Pusat, beasiswa ini mencakup biaya kuliah dan ujian-ujian. Dan tidak mencakup biaya hidup.

Bagaimana cara Antum hidup dan menyesuaikan keadaan di Negara itu?
Jawab:
Secara umum mesir sangat mirip dengan Indonesia, karena merupakan negara mayoritas muslim. Hal yang terberat mungkin saat kita menghadapi musim panas dan musim dingin. Panas yang ada di Mesir pada masa puncaknya bisa mencapai 40 derajat, bahkan lebih, sedangkan musim dingin biasanya berkisar 10-10 derajat. Suhu tersebut cukup ekstrem jika dibandingkan dengan yang kita temui di Indonesia. Namun dengan kesabaran, in sya Allah semua bisa dilalui dengan baik. Hal penting yang harus kita hadapi juga kendala bahasa amiyah. Bahasa Amiyah memang berbeda dengan bahasa arab formal. Maka kita juga membutuhkan adaptasi selama beberapa bulan, untuk dapat membuat sinkronisasi antara Bahasa Formal dengan Bahasa Amiyah.

Apakah dosen dan metode penyampaian materi sama seperti di Indonesia?
 Jawab:
Metode penyampaian di Mesir kebanyakan adalah dengan metode ceramah. Yang membuat sebagian pelajar Indonesia merasa bosan dengan sistem kuliah yang ada di sana. Al-Azhar juga sangat menekankan hafalan. Maka setiap alumni Al-Azhar memang biasanya memiliki kemampuan hafalan yang cukup baik, karena sudah terlatih untuk menghafal buku-buku diktat kuliah, ditambah dengan hafalan Al-Qur’an yang jumlahnya sekitar 4 juz. Sistem ini ada kekurangannya, antara lain, mahasiswa menjadi sangat pasif dalam proses belajar, selain itu, sikap kritis dan kreatif juga menjadi kurang terasah dengan sistem pendidikan yang monoton dan sangat berpegang kepada hafalan tersebut.
Saat saya melanjutkan studi di S2 dan S3, saya merasakan sistem pendidikan yang sangat berbeda. Di Indonesia kita dibiasakan untuk menulis karya ilmiah, dan berdiskusi juga kita diajak untuk lebih banyak berfikir dan kita tidak terlalu banyak dibebankan hafalan. Hal ini membuat saya merasa lebih santai dan menikmati suasana perkuliahan yang ada di UIN Jakarta.

Menurut Antum, apa sih kelebihan dan kekurangan belajar disana?
Jawab:
Kelebihan di Mesir, adalah mereka memiliki landasan keilmuan teks yang sangat kuat. Namun kekurangannya adalah dalam bidang produktifitas dan kreatifitas yang tidak terlalu terasah

Menurut Antum, apakah belajar di luar negeri itu berat? Apa kendala yang harus dihadapi?
Jawab:
Belajar di luar negeri memang berat. Tapi semua yang berat akan menjadi mudah, jika kita memiliki keinginan yang kuat untuk menyelesaikannya dengan baik. Dan semua yang berat sebenarnya akan menjadi mudah, jika kita jalankan, dengan ikhlas dan tanpa beban. Kendala yang dihadapi pada umumnya bagi mahasiswa non beasiswa seperti saya adalah masalah finansial. Kekurangan dana. Ini bisa dihadapi dengan bersabar, berdoa, dan mencari sumber dana yang mungkin bisa membantu kita meringankan beban biaya hidup yang ada. Untuk masalah akademis, dengan pengalaman belajar yang cukup, terutama sekali dengan kemampuan membuat catatan dan menghafal pelajaran yang cukup, in sya Allah semua kendala dapat kita lewati dengan baik.

Apa persiapan/ bekal yang harus dipunyai para Alumni agar mereka bisa mengikuti jejak Antum diluar negeri?
Jawab:
Hal pertama menurut saya adalah kemampuan mendisiplinkan diri. Kemampuan mengatur waktu belajar, karena Universitas Alazhar memang kampus yang memiliki sistem belajar yang sangat bebas. Tidak perlu membuat tugas, tidak wajib absen, tidak jib menghadiri kuliah, dan tidak ada tugas skripsi. Sekilas memang terdengar mudah. Namun hal ini justru membuat mahasiswa alazhar terlena, dan akhirnya tidak siap menghadapi ujian semester, sehingga mereka akhirnya tertinggal, dan tidak bisa menyelesaikan studi tepat waktu.

 Bagaimana cara termudah untuk bisa mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri?
Jawab:
Cara termudah mungkin dengan mencari di internet, dan mulai menyiapkan persyaratannya, sedikit demi sedikit. Lakuakanlah hal tersebut dengan niat tulus dan kesungguhan. Memang tidak ada hal yang mudah untuk bisa mendapatkan sesuatu yang tinggi. Semua prestasi tinggi biasanya didapatkan dengan bersusah payah dan kesungguhan. Sebagaimana disebutkan dalam mahfuzhot:
ومن طلب العلا بغير كد # أضاع العمر في طلب المحال
Dan barangsiapa mencari kemuliaan dengan tanpa kesungguhan, maka ia telah menghilangkan usianya untuk mendapatkan sesuatu yang mustahil. 

Kira-kira dimana saja sih tempat untuk melanjutkan study yang terbaik diluar negeri?
Jawab:
Menurut saya mesir masih menjadi kiblat ilmu pengetahuan islam di Dunia saat ini, karena kemampuan para ulamanya yang mumpuni dalam menjaga harta karun keilmuan islam. Namun, untuk ilmu-ilmu lainnya, tentu saja banyak Negara-negara lain yang memiliki kualitas pendidikan yang tinggi. Negara-negara Barat seperti Eropa dan Amerika mungkin menjadi tempat yang baik untuk belajar ilmu-ilmu umum, Meskipun saat ini asia juga sudah mulai menyaingi dominasi eropa. Singapura, Jepang, China, dan India menjadi Negara-negara Asia dengan kualitas pendidikan yang sangat baik. Jarak yang tidak terlalu jauh juga akan membuat biaya transportasi di Negara-Negara Asia lebih murah. 

Apakah cita-cita dan harapan setelah bisa lulus dari sana?
Jawab:
Cita-cita saya antara lain, saya ingin menjadi pengajar yang member pengaruh positif bagi generasi muda, sekaligus membuat karya-karya tulis yang berkualitas, yang bisa memberikan nilai positif bagi orang lain. Saya juga memiliki rencana untuk membuat institusi pendidikan sendiri, untuk ikut menyebarkan pendidikan islam yang progresif, moderat, dan menjadi motor penggerak kemajuan Umat Islam.



Apa nasihat dan wejangan Antum bagi para alumni gontor yang ingin melanjutkan kuliah seperti Antum?
Jawab:
Pesan saya, jalani proses belajar anda dengan sabar. Cari koneksi dan lingkungan yang mendukung, dan jalankan kewajiban anda dengan sebaik-baiknya. Berusahalah untuk mejadi orang yang istimewa, sebagaimana yang pernah disampaikan oleh ustadz Dihyah, “I need all of you to be winners, winners do not do different things, they do things differently”. Jadilah sosok yang berbeda karena sesuatu yang positif, karena dengan begitu anda akan menjadi sosok yang berharga bagi komunitas anda, sehingga lebih mudah bagi anda untuk dipilih sebagai penerima beasiswa, maupun sebagai anggota masyarakat yang bermanfaat di masa depan.
 
Kontak Antum No hp/ WA : Email : FB : Twitter :
Hp/wa: 081311448187
Email: presiden.izdiyan@gmail.com
Fb: mohammad izdiyan muttaqin
Twitter: presiden izdiyan
« Last Edit: 10 Apr, 2018, 17:37:38 by Admin »