Perlengkapan Manusia dan Perlengkapan Binatang.
Binatang yang terdapat pada tingkatan yang lebih rendah daripada tingkatan manusia tidak memperlihatkan tanda-tanda akan adanya kemajuan intelektual atau kemajuan kebudayaan. Kebudayaan terus mengalami kemajuan-kemajuan dengan perantaraan lembaga-le mbaga kebudayaan dan alat-alat intelektual yang baru saja disebutkan. Binatang tidak dapat mencapai kemajuan-kemajuan ini. Di kalangan binatang tidak pernah terdapat sesuatu yang dapat dinamakan bahasa simbolis. Batas-batas kemungkinan ini berarti, bahwa binatang yang hidup pada tarap yang rendah itu tidak akan pernah dapat dididik, meskipun mereka itu dapat dilatih untuk mengerjakan hal-hal tertentu.
Tingkah laku binatang terbatas pada situasi-situasi per- septual saja; artinya : tingkah laku rnereka hanya terbatas pada dunia physik yang terdiri dari benda-benda saja. Dalam situasi- situasi sensoris dan perseptual mereka dapat mempergunakan benda-benda untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang mereka hadapi. Seekor kera dapat menyelesaikan masalah bagaimana caranya mencapai makanan yang diletakkan pada suatu tempat yang terlalu tinggi, sehingga tidak dapat dicapai dengan jalan biasa. Masalah ini akan dipecahkannya dengan jalan menumpuk beberapa kotak atau peri sehingga terdapat suatu lan- dasan yang cukup tinggi, yang memungkinkan ia mencapai makanan tadi. Tingkah laku semacam ini adalah tingkah laku yang khas bagi binatang yang terdapat pada tingkat inteligensi binatang yang tinggi. Perlu ditegaskan di sini, bahwa situasi, yang baru dilukiskan di atas adalah suatu situasi kongkrit yang dipergunakan dalam hubungan dengan berfungsinya alat-alat driya dalam suatu lapangan sensoris.
Banyak juga masalah manusia yang diselesaikan dalam cara yang sarna dengan cara penyelesaian masalah yang dipergunakan oleh kera tadi, tetapi manusia mempunyai kapabilitet untuk berbuat secara rasional, la dapat mempergunakan pengertian- pengertian dan konsep-konsep. Tingkah laku rasional meliputi simbolisme abstrak dan pemahaman prinsip-prinsip dalam hubungan sebab-akibat. Kapasitet untuk mempergunakan sistem simbolisme dan mengambil langkah-langkah tak langsung alam menyelesaikan suatu masalah adalah sesuatu yang unik bagi perbuatan belajar pada manusia. Rupa-rupanya binatang hanya mempunyai satu pusat kesadaran saja pada satu ketika, ialah : kesadaran terhadap situasi sensoris yang dihadapi pada waktu
itu. Manusia dapat menghadapi dua atau lebih pusat kesadaran pada satu ketika. Prosedur ini memungkinkan manusia menemukan alat-alat sebagai langkah-langkah tak langsung, mencapai beberapa tujuan tak langsung dan berusaha mencapai penyelesaian terakhir tanpa kehilangan masalah yang sebenarnya. Masalah macam ini biasanya berupa masalah-masalah sosial, ekonomis, politis atau keagamaan, yaitu masalah-masalah yang tidak dapat dihadapi dan dipecahkan oleh binatang. Dengan perantaraan tingkah laku-tingkah laku macam inilah umat manusia dapat mencapai kebaikan-kebaikan sosial dan moril yang agung, yang mengikat kita sekalian dalam suatu masyarakat yang berkebudayaan.
Perbedaan Individual dalam Perlengkapan.
Pada halaman-halaman yang telah, lampau telah diberikan uraian singkat mengenai perlengkapan manusia. Setiap orang yang memberikan bimbingan dalam aktivitet-aktivitet belajar perlu kiranya memikirkan masalah : bagaimana dan mengapa setiap individu berbeda dari individu yang lain. Menyusun prosedur-prosedur pengajaran dengan memperhatikan seluas-luasnya perbedaan individual ini adalah suatu tugas yang terletak di luar batas-batas kitab ini. Meskipun demikian adalah pada tempatnya untuk memeriksa prinsip-prinsip psikologis yang berhubungan dengan perbedaan individual ini.
Timbulnya Masalah Variabilitet. Masalah perbedaan-perbedaan individual ini semenjak pertengahan abad ke-I9 makin terasa dan disadari di Amerika Serikat, dan kesadaran akari masalah ini semenjak waktu itu lebih besar daripada waktu-waktu sebelumnya. Hal ini bukanlah karena semenjak pertengahan abad ke-19 itu anak-anak memperlihatkan perbedaan individual yang lebih besar daripada sebelumnya dalam zaman Amerika jajahan. Dalam hal ini kita harus lebih memperhatikan perubahan-perubahan dalam filsafat pendidikan dan politik nasional Amerika. Dalam zaman penjajahan hanyalah mereka yang pernah bersekolah yang berpendapat bahwa belajar di sekolah itu bermanfaat. Ketika kepada seluruh rakyat diberikan hak-pilih untuk lebih rneng-effektifkan sistem demokrasi atau sistem pemerintahan sendiri atau swapraja, maka dirasakan!ah adanya kebutuhan akan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Akibatnya dimulailah undang-undang kewajiban bersekolah dan akhirnya undang-undang ini diterima oleh seluruh negara-bagian di Amerika Serikat. Praktek baru ini telah menyebabkan sekolah- sekolah rakyat diisi dengan populasi yang heterogin dan yang memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang luas mengenai kapasitet dan minat. Rancangan yang bersifat masai ini tentu saja menghendaki, bahwa cara mengajar individual yang dipraktekkan sebelumnya digantikan dengan cara mengajar berombongan. Setiap usaha untuk mengajar suatu rombongan anak tentu menjumpai perbedaan-perbedaan yang sangat luas antara para anggota rombongan itu, juga kalau misalnya rombongan tadi digolong-golongkan secara hati-hati atas dasar-dasar tertentu. Masalah-masalah semacam ini menimbulkan bermacam-macam penyelidikan, seperti gerakan studi tentang anak, jurusan pelajaran yang dibeda-bedakan, pemeriksaan atau penilaian psikologis (mental testing), penilaian dalam pendidikan, diagnosis ilmiah dan langkah-langkah perbaikan.
Bagaimana dan Mengapa Anak-anak berbeda-beda. Oleh karena setiap individu adalah hasil, hereditet dan lingkungan, maka setiap variasi pada salah satu faktor di atas dapat mempengaruhi hasil itu. Seorang anak dengan warisan biologis yang cukup besar mungkin hanya memperlihatkan hasil yang biasa atau bahkan interior saja, oleh karena ia tumbuh dalam lingkungan yang terlampau banyak mengandung hambatan-hambatan. Begitu pula seorang anak dengan perlengkapan biologis yang biasa saja mungkin dalam hasil-hasil pelajaran di sekolah kelihatan sangat superior; keterangan lebih lanjut mengenai hal ini akan kita dapat kemudian. Murid-murid menunjukkan perbedaan-perbedaan dalam hal apa yang dapat mereka pelajari dan apa yang memang telah mereka pelajari.
Apa yang dipandang sebagai kapasitet asli atau kapasitet yang diwariskan ditentukan oleh cara gene-gene berkombinasi dalam ovum yang sudah mengalami penyerbukan. Sebab perbedaan ini telah dibicarakan dalam bagian yang lampau. Pada waktu anak masuk sekolah tidak ada satu haipun yang dapat dilakukan sekolah mengenai hal ini; namun perlulah sekolah mengetahui, bahwa perbedaan-perbedaan ini adalah akibat: dari kreditet, sehingga dengan demikian dapat dipastikan batas-batas tanggung-jawab sekolah.
Suatu prinsip yang ditemukan oleh pemeriksaan psikologis ialah bahwa dalam fungsi-fungsi psikis tinggi terdapat perbedaan-perbedaan yang lebih besar di antara para manusia daripada dalam fungsi-fungsi yang lebih rendah. Test-test inteligensi yang baik mempergunakan pula prinsip ini dengan jalan memasukkan ke dalamnya pertanyaan-pertanyaan yang menimbulkan proses-proses abstrak yang tinggi. Test mengenai kecakapan loncat tinggi atau mengenai kwalitet tulisan tangan tidak dapat merupakan suatu petunjuk mengenai kapasitet dasar seseorang, oleh karena perbuatan-perbuatan semacam ini' terdapat pada tingkatan rendah. Apa yang diperoleh seseorang dan warisan atau keturunannya ialah potensialitet inteligensi. Inteligensi itu sendiri adalah sesuatu yang harus dicapai. Oleh sebal) itu orang-orang yang memiliki potensialitet dasar yang sarna mungkin mencapai tingkat inteligensi yang sangat berbeda, letapi bagi orang yang tidak sarna kapasitet dasarnya akan terdapat perbedaan-perbedaan yang lebih besar lagi setelah mereka itu mendapat didikan di sekolah. Dengan perkataan lain dapatlah dikatakan, bahwa murid-murid yang pandai, tidak saja mencapai tingkat kedewasaan psikis terakhir yang lebih tinggi daripada anak-anak yang bodoh, tetapi tingkat terakhir ini mereka capai dalam waktu yang lebih pendek. Hal ini berarti, bahwa perbedaan-perbedaan mutlak bertambah, meskipun perbedaan- perbedaan relatif dalam lingkungan yang sama tidak berubah. Kalau dua orang anak pada umur 5 tahun memperlihatkan perbedaan dalam umur psikis sebesar 1 tahun, maka keniungkin- annya ialah, bahwa pada umur 10 tahun nanti perbedaan dalam umur psikis antara mereka ini akan menjadi 2 tahun. Namun I.Q. mereka akan konstan t selama waktu di atas tadi.
Perbedaan-perbedaan juga dapat timbul sebagai akibat faktor-faktor emosional dan kesalahan-kesalahan pedagogis. Cara mengajar yang jelek dapat timbul sebagai akibat dari ke- taksanggupan untuk mengetahui kesukaran-kesukaran yang dihadapi pelajar. Mengajar bukanlah semata-mata menerangkan suatu mata-pelajaran saja; dalam mengajar guru harus juga memperhatikan kondisi emosional dan psikis si pelajar. Sikapnya, cita-citanya, minatnya dari kebutuhan-kebutuhan yang disadarinya, semuanya ini terletak dalam daerah situasi pengajaran. Barangkali pengajaran yang baik memang berusaha mempersamakan anak-anak di sekolah rakyat, tetapi barangkali benar pula, bahwa pada tingkat perguruan tinggi keadaan yang sebaliknyalah yang terdapat, ialah bahwa tingkat akademi yang dicapai oleh para mahasiswa berbeda-beda. Orang menjadi berlainan, oleh perbedaan sifat sambutan-sambutan yang dilakukan. Pengajaran dapat menimbulkan dan dapat pula tidak menimbulkan sambutan yang tepat untuk tiap anak. Faktor usaha yang dilakukan oleh murid pun tidak boleh pula kita abaikan. Adanya suatu organisme dalam suatu lingkungan tidak perlu berarti, bahwa dengan demikian lalu timbul pertumbuhan atau perbuatan belajar. Untuk itu harus lebih dahulu terdapat sambutan terhadap situasi. Dalarn hal mata pelajaran-mata pelajaran di sekolah, faktor usaha merupakan sebab utama dari perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara murid-murid. Seorang anak tidak dapat menjadi orang yang berkebudayaan, semata- mata karena ia ada dalam suatu lingkungan yang berkebudayaan saja. Kebudayaan harus dicapai dengan jalan mengadakan usaha- usaha sepantasnya.
Perbedaan-perbedaan dalam satu Klas atau Tingkatan. Pada
halaman berikut terdapat suatu tabel yang memuat score yang dicapai oleh sejumlah anak klas tiga pada suatu sekolah dasar.
Pada kolom .ketiga dalam tabel itu terlihat, bahwa dua orang murid tidak, dapat mencapai suatu nilaipun pada Gates Silent Reading Test yang diperuntukkan bagi kias 3 sampai kias 8, sedangkan sebaliknya terdapat pula seorang murid yang mencapai nilai yang sama dengan nilai untuk permulaan kias 9. Oleh karena test itu diberikan pada pertengahan kias tiga, maka norma kias untuk rombongan murid-murid itu ialah 3, 4 atau 3, 5. Seperempat dari anak-anak ini mencapai nilai yang lebih rendah daripada norma rombongan dan sepertiga dari anak-anak ini dapat melampaui atau melebihi norma rombongan dengan nilai satu tahun atau lebih. Untuk rombongan anak kias tiga ini jarak batas (range) untuk kecakapan membaca jadinya ialah dari tingkat f sampai tingkat sembilan, yaitu 8 tingkat penuh; perlu kita perhatikan kenyataan, bahwa seluruh anak ini mendapat pelajaran yang sama, yang diberikan dalarn kias mereka. Ini bukanlah suatu keadaan luar biasa, tetapi keadaan semacam ini dapat ditemukan dalarn banyak sekolah umum.
TINGKAT KECAKAPAN MEMBACA DAN I.Q. DARI
MURID KLAS III PADA SUATU SEKOLAH RAKYAT
MURID UMUR KRONOLOGIS TKT KECAKAPAN MEMBACA I.Q.
a. 8-9 9 0 115
b. 9-9 8-1 106
c. 8-7 5-8 109
d. 7-11 5-2 97
e. 9-9 5 1 115
f. 8-8 4-8 100
g. 8-3 4-6 117
h. 8-6 4-5 102
i. 8-1 4-5 123
j. 8-5 4-3 115
k. 9-5 4-2 87
l. 8-6 4-2 84
m. 8-5 4-1 77
n. 8-6 3-8 109
o. 9-6 3-6 91
p. 8-9 3-6 95
q. 8-5 3-4 105
r. 8-5 3-4 101
s. 9-10 3-3 85
t. 9-3 3-3 90
u 8-0 3-3 93
v. 8-1 3-1 93
w. 10-8 0-0 62
x. 10-10 0-0 55
Dari tabel ini dapat pula dilihat hubungan antara tingkat
kecakapan membaca dengan I.Q., I.Q. terendah kurang dari setengah l.Q. tertinggi. Ada I 1 orang murid yang mempunyai l.Q„ di atas 100, dan ada 12 orang murid yang I.Q-nya kurang dari 100. Koeffisien korelasi antara tingkat kecakapan membaca dengan l.Q. untuk kias ini hanya 0,34, sedangkan kalau tercapai koeffisien sebesar 100 akan terdapatlah hubungan yang sempurna. Dengari mempergunakan anggapan, bahwa nilai-nilai un tuk I.Q. dan kecakapan membaca adalah penilaian yang cukup teliti, maka korelasi yang rendah ini menyarankan, bahwa pada beberapa anak kecakapan mernbaca yang rendah ini disebabkan oleh sesuatu yang terletak di luar kapasitet belajar.
Kita cukup mempunyai fakta-fakta untuk berpendapat, bahwa perbedaan-perbedaan akan tetap terdapat, baik di sekolah. menengah maupun di perguruan tinggi. Tabel pada halarnan ini memuat distribusi frekwensi mengenai 512 orang tamatan sekolah menengah atas, yang ditest setelah mereka sebulan lamanya belajar nada perguruan tinggi. Tesi: yang dipergunakan ialah salah satu dari Cc-operative English Test of The American Council on Education. Score yang dimuatkan dalam tabel ini
DISTRIBUSI DARI SCORE PADA TEST MEMBACA DARI SEJUMLAH 512 ORANG MAHASISWA T H J..
SCORE1 ' JUMLAH MAHASISWA
85-89 1
80-84 2
75-79 6
70-74 22
65-69 31
60-64 52
55-59 120
50-54 132
45-49 89
40-44 48
35-39 14
30-34 1
:N 512
salah score total skala mengenai perbendaharaan kata-kata, kecepatan pemahaman dan tingkat pemahaman. Hendaklah diperhatikan j arak-batas (range) yang luas mengenai kecakapan membaca yang terdapat di antara rombongan mahasiswa tahun pertama ini, sebenarnya seharusnya telah siap semuanya untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi.
Meramalkan Sukses. Sampai di manakah perbedaan-perbedaan yang terdapat pada waktu sekarang merupakan petunjuk bagi perbedaan-perbedaan yang akan terdapat pada masa yang akan datang ? Misalnya, bagi mereka yang mempergunakan angka-angka test inteligensi untuk meramalkan sukses dalam pekerjaan sekolah menganggap ada hubungan yang berarti antara apa yang dapat dilakukan murid dengan apa yang akan dilakukannya sebagai ternyata pada angka-angka laporan di sekolah. Hubungan atau korelasi ini memang positif, tetapi tidak terlampau tinggi, biasanya bergerak antara 0,40 sampai 0,60 bergantung kepada reliabilitet dan validitet alat penilai yang dipergunakan. Test-test yang dipergunakan untuk menilai bakat belajar pada umumnya untuk mereka yang baru masuk perguruan tinggi memperlihatkan korelasi yang sama tingginya dengan sukses di sekolah atau mungkin sedikit lebih tinggi, terutama test-test yang mengandung soal-soal mengenai perbendaharaan kata-kata dan unsur-unsur verbal yang lain. Tetapi kalaupun tercapai korelasi laku seseorang meliputi pula perubahan dalam struktur biolignya. Kebanyakan setinggi 0,60, nilai peramal dari suatu test untuk seorang individu mungkin kelebih-baikannya daripada keadaan kebetulan (cliange) tidak akan lebih tinggi daripada 20%. Inilah yang dimaksudkan dengan formula Kelly untuk ”coeficient of alienation’', di mana k adalah ukuran mengenai ke-meleset-an dari persesuaian yang sempurna.
Kalau r adalah korelasi antara dua susunan score, seperti score pada suatu test intelligensi dengan angka-angka sekolah misalnya, dapatlah sebagai contoh r kita ganti dengan nilai 0,60.
k = \/1 - 0,602 - \/1 - 0,36 = \/0,64 = 0,80
Kalau kemelesetan dari persesuaian sempurna adalah 80%, maka nilai peramal dari suatu korelasi sebesar 0,60 hanyalah 20%- lebih baik dari kecocokan yang terjadi karena kebetulan saja (change). -- Hubungan-hubungan ini tidak boleh ditafsirkan terlalu mutlak atau kaku, karena banyak lagi faktor yang mungkin turut pula menimbulkan kesalahan. Suatu korelasi setinggi 0,90 adalah korelasi yang tinggi, dan kurang dari 0,30 adalah korelasi yang rendah. Plus 1.00 berarti, bahwa ada korelasi positif yang sempurna, dan minus 1,00 berarti korelasi inversi vang sempurna sedangkan 0,00 berarti tidak ada hubungan sama sekali. Kesalahan yang sangat umum ialah anggapan, bahwa antara dua susunan atau sifat yang memperlihatkan korelasi yang tinggi selalu terdapat hubungan kausal.
Hukum atau ketentuan tentang perbandingan jalan pertumbuhan mempunyai juga nilai peramal. Untuk mencapai sukses dalam jabatan-jabatan yang selalu menghadapi masalah-masalah abstrak seperti hukum, accounting atau mengajar sangat diperlukan tercapainya atau dikuasainya tingkatan-tingkatan tertinggi mengenai sifat-sifat psikis tertentu. Apabila dengan keadaan-keadan yang biasa (average conditions) kurve pertumbuhan psikis seorang anak ternyata lebih rendah dari keadaan biasa, maka agak besarlah kemungkinan, bahwa ia dalam kehidupan dewasanya kelakpun akan tetap menempati posisi yang relatif rendah itu. Artinya : anak yang bodoh cenderung untuk tetap bodoh, dan anak yang pandai cenderung untuk tetap pandai.
IKHTISAR
1. Setiap individu adalah hasil dari dua kekuatan atau dua faktor : hereditet dan lingkungan. Kedua faktor ini penting bagi setiap perkembangan.
2. Dalam mempelajari individu-individu penting untuk mengetahui prinsip-prinsip pokok tertentu mengenai hereditet.
a. Hereditet bekerja dengan melalui sel-sel benih (germ cells). Prinsip reproduksi ini berarti, bahwa ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik yang dipelajari oleh orang tua tidak diteruskan kepada anak-anaknya.
b. Setiap jenis menghasilkan jenisnya sendiri. Prinsip konformitet ini berarti, bahwa setiap anggota jenis atau golongan (species) mengikuti suatu pola umum.
c. ,Sel-sel benih (germ cells) mengandung banyak deter- minant, yang berkombinasi dalam cara-cara yang ber- aneka-warna untuk menghasilkan perbedaan-perbedaan individual. Prinsip variasi ini berarti, bahwa anak- anak mungkin menyerupai dan mungkin pula tidak menyerupai orang tua mengenai suatu sifat tertentu.
d. Anak atau keturunan cenderung untuk menuju ke- kerata-rataan (average) mengenai suatu sifat tertentu. Prinsip regresasi filial ini turut pula menerangkan adanya variasi-variasi dari orang tua.
3. Para ahli-biologi telah mencapai beberapa kemajuan dalam meng-analisa mekanisme hereditet.
a. Setiap manusia memulai hidupnya apabila terjadi pertemuan atau persatuan (union) antara ovum wanita dengan sperma priya.
b. Struktur sellulair, yang disebut kromosom-kromosom, menurut praduga mengandung berbagai-bagai susunan unsur-unsur yang tak dapat dilihat, yang di-sebut gene-gene, yang menurut dugaan pula tetaknya menyerupai rangkaian mata-kaiung dan terikat pada pasangan-pasangan kromosom.
c. Setengah dari 48 kromosom untuk setiap manusia datang dari setiap pihak orangtua, sehingga tidak ada seorang anakpun dapat tepat menyerupai salah satu dari kedua orangtuanya.
4. Ciri-ciri biologis yang penting untuk tujuan-tujuan pendidikan terdiri dari : kecenderungan bergerak atau berbuat (actendendes), struktur badan, sensivitet, plastissitet, dorongan, kapasitet belajar, dan pola-pola biologis.
5. Abilitet-abilitet tertentu yang ada karena dipelajari mengandung efek mempertinggi kapasitet belajar orang yang bersangkutan. Dengan adanya abilitet-abilitet serta dorongan-dorongan yang dipelajari yang tersusun seperti piramid dapatlah seseorang mencapai tingkatan-tingkatan perbuatan yang kalau tidak demikian tak akan dapat dicapainya.
6. Perlengkapan binatang berbeda dari perlengkapan manusia, baik dalam soal kwantitet, maupun dalam soal kwali- tet. Tingkah laku binatang terutama terbatas pada situasi- situasi sensoris dan perseptual yang terdiri dari hal-hal yang kongkrit. Manusia dapat mempergunakan pengertian-pengertian dan konsep-konsep yang terlepas dari situasi-situasi sensoris, dan terdapat pada bidang abstrak dan rasional.
7. Murid-murid dari setiap umur atau setiap kias di sekolah selalu memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang luas di antara mereka.
a. Suatu variasi, baik pada faktor hereditet, maupun pada faktor lingkungan akan menghasilkan perubahan.
b. Faktor-faktor lingkungan meliputi : kesalahan-kesalahan pedagogis, keadaan kesehatan dan keadaan-keadaan di rumah atau di sekolah, yang menghasilkan
gangguan-gangguan emosional atau gejala-gejala gangguan psikis, yang berhasil dari hasil belajar yang rendah.
c. Dalam setiap kias di sekolah akan terdapat anak-anak yang berbeda sebanyak satu tingkatan atau kias mengenai setiap hasil belajar yang dapat dinilai atau di- ”ukur”.
Binatang yang terdapat pada tingkatan yang lebih rendah daripada tingkatan manusia tidak memperlihatkan tanda-tanda akan adanya kemajuan intelektual atau kemajuan kebudayaan. Kebudayaan terus mengalami kemajuan-kemajuan dengan perantaraan lembaga-le mbaga kebudayaan dan alat-alat intelektual yang baru saja disebutkan. Binatang tidak dapat mencapai kemajuan-kemajuan ini. Di kalangan binatang tidak pernah terdapat sesuatu yang dapat dinamakan bahasa simbolis. Batas-batas kemungkinan ini berarti, bahwa binatang yang hidup pada tarap yang rendah itu tidak akan pernah dapat dididik, meskipun mereka itu dapat dilatih untuk mengerjakan hal-hal tertentu.
Tingkah laku binatang terbatas pada situasi-situasi per- septual saja; artinya : tingkah laku rnereka hanya terbatas pada dunia physik yang terdiri dari benda-benda saja. Dalam situasi- situasi sensoris dan perseptual mereka dapat mempergunakan benda-benda untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang mereka hadapi. Seekor kera dapat menyelesaikan masalah bagaimana caranya mencapai makanan yang diletakkan pada suatu tempat yang terlalu tinggi, sehingga tidak dapat dicapai dengan jalan biasa. Masalah ini akan dipecahkannya dengan jalan menumpuk beberapa kotak atau peri sehingga terdapat suatu lan- dasan yang cukup tinggi, yang memungkinkan ia mencapai makanan tadi. Tingkah laku semacam ini adalah tingkah laku yang khas bagi binatang yang terdapat pada tingkat inteligensi binatang yang tinggi. Perlu ditegaskan di sini, bahwa situasi, yang baru dilukiskan di atas adalah suatu situasi kongkrit yang dipergunakan dalam hubungan dengan berfungsinya alat-alat driya dalam suatu lapangan sensoris.
Banyak juga masalah manusia yang diselesaikan dalam cara yang sarna dengan cara penyelesaian masalah yang dipergunakan oleh kera tadi, tetapi manusia mempunyai kapabilitet untuk berbuat secara rasional, la dapat mempergunakan pengertian- pengertian dan konsep-konsep. Tingkah laku rasional meliputi simbolisme abstrak dan pemahaman prinsip-prinsip dalam hubungan sebab-akibat. Kapasitet untuk mempergunakan sistem simbolisme dan mengambil langkah-langkah tak langsung alam menyelesaikan suatu masalah adalah sesuatu yang unik bagi perbuatan belajar pada manusia. Rupa-rupanya binatang hanya mempunyai satu pusat kesadaran saja pada satu ketika, ialah : kesadaran terhadap situasi sensoris yang dihadapi pada waktu
itu. Manusia dapat menghadapi dua atau lebih pusat kesadaran pada satu ketika. Prosedur ini memungkinkan manusia menemukan alat-alat sebagai langkah-langkah tak langsung, mencapai beberapa tujuan tak langsung dan berusaha mencapai penyelesaian terakhir tanpa kehilangan masalah yang sebenarnya. Masalah macam ini biasanya berupa masalah-masalah sosial, ekonomis, politis atau keagamaan, yaitu masalah-masalah yang tidak dapat dihadapi dan dipecahkan oleh binatang. Dengan perantaraan tingkah laku-tingkah laku macam inilah umat manusia dapat mencapai kebaikan-kebaikan sosial dan moril yang agung, yang mengikat kita sekalian dalam suatu masyarakat yang berkebudayaan.
Perbedaan Individual dalam Perlengkapan.
Pada halaman-halaman yang telah, lampau telah diberikan uraian singkat mengenai perlengkapan manusia. Setiap orang yang memberikan bimbingan dalam aktivitet-aktivitet belajar perlu kiranya memikirkan masalah : bagaimana dan mengapa setiap individu berbeda dari individu yang lain. Menyusun prosedur-prosedur pengajaran dengan memperhatikan seluas-luasnya perbedaan individual ini adalah suatu tugas yang terletak di luar batas-batas kitab ini. Meskipun demikian adalah pada tempatnya untuk memeriksa prinsip-prinsip psikologis yang berhubungan dengan perbedaan individual ini.
Timbulnya Masalah Variabilitet. Masalah perbedaan-perbedaan individual ini semenjak pertengahan abad ke-I9 makin terasa dan disadari di Amerika Serikat, dan kesadaran akari masalah ini semenjak waktu itu lebih besar daripada waktu-waktu sebelumnya. Hal ini bukanlah karena semenjak pertengahan abad ke-19 itu anak-anak memperlihatkan perbedaan individual yang lebih besar daripada sebelumnya dalam zaman Amerika jajahan. Dalam hal ini kita harus lebih memperhatikan perubahan-perubahan dalam filsafat pendidikan dan politik nasional Amerika. Dalam zaman penjajahan hanyalah mereka yang pernah bersekolah yang berpendapat bahwa belajar di sekolah itu bermanfaat. Ketika kepada seluruh rakyat diberikan hak-pilih untuk lebih rneng-effektifkan sistem demokrasi atau sistem pemerintahan sendiri atau swapraja, maka dirasakan!ah adanya kebutuhan akan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Akibatnya dimulailah undang-undang kewajiban bersekolah dan akhirnya undang-undang ini diterima oleh seluruh negara-bagian di Amerika Serikat. Praktek baru ini telah menyebabkan sekolah- sekolah rakyat diisi dengan populasi yang heterogin dan yang memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang luas mengenai kapasitet dan minat. Rancangan yang bersifat masai ini tentu saja menghendaki, bahwa cara mengajar individual yang dipraktekkan sebelumnya digantikan dengan cara mengajar berombongan. Setiap usaha untuk mengajar suatu rombongan anak tentu menjumpai perbedaan-perbedaan yang sangat luas antara para anggota rombongan itu, juga kalau misalnya rombongan tadi digolong-golongkan secara hati-hati atas dasar-dasar tertentu. Masalah-masalah semacam ini menimbulkan bermacam-macam penyelidikan, seperti gerakan studi tentang anak, jurusan pelajaran yang dibeda-bedakan, pemeriksaan atau penilaian psikologis (mental testing), penilaian dalam pendidikan, diagnosis ilmiah dan langkah-langkah perbaikan.
Bagaimana dan Mengapa Anak-anak berbeda-beda. Oleh karena setiap individu adalah hasil, hereditet dan lingkungan, maka setiap variasi pada salah satu faktor di atas dapat mempengaruhi hasil itu. Seorang anak dengan warisan biologis yang cukup besar mungkin hanya memperlihatkan hasil yang biasa atau bahkan interior saja, oleh karena ia tumbuh dalam lingkungan yang terlampau banyak mengandung hambatan-hambatan. Begitu pula seorang anak dengan perlengkapan biologis yang biasa saja mungkin dalam hasil-hasil pelajaran di sekolah kelihatan sangat superior; keterangan lebih lanjut mengenai hal ini akan kita dapat kemudian. Murid-murid menunjukkan perbedaan-perbedaan dalam hal apa yang dapat mereka pelajari dan apa yang memang telah mereka pelajari.
Apa yang dipandang sebagai kapasitet asli atau kapasitet yang diwariskan ditentukan oleh cara gene-gene berkombinasi dalam ovum yang sudah mengalami penyerbukan. Sebab perbedaan ini telah dibicarakan dalam bagian yang lampau. Pada waktu anak masuk sekolah tidak ada satu haipun yang dapat dilakukan sekolah mengenai hal ini; namun perlulah sekolah mengetahui, bahwa perbedaan-perbedaan ini adalah akibat: dari kreditet, sehingga dengan demikian dapat dipastikan batas-batas tanggung-jawab sekolah.
Suatu prinsip yang ditemukan oleh pemeriksaan psikologis ialah bahwa dalam fungsi-fungsi psikis tinggi terdapat perbedaan-perbedaan yang lebih besar di antara para manusia daripada dalam fungsi-fungsi yang lebih rendah. Test-test inteligensi yang baik mempergunakan pula prinsip ini dengan jalan memasukkan ke dalamnya pertanyaan-pertanyaan yang menimbulkan proses-proses abstrak yang tinggi. Test mengenai kecakapan loncat tinggi atau mengenai kwalitet tulisan tangan tidak dapat merupakan suatu petunjuk mengenai kapasitet dasar seseorang, oleh karena perbuatan-perbuatan semacam ini' terdapat pada tingkatan rendah. Apa yang diperoleh seseorang dan warisan atau keturunannya ialah potensialitet inteligensi. Inteligensi itu sendiri adalah sesuatu yang harus dicapai. Oleh sebal) itu orang-orang yang memiliki potensialitet dasar yang sarna mungkin mencapai tingkat inteligensi yang sangat berbeda, letapi bagi orang yang tidak sarna kapasitet dasarnya akan terdapat perbedaan-perbedaan yang lebih besar lagi setelah mereka itu mendapat didikan di sekolah. Dengan perkataan lain dapatlah dikatakan, bahwa murid-murid yang pandai, tidak saja mencapai tingkat kedewasaan psikis terakhir yang lebih tinggi daripada anak-anak yang bodoh, tetapi tingkat terakhir ini mereka capai dalam waktu yang lebih pendek. Hal ini berarti, bahwa perbedaan-perbedaan mutlak bertambah, meskipun perbedaan- perbedaan relatif dalam lingkungan yang sama tidak berubah. Kalau dua orang anak pada umur 5 tahun memperlihatkan perbedaan dalam umur psikis sebesar 1 tahun, maka keniungkin- annya ialah, bahwa pada umur 10 tahun nanti perbedaan dalam umur psikis antara mereka ini akan menjadi 2 tahun. Namun I.Q. mereka akan konstan t selama waktu di atas tadi.
Perbedaan-perbedaan juga dapat timbul sebagai akibat faktor-faktor emosional dan kesalahan-kesalahan pedagogis. Cara mengajar yang jelek dapat timbul sebagai akibat dari ke- taksanggupan untuk mengetahui kesukaran-kesukaran yang dihadapi pelajar. Mengajar bukanlah semata-mata menerangkan suatu mata-pelajaran saja; dalam mengajar guru harus juga memperhatikan kondisi emosional dan psikis si pelajar. Sikapnya, cita-citanya, minatnya dari kebutuhan-kebutuhan yang disadarinya, semuanya ini terletak dalam daerah situasi pengajaran. Barangkali pengajaran yang baik memang berusaha mempersamakan anak-anak di sekolah rakyat, tetapi barangkali benar pula, bahwa pada tingkat perguruan tinggi keadaan yang sebaliknyalah yang terdapat, ialah bahwa tingkat akademi yang dicapai oleh para mahasiswa berbeda-beda. Orang menjadi berlainan, oleh perbedaan sifat sambutan-sambutan yang dilakukan. Pengajaran dapat menimbulkan dan dapat pula tidak menimbulkan sambutan yang tepat untuk tiap anak. Faktor usaha yang dilakukan oleh murid pun tidak boleh pula kita abaikan. Adanya suatu organisme dalam suatu lingkungan tidak perlu berarti, bahwa dengan demikian lalu timbul pertumbuhan atau perbuatan belajar. Untuk itu harus lebih dahulu terdapat sambutan terhadap situasi. Dalarn hal mata pelajaran-mata pelajaran di sekolah, faktor usaha merupakan sebab utama dari perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara murid-murid. Seorang anak tidak dapat menjadi orang yang berkebudayaan, semata- mata karena ia ada dalam suatu lingkungan yang berkebudayaan saja. Kebudayaan harus dicapai dengan jalan mengadakan usaha- usaha sepantasnya.
Perbedaan-perbedaan dalam satu Klas atau Tingkatan. Pada
halaman berikut terdapat suatu tabel yang memuat score yang dicapai oleh sejumlah anak klas tiga pada suatu sekolah dasar.
Pada kolom .ketiga dalam tabel itu terlihat, bahwa dua orang murid tidak, dapat mencapai suatu nilaipun pada Gates Silent Reading Test yang diperuntukkan bagi kias 3 sampai kias 8, sedangkan sebaliknya terdapat pula seorang murid yang mencapai nilai yang sama dengan nilai untuk permulaan kias 9. Oleh karena test itu diberikan pada pertengahan kias tiga, maka norma kias untuk rombongan murid-murid itu ialah 3, 4 atau 3, 5. Seperempat dari anak-anak ini mencapai nilai yang lebih rendah daripada norma rombongan dan sepertiga dari anak-anak ini dapat melampaui atau melebihi norma rombongan dengan nilai satu tahun atau lebih. Untuk rombongan anak kias tiga ini jarak batas (range) untuk kecakapan membaca jadinya ialah dari tingkat f sampai tingkat sembilan, yaitu 8 tingkat penuh; perlu kita perhatikan kenyataan, bahwa seluruh anak ini mendapat pelajaran yang sama, yang diberikan dalarn kias mereka. Ini bukanlah suatu keadaan luar biasa, tetapi keadaan semacam ini dapat ditemukan dalarn banyak sekolah umum.
TINGKAT KECAKAPAN MEMBACA DAN I.Q. DARI
MURID KLAS III PADA SUATU SEKOLAH RAKYAT
MURID UMUR KRONOLOGIS TKT KECAKAPAN MEMBACA I.Q.
a. 8-9 9 0 115
b. 9-9 8-1 106
c. 8-7 5-8 109
d. 7-11 5-2 97
e. 9-9 5 1 115
f. 8-8 4-8 100
g. 8-3 4-6 117
h. 8-6 4-5 102
i. 8-1 4-5 123
j. 8-5 4-3 115
k. 9-5 4-2 87
l. 8-6 4-2 84
m. 8-5 4-1 77
n. 8-6 3-8 109
o. 9-6 3-6 91
p. 8-9 3-6 95
q. 8-5 3-4 105
r. 8-5 3-4 101
s. 9-10 3-3 85
t. 9-3 3-3 90
u 8-0 3-3 93
v. 8-1 3-1 93
w. 10-8 0-0 62
x. 10-10 0-0 55
Dari tabel ini dapat pula dilihat hubungan antara tingkat
kecakapan membaca dengan I.Q., I.Q. terendah kurang dari setengah l.Q. tertinggi. Ada I 1 orang murid yang mempunyai l.Q„ di atas 100, dan ada 12 orang murid yang I.Q-nya kurang dari 100. Koeffisien korelasi antara tingkat kecakapan membaca dengan l.Q. untuk kias ini hanya 0,34, sedangkan kalau tercapai koeffisien sebesar 100 akan terdapatlah hubungan yang sempurna. Dengari mempergunakan anggapan, bahwa nilai-nilai un tuk I.Q. dan kecakapan membaca adalah penilaian yang cukup teliti, maka korelasi yang rendah ini menyarankan, bahwa pada beberapa anak kecakapan mernbaca yang rendah ini disebabkan oleh sesuatu yang terletak di luar kapasitet belajar.
Kita cukup mempunyai fakta-fakta untuk berpendapat, bahwa perbedaan-perbedaan akan tetap terdapat, baik di sekolah. menengah maupun di perguruan tinggi. Tabel pada halarnan ini memuat distribusi frekwensi mengenai 512 orang tamatan sekolah menengah atas, yang ditest setelah mereka sebulan lamanya belajar nada perguruan tinggi. Tesi: yang dipergunakan ialah salah satu dari Cc-operative English Test of The American Council on Education. Score yang dimuatkan dalam tabel ini
DISTRIBUSI DARI SCORE PADA TEST MEMBACA DARI SEJUMLAH 512 ORANG MAHASISWA T H J..
SCORE1 ' JUMLAH MAHASISWA
85-89 1
80-84 2
75-79 6
70-74 22
65-69 31
60-64 52
55-59 120
50-54 132
45-49 89
40-44 48
35-39 14
30-34 1
:N 512
salah score total skala mengenai perbendaharaan kata-kata, kecepatan pemahaman dan tingkat pemahaman. Hendaklah diperhatikan j arak-batas (range) yang luas mengenai kecakapan membaca yang terdapat di antara rombongan mahasiswa tahun pertama ini, sebenarnya seharusnya telah siap semuanya untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi.
Meramalkan Sukses. Sampai di manakah perbedaan-perbedaan yang terdapat pada waktu sekarang merupakan petunjuk bagi perbedaan-perbedaan yang akan terdapat pada masa yang akan datang ? Misalnya, bagi mereka yang mempergunakan angka-angka test inteligensi untuk meramalkan sukses dalam pekerjaan sekolah menganggap ada hubungan yang berarti antara apa yang dapat dilakukan murid dengan apa yang akan dilakukannya sebagai ternyata pada angka-angka laporan di sekolah. Hubungan atau korelasi ini memang positif, tetapi tidak terlampau tinggi, biasanya bergerak antara 0,40 sampai 0,60 bergantung kepada reliabilitet dan validitet alat penilai yang dipergunakan. Test-test yang dipergunakan untuk menilai bakat belajar pada umumnya untuk mereka yang baru masuk perguruan tinggi memperlihatkan korelasi yang sama tingginya dengan sukses di sekolah atau mungkin sedikit lebih tinggi, terutama test-test yang mengandung soal-soal mengenai perbendaharaan kata-kata dan unsur-unsur verbal yang lain. Tetapi kalaupun tercapai korelasi laku seseorang meliputi pula perubahan dalam struktur biolignya. Kebanyakan setinggi 0,60, nilai peramal dari suatu test untuk seorang individu mungkin kelebih-baikannya daripada keadaan kebetulan (cliange) tidak akan lebih tinggi daripada 20%. Inilah yang dimaksudkan dengan formula Kelly untuk ”coeficient of alienation’', di mana k adalah ukuran mengenai ke-meleset-an dari persesuaian yang sempurna.
Kalau r adalah korelasi antara dua susunan score, seperti score pada suatu test intelligensi dengan angka-angka sekolah misalnya, dapatlah sebagai contoh r kita ganti dengan nilai 0,60.
k = \/1 - 0,602 - \/1 - 0,36 = \/0,64 = 0,80
Kalau kemelesetan dari persesuaian sempurna adalah 80%, maka nilai peramal dari suatu korelasi sebesar 0,60 hanyalah 20%- lebih baik dari kecocokan yang terjadi karena kebetulan saja (change). -- Hubungan-hubungan ini tidak boleh ditafsirkan terlalu mutlak atau kaku, karena banyak lagi faktor yang mungkin turut pula menimbulkan kesalahan. Suatu korelasi setinggi 0,90 adalah korelasi yang tinggi, dan kurang dari 0,30 adalah korelasi yang rendah. Plus 1.00 berarti, bahwa ada korelasi positif yang sempurna, dan minus 1,00 berarti korelasi inversi vang sempurna sedangkan 0,00 berarti tidak ada hubungan sama sekali. Kesalahan yang sangat umum ialah anggapan, bahwa antara dua susunan atau sifat yang memperlihatkan korelasi yang tinggi selalu terdapat hubungan kausal.
Hukum atau ketentuan tentang perbandingan jalan pertumbuhan mempunyai juga nilai peramal. Untuk mencapai sukses dalam jabatan-jabatan yang selalu menghadapi masalah-masalah abstrak seperti hukum, accounting atau mengajar sangat diperlukan tercapainya atau dikuasainya tingkatan-tingkatan tertinggi mengenai sifat-sifat psikis tertentu. Apabila dengan keadaan-keadan yang biasa (average conditions) kurve pertumbuhan psikis seorang anak ternyata lebih rendah dari keadaan biasa, maka agak besarlah kemungkinan, bahwa ia dalam kehidupan dewasanya kelakpun akan tetap menempati posisi yang relatif rendah itu. Artinya : anak yang bodoh cenderung untuk tetap bodoh, dan anak yang pandai cenderung untuk tetap pandai.
IKHTISAR
1. Setiap individu adalah hasil dari dua kekuatan atau dua faktor : hereditet dan lingkungan. Kedua faktor ini penting bagi setiap perkembangan.
2. Dalam mempelajari individu-individu penting untuk mengetahui prinsip-prinsip pokok tertentu mengenai hereditet.
a. Hereditet bekerja dengan melalui sel-sel benih (germ cells). Prinsip reproduksi ini berarti, bahwa ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik yang dipelajari oleh orang tua tidak diteruskan kepada anak-anaknya.
b. Setiap jenis menghasilkan jenisnya sendiri. Prinsip konformitet ini berarti, bahwa setiap anggota jenis atau golongan (species) mengikuti suatu pola umum.
c. ,Sel-sel benih (germ cells) mengandung banyak deter- minant, yang berkombinasi dalam cara-cara yang ber- aneka-warna untuk menghasilkan perbedaan-perbedaan individual. Prinsip variasi ini berarti, bahwa anak- anak mungkin menyerupai dan mungkin pula tidak menyerupai orang tua mengenai suatu sifat tertentu.
d. Anak atau keturunan cenderung untuk menuju ke- kerata-rataan (average) mengenai suatu sifat tertentu. Prinsip regresasi filial ini turut pula menerangkan adanya variasi-variasi dari orang tua.
3. Para ahli-biologi telah mencapai beberapa kemajuan dalam meng-analisa mekanisme hereditet.
a. Setiap manusia memulai hidupnya apabila terjadi pertemuan atau persatuan (union) antara ovum wanita dengan sperma priya.
b. Struktur sellulair, yang disebut kromosom-kromosom, menurut praduga mengandung berbagai-bagai susunan unsur-unsur yang tak dapat dilihat, yang di-sebut gene-gene, yang menurut dugaan pula tetaknya menyerupai rangkaian mata-kaiung dan terikat pada pasangan-pasangan kromosom.
c. Setengah dari 48 kromosom untuk setiap manusia datang dari setiap pihak orangtua, sehingga tidak ada seorang anakpun dapat tepat menyerupai salah satu dari kedua orangtuanya.
4. Ciri-ciri biologis yang penting untuk tujuan-tujuan pendidikan terdiri dari : kecenderungan bergerak atau berbuat (actendendes), struktur badan, sensivitet, plastissitet, dorongan, kapasitet belajar, dan pola-pola biologis.
5. Abilitet-abilitet tertentu yang ada karena dipelajari mengandung efek mempertinggi kapasitet belajar orang yang bersangkutan. Dengan adanya abilitet-abilitet serta dorongan-dorongan yang dipelajari yang tersusun seperti piramid dapatlah seseorang mencapai tingkatan-tingkatan perbuatan yang kalau tidak demikian tak akan dapat dicapainya.
6. Perlengkapan binatang berbeda dari perlengkapan manusia, baik dalam soal kwantitet, maupun dalam soal kwali- tet. Tingkah laku binatang terutama terbatas pada situasi- situasi sensoris dan perseptual yang terdiri dari hal-hal yang kongkrit. Manusia dapat mempergunakan pengertian-pengertian dan konsep-konsep yang terlepas dari situasi-situasi sensoris, dan terdapat pada bidang abstrak dan rasional.
7. Murid-murid dari setiap umur atau setiap kias di sekolah selalu memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang luas di antara mereka.
a. Suatu variasi, baik pada faktor hereditet, maupun pada faktor lingkungan akan menghasilkan perubahan.
b. Faktor-faktor lingkungan meliputi : kesalahan-kesalahan pedagogis, keadaan kesehatan dan keadaan-keadaan di rumah atau di sekolah, yang menghasilkan
gangguan-gangguan emosional atau gejala-gejala gangguan psikis, yang berhasil dari hasil belajar yang rendah.
c. Dalam setiap kias di sekolah akan terdapat anak-anak yang berbeda sebanyak satu tingkatan atau kias mengenai setiap hasil belajar yang dapat dinilai atau di- ”ukur”.