Hujroh - Forum Pesantren Indonesia Alumni Pesantren Indonesia Forum      Misi Hujroh
 

Main juga kesini sul:
The Ghurfah Kisah Sukses Alumni Alumni di Luar Negeri Bisnis Online Hikayah fi Ma'had Railfans Dunia Pesantren Ekonomi Islam
Forum  Hujroh  The Ghurfah 
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN DENGAN PEND
Pages: [1]

(Read 346 times)   

liaapri

  • Abadan fi Ma'had
  • ***
  • liaapri No Reputation.
  • Join: 2020
  • Posts: 579
  • Logged

penyajian meliputi 3 aspek yaitu: teknik penyajian, pendukung penyajian materi, dan penyajian pembelajaran. Komponen ini berhubungan dengan komponenpenyajian dan pemakaiannya modul pembelajaran. Rata-rata skor komponen penyajian adalah 83,35% yang berarti masuk kriteria sangat layak digunakan dalam pembelajaran. Walaupun sudah masuk kategori sangat layak, modul masih perlu mengalami perbaikan-perbaikan seperti pada sistematika sajian dalam bab yang kurang konsisten, keruntutan konsep, keseimbangan substansi antarbab/subbab, kesesuaian/ketepatan ilustrasi dengan materi, penyajian teks, tabel, gambar, dan lampiran disertai dengan rujukan/sumber acuan. Perbaikan-perbaikan juga perlu dilakukan pada penyajian ilustrasi dan umpan balik sehingga dapa mendorong peserta didik berpikir lebih dalam. Nilai terendah pada komponen ini terdapat pada poin “Advance organizer (pembangkit motivasi belajar) pada awal bab” yaitu 2. Menurut penilai modul struktur dan fungsi jaringan tumbuhan advance organizer pada awal bab masih sangat kurang sehingga kurang memotivasi peserta didik untuk belajar.
Dilihat dari rata-rata skor ketiga komponen di atas 83,35%, modul struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dengan pendekatan JAS mengacu pada kriteria kelayakan BSNP maka modul belum layak diterapkan dalam pembelajaran. Berdasarkan penilaian dari para dosen, modul masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan pada ketiga komponen sehingga perlu diperbaiki atau direvisi. Menurut standar BSNP modul dikatakan layak diterapkan dalam pembelajaran apabila rata-rata skor komponen kelayakan isi, kebahasaan dan penyajian ≥ 95%. Adanya masukan-masukan dari para penilai digunakan sebagai bahan revisi. Setelah tahap revisi selesai modul dapat diterapkan dalam pembelajaran sebagai bahan ajar pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Namun apabila mengacu pada kriteria Ali rata-rata skor ketiga komponen 83,35% dapat dikatakan modul sudah sangat layak diterapkan sebagai bahan ajar.
Hasil penerapan modul materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dengan pendekatan JAS dapat dilihat dari nilai hasil belajar dan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran. Hasil belajar digunakan untuk menjaring data dalam ranah kognitif yang diperoleh dengan teknik nontest melalui tugas dan laporan praktikum. Perolehan data hasil belajar melalui teknik non-test ini mempunyai
kekurangan antara lain kemampuan peserta didik secara individu belum diketahui dengan sebenar-benarnya. Perolehan nilai melalui praktikum dan pemberian tugas masih memungkinkan peserta didik untuk bekerja sama. Berbeda dengan penilaian dengan teknik test yang pengerjaannya dibawah pengawasan guru sehingga dapat diketahui kemampuan peserta didik secara individu. Penelitian ini tetap menggunakan teknik nontes karena alasan untuk menghemat waktu. Penilaian dari laporan praktikum digunakan untuk mengetahui hasil kinerja peserta didik selama pembelajaran yaitu praktikum. Laporan praktikum diperoleh setiap akhir praktikum karena dalam praktiknya pembelajaran materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan adalah praktikum.
Nilai tertinggi yang dicapai peserta didik adalah 88, nilai terendah 69, rata-rata kelas 82. Nilai tersebut berasal dari nilai tugas dan nilai rata-rata laporan praktikum sehingga diperoleh nilai akhir dengan rumus NA (Nilai Akhir)={(2Nilai Tugas)+(Nilai Rata-rata Laporan Praktikum)}:3. Rata-rata kelas nilai praktikum adalah 91, nilai tertinggi 95 dan terendah 82. Nilai tugas diperoleh di akhir pertemuan dari lembar jawaban dari “Tugas Kamu” yang terlampir dalam modul. Peserta didik diminta untuk mengerjakan tugas yang ada seperti menjawab soal essay, membuat peta konsep, dan mencari artikel dari internet. Seperti tujuan dalam pembuatan modul dengan pendekatan JAS, bahwa modul ini mengandung ciri-ciri dari pendekatan JAS yaitu konstruktivisme, bioedutainment dan eksplorasi. Hal ini diaplikasikan dalam bentuk tugas untuk menjelajahi dan mengenal lingkungan sekitar serta pertanyaan-pertanyaan yang mengajak peserta didik berfikir kritis sebagai wujud dari konstruktivisme. Dari tugas tersebut diperoleh nilai rata-rata kelas 77, tertinggi 88 dan nilai terendah 61.
Secara klasikal hasil belajar peserta didik sudah baik yaitu 98,5%. Dari keseluruhan jumlah peserta didik (69 orang) hanya ada satu peserta didik yang belum tuntas karena memperolah nilai 69. Sedangkan 68 peserta didik lainnya memperoleh nilai ≥ 70 sehingga masuk kategori tuntas. Indikator keberhasilan peserta didik adalah ≥ 85 % peserta didik memperoleh nilai ≥ 70. Nilai ≥ 70 sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) mata pelajaran biologi di SMA Negeri 1 Semarang yang merupakan salah satu SBI (Sekolah Bertaraf Internasional).
Secara umum dilihat dari nilai hasil belajar, bahan ajar dalam bentuk modul tersebut sudah layak. Karena mudah dipahami sehingga dapat membantu peserta didik menguasai konsep-konsep pada materi struktur dan fungsi jaringan. Rata-rata peserta didik memperoleh nilai 82 yang berarti telah mencapai KKM di SMA Negeri 1 Semarang. Selain mudah dipahami pengemasan bahan ajar yang menarik mendorong peserta didik mau membaca. Ditunjang dengan materi yang lengkap dan tugas eksplorasi lingkungan sekitar yang melibatkan pengalaman sehari-hari serta pembuatan peta konsep yang menguji seberapa jauh tingkat pemahaman peserta didik.
Kelayakan bahan ajar ini tidak hanya diukur dari hasil belajar saja tetapi juga dari aktivitasnya peserta didik, karena antara aktivitas dan hasil belajar keduanya saling mendukung. Sardiman (2001) menjelaskan bahwa salah satu ciri terjadinya proses belajar adalah ditandai dengan adanya aktivitas peserta didik. Aktivitas peserta didik hendaknya juga mencangkup aktivitas yang bersifat fisik dan mental. Pengamatan terhadap keaktifan peserta didik digunakan untuk mengukur keterlibatan peserta didik selama pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi aktivitas peserta didik dapat dikatakan bahwa hasilnya cukup memuaskan. Hasil pengamatan diperoleh data keaktifan peserta didik secara klasikal adalah 97,1% dengan kategori tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena bahan ajar materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan tidak hanya berisi materi saja tetapi tugas-tugas yang mendorong dan memotivasi peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran.